Mencoba Bertahan

13 1 0
                                    

Jika banyak orang pernah merasa sakit, bagiku lebih tepatnya bukan rasa sakit tetapi penderitaan.

Cinta? Apa itu? Aku tak tau.
Yang ku tahu hanya duka, apakah cinta itu sejenisnya?
Jika ya, Maaf saja aku tak mau berurusan dengan itu.
Aku tak mau merasakan hal seperti duka atau sejenisnya, aku kapok.

Sakit rasanya tersenyum kepada seseorang yang malah ingin menjahit mulut kita
Cukup! Tak mau lagi aku. Sudahlah! dengan sendiri saja aku sudah puas.
Tak perlu lagi kau datang kedalam hidupku, karena saat kamu hadir itu malah akan merusak segalanya.

"Hai" seorang wanita menyapa dan melambaikan tangan kearahku

"Hey Lia" balasku tersenyum menghilangkan semua pikiranku tentang duka dan cinta yang tadi aku pikirkan

"lo udah lama Fel?" Ya. Dia Lia, oranh yang beberapa hari ini sangat dekat denganku

"Oh. Gak Lia, aku baru sampe juga kok" kataku dengan tidak memalingkan wajahku darinya, dia tampil begitu menawan dengan kemeja lengan pendek berwarna merah dengan celana  jeans sobek-sobek ditambah rambut yang dikuncir rapi dan juga sneakers putih andalannya

"Yang lain belum dateng?" Tanya Lia kemudian duduk cantik disebelahku

"Belum Lia. Ini juga baru jam setengah sebelas kok, tunggu sedikit lagi"

"tadi lo kesini naik apaan?" Lia bertanya

"aku naik ojek tadi" jawabku pelan

"Lah. Lo naek ojek Siang siang gini, gak panas apa lo Fel?" Tanya Lia sedikit kaget

"Iya aku naik ojek, emang gak boleh Lia? Ojek kan untuk umum, lagian aku pake jaket kok jadi kuliku gak kebakar" aku sedikit heran dengan Lia, apa yang harus dia pusingkan.

"Ya ampun Felika! Pake taksi kan bisa, lagian lo bisa kok nelpon gue buat jemput lo pake mobil" Lia sepertinya sangat pusing menghadapiku

"soalnya aku pikir bisa untuk hemat pengeluaran dengan naik ojek, supaya sisanya bisa ditabungin, aku juga gak mau ngerepotin kamu untuk jemput aku kok" aku memberi pengertian

"Hadeh. iya Feli gue ngerti, tapi kalo lo butuh apapun gue ada kok. kita kan sahabat" katanya sambil tersenyum. Sahabat? Aku belum pernah punya satu

"Sahabat?" Tanyaku aneh

"Iya. lo itu udah gue anggap sahabat gue, lo yang selalu ngertiin gue, walaupun gue suka marah sama emosian gak jelas, tapi lo gak pernah marahin gue. Lo selalu sabar sama sikap gue." Katanya lalu menarik nafas sebentar kemudian melanjutkan kalimatnya

"Jadi udah gue putuskan kalo kita sahabatan. TITIK"
jelasnya padaku dan yap. Sontak aku membisu mendengar semua isi hatinya ini dan kemudian setitik air keluar dari mataku, entah mengapa

"Eh ehh lo kenapa Fel? Sorry kalo gue salah ngomong, Fel plis jangan nangis" ucapnya panik saat melihat air mata membasahi pipiku dan segera tangannya menyapu lembut pipiku yang basah itu

"Ng-ngak Lia, maaf aku udah pikir buruk tentang kamu, tapi kamu malah ngangep aku sahabat. Dan ini pertama kali aku punya sahabat. Terima kasih Lia" pertama kali lagi aku mengucapkan kata itu setelah sangat lama mengunci dalam-dalam kata tersebut dan mulai menutup diriku

"Iya Felika. jadi udah dong nangisnya ntar jadi pusat perhatian orang orang dicafe ini lagi" ucap Lia menenangkan, kemusian mengingatkanku kalau sekarang kami sedang berada disebuah cafe dan benar saja kami berdua sudah dilirik pengunjung cafe disana

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Loving Can HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang