35

3.8K 155 16
                                    

Sesekali jangan bandingkan hidupmu dengan orang lain, jangan inginkan hidupmu seperti apa yang ada dalam bayangmu. Sesungguhnya Tuhanmu lebih tahu mana yang terbaik pun kamu tidak mengetahui apa yang terjadi di hari esok bukan? Cukup bersyukur atas apa yang kamu miliki saat ini maka hidupmu akan bahagia

Sepulang dari kantor diperjalanan biasanya Akbar akan terus berbicara sepanjang jalan dengan Annis di bangku sampingnya, kali ini ia merasakan hampa. Bukan karena Annis tak berada disisinya namun tentang bagaimana kehidupan ini dan orang-orang di sekitarnya mulai meninggalkan ia. Bukan tanpa alasan, ia pun menyadari dirinya berubah ketika bertemu dengan orang yang ia anggap sebagai wanita paling sempurna di dunia ini.

"haruskah aku percaya kepada Rissa sekarang?" lamunannya terus mengalir sampai tak sadar ia terus melajukan mobilnya dan tiba-tiba ada yang menyebrang di depannya. Beruntung Akbar tidak menabraknya karena masih sempat rem mendadak dan bersyukur tidak ada mobil atau kendaraan lain dibelakangnya sehingga tidak terjadi kecelakaan beruntun.

Akbar keluar dari mobilnya. Dilihatnya orang itu. Memakai baju koko berwarna biru dan celana yang menggantung di atas mata kaki sesuai sunnah Rasul. Kisaran umurnya tak jauh berbeda dengan Akbar hanya saja orang itu lebih tua darinya.

"mas maaf ya karna saya mas hampir ketabrak" Akbar memulai percakapan
"iya, gak papa. Mas kalo sedang mengendarai jangan sambil melamun, hari ini Allah menyelamatkan diri mas sendiri" ucap pria itu
"maaf mas, maaf sekali" mohon Akbar
"berterimakasihlah pada Allah hanya berkat perlindungannya kita selamat, saya sudah memaafkan mas" balasnya.
"saya Akbar mas, saya tadi memang melamun memikirkan sesuatu, maaf mas maaf" ucap Akbar
"sudah sudah gak papa. Saya dzalfariz, panggil aja fariz" kata Fariz memperkenalkan diri.
"mas fariz mau kemana? Biar saya antar sebagai permohonan maaf saya" Akbar menawarkan diri
"mau sholat di masjid Al-Furqon itu disana" tunjuk Fariz ke arah masjid terbesar di kotanya. Letaknya tidak terlalu jauh dari tempat mereka berdiri.

" ayo mas saya anter, silakan naik" Akbar menawarkan diri lagi
"gak usah, saya jalan kaki aja kebetulan mobil saya tadi mogok dan sekarang ada di bengkel itu" bengkel yang ada di kiri jalan tempat mereka berdiri" jawab Fariz menolak dengan halus
"Akbar mau sholat juga? Bareng aja yuk jalan kaki deket juga mobilnya parkir di deket mobil saya aja tuh" kali ini balik Fariz menawarkan
"sholat?" pertanyaan konyol tercuat dari mulutnya
"iya sholat, disana sehabis sholat biasanya ada ceramah singkat lumayan juga ilmunya" jelas Fariz
Akbar terdiam sejenak
"ayok bar sebentar lagi adzan loh" mereka seperti sudah akrab dan entah mengapa kali ini Aakbar menurut.
"ehm iya mas" jawab Akbar

Mereka menyebrang jalanan kemudian. Heran biasanya jalanan ini akan macet parah mengingat jam pulang perkantoran. "Mas sering ikut kajian agama?" Tanya Fariz membuka percakapan
"Gak pernah mas semenjak lulus kuliah lalu bekerja diperusahaan" jawab Akbar santai
"Wah rugi sekali, mas sudah menikah?" Tanya lagi Fariz
"Sudah, baru mau 2 bulan umur pernikahan kami, dia wanita bercadar. Sebenarnya saya dijodohkan demi membahagiakan ibu saya ya saya nurut saja" Akbar berkata apa adanya

"Kamu tidak mencintainya?" Kembali Fariz bertanya
"Tidak. Ada apa sih memangnya?" Risih Akbar terus ditanyai
"Sungguh merugi kamu, dia pasti wanita yang baik, aurat saja dijaga apalagi tingkah lakunya. Susah loh mendapatkan yang sepertinya apalagi di zaman ini pakaian wanita makin hari makin minim seperti kekurangan bahan saja" fariz menjawab

"Wanita yang baik untuk lelaki baik pula pun sebaliknya nah Allah menganggapmu sebagai lelaki yang baik hingga pernikahan kalian bisa terjadi, sesulit apapun cobaan, tantangan kehidupan, bagaimana sulitnya menyatukan satu pikiran menjadi sama, kamu akan menyadari perbuatan yang kamu lakukan itu sungguh tidak pantas kepadanya. Bukan bermaksud membelanya tapi ini memang apa adanya. Sampai saat ini saya menginginkan isteri saya untuk bercadar namun ia berkata belum siap. Tau kan alasan wanita menutupi sebagian wajahnya dengan cadar atau niqab?" Jelas Fariz

"Tau. Untuk memperlihatkan kecantikan dirinya kepada yang memang mahramnya atau kepada suaminya karena wajah yang cantik dapat menimbulkan nafsu bila dilihat orang banyak" jawab Akbar polos

"Nah itu akbar tau, kamu ini sebenarnya paham dengan baik lalu mengapa tidak diasah?"
"Dulu saat awal mengenal pacar saya yang sekarang masih bisa ikut kajian seperti itu namun seiring berjalannya waktu pacar saya selalu melarang untuk datang" Akbar menjelaskan

"Loh akbar sampai saat ini punya pacar?...." Belum sempat melanjutkan perkataan Akbar sudah mengangguk mengiyakan pertanyaan mas fariz, langkahnya terhenti, pun akbar mengikutinya. Terkejut dengan perbuatan yang dipikirnya hanya akan ada di dunia perfilman
"Astagfirullah akbar, tidak habis pikir saya. Kurang apasih isteri kamu? Diluar sana banyak yang menginginkan wanita baik sepertinya kamu malah menyia-nyiakannya" ucap Fariz menasihati Akbar
"Kan saya tidak mencintainya" sahut Akbar singkat
"Cinta? Apa yang bisa kamu banggakan dari pacarmu yang sekarang dimata Allah?" "Jangan pikirkan duniawi saja, ingat kita hanya hidup sementara dibumi ini" jelas Fariz dengan sedikit nada tinggi

"Cinta akan datang disaat kamu mengenalnya dengan baik, kamu menikah dan mencintainya itu juga harus karena Allah" lanjut Fariz sambil kembali melangkahkan kaki menuju masjid yang tak kurang dari 10meter lagi mereka sampai.

Adzan berkumandang. Tak ada percakapan setelahnya hanya mereka yang kemudian mengambil wudhu setelah sampai di masjid dan melaksanakan sholat maghrib berjamaah.

Hai🙂
Sengaja langsung up 3 chapter
Maaf ya🙂
Vote dan commentnya ditunggu selalu hehe😉

Sorry Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang