Fajar menyongsong hari, kelabu berlari. Kelap kelip berganti terang, tak terelakkan. Bulanku masih setia di sisi, tak beranjak, namun ia begitu jauh ku gapai.
Naruto dan Hinata menatap lurus air yang jatuh bebas mengikuti gravitasi. Serangan pertama belum Naruto mulai, ia masih menunggu momen yang tepat. Hinata? Jangan tanya apa yang ia lakukan, pasti sedang menatap layar ponsel pintarnya.
"Uhhhmm.. Nat?" Naruto memecah keheningan di tengah keramaian.
"Humm" seperti biasa yang Hinata selalu lakukan. Mata rembulan itu masih saja fokus pada satu benda kotak
"Lagi apa sihh" kepalanya melongok pada layar ponsel Hinata
"Ini loh" menunjukkan apa yang ia kerjakan "aku lagi bales chat dari pacar aku"
"Aku disini loh" pacar kamu. Aku
"Iya. Aku tahu koq" kembali pada aktivitasnya
"Koq kamu malah sibuk sendiri sih?"
"Engga. Aku ga sibuk" mengunci layar ponselnya, dan memasukkannya kedalam tas selempang kecil yang ia kenakan "udah ni ya. Aku simpen"
Naruto berdehem mencari perhatian Hinata lagi kali ini ia siap "Cahaya kasih yg dulu redup tertutup kabut, kini terang kembali setelah cinta ini kau sambut. Terang benderang ditengah gelapnya malam,
Bersama dirimu kunikmati indahnya kasih sayang. Aku mencintaimu Hinata""Ummmm so sweeet" kedua tangannya mengepal dibawah dagu, membentuk sebuah pose yang sangat imut. Tak bertahan lama, ponselnya berbunyi, menunjukkan ada pemberitahuan yang masuk. Tangan mungilnya meraih ponsel dari dalam tas.
"Siapa?"
"Ummm" pacar aku "bukan siapa-siapa" takut-takut Hinata menjawab. Lalu ia memasukkan ponsel itu lagi, ke lorong gelap tanpa cahaya.
"Aplikasi lagi?"
"He he" tersenyum amat manis. Polos, cantik, dan menggemaskan itu adalah gambaran wajah Hinata
"Nat, aku disini. Nyata. Kamu bisa pukul aku saat kamu marah. Kamu bisa bersandar di bahu aku. Kamu bisa peluk aku. Kamu bisa mendapatkan kenyamanan dalam diri aku yang real ini. Aku nyata. 4 dimensi"
"Tapi dia pacar pertama aku" wajahnya memelas. Merah, gelombang air mata membuat kubangan yang siap meluncur kapan saja
"Dia gak nyata Nat. Aku nyata. Kekasih kamu" kesabaran Naruto tak lagi terbendung, emosinya mencuat, merobohkan bendungan.
"Kamu bentak aku" dan gelombang itu menuju gravitasinya. Tersedu-sedu. Ditengah keramaian. Apa yang akan orang lain pikirkan Naruto mencoba menenangkan Hinata. Panik bukan main, pandangan orang-orang padanya penuh tanya dan curiga oh god
"Enggak Nat, kamu boleh koq mainan aplikasi itu"
Mission 1 : failed
Tidak ada latihan basket hari ini. Naruto mengantar Hinata jalan-jalan ke mall. Hinata masih marah. Makanya Naruto memberi obat pelipur lara jalan-jalan. Trik ini ampuh buat cewek yang lagi ngambek. Mereka masih dalam perjalanan. Macet, panas, dan kesunyian dalam mobil ini menyiksa Naruto.
"Kamu masih marah ya sama aku"
"Enggak" wajah dingin hinata melengos, tak ingin berhadapan dengan safir Naruto
"Koq kayak gitu"
"Gimana?" Selo itu tak lagi merdu, ia telah berubah menjadi lengkingan biola pada nada tinggi
"Tu kan marah"
"Ah udah ah. Aku mau turun"
"Dimana?" Bingung menghadapi cewek yang lagi ngambek. Sepertinya jurus ini pun akan mengalami kegagalan
"Disini"
"Kan belum nyampe?"
"Turunin aku sekarang!" Nada-nada suaranya oenuh ketegasan
Mobil Naruto berhenti seketika. Tak ingin berdebat di jalanan. Itu membahayakan.
"Kamu mau nurunin aku?"
"Lahhh kan kamu yang minta"
"Kamu jahat" rasanya Naruto ingin berpura-pura mati. Sebentar saja, agar Hinata tahu, kalau Naruto itu laki-laki yang penurut, baik hati, dan sayang sama Hinata.
Mission 2 : failed
Sebuket bunga
Naruto masih berkabung, rencananya tak mengalami peningkatan, kemunduran yang ia dapat. Tak berprogress. Saat ini Hinata masih marah, tak kunjung reda, seribu siasat menghampiri namun tak ada yang berarti. Semuanya gagal tanpa arti.
Naruto berkunjung ke rumah keluarga Hyuga. Membawakan sebuah bungkisan dan bunga, menemui kekasih dan calon mertua.
Hinata keluar dari persembunyiannya setelah ayahnya memberikan wejangan panjang lebar tentang kebaikan Naruto, tunggu sejak kapan papa Hiashi kenal Naruto. Ketemu aja baru tadi, kenapa bisa bilang ia baik. Ada yang salah Hinata menatap Naruto penuh selidik, tak memedulikan Naruto yang kini berlutut, meminta maaf.
"Hinata, sayang, maafin aku ya"
"Enggak" Hinata kejam, sudah kesekian kalinya Naruto meminta maaf, tangannya malah bertolak pinggang, melakukan perlawanan.
"Terus aku harus gimana?"
"Terserah"
"Kamu mau aku mati tersiksa kayak gini?"
"Bodo"
Mission 3 : failed
"Nyerah gue" Naruto merebahkan dirinya ke sofa empuk rumahnya. Para sahabatnya telah menanti
"Drama banget tu cewek" Kiba berceletuk ria
"Aseli" semuanya setuju kalo Hinata patut dinobatkan menjadi Queen of Drama
"Naruto. Ini yang terakhir. Kalo ini sampai gagal. Lo ikhlasin aja dia" buat gue yakin Sasuke mau sama Hinata si ratu drama. Jurus dari kiba aja ga mempan buat meredakan marahnya Hinata.
Ini semua karena kiba. Kalau aja kiba ga nyuruh Naruto buat bersaing sama aplikasi aneh itu, ini ga akan terjadi. Namun sayang, nasi telah menjadi bubur. Buburnya harus lebih enak, ditambahin ayam dan kaldu biar ada yang makan.
Selanjutnya adalah jurus terampuh dari Naruto dan geng nya.
Penasaran?
kira-kira apa yaa?
KAMU SEDANG MEMBACA
My HINATA
FanfictionNaruHina love story disclaimer Masashi Kishimoto 《NaruHina》《 #NHFD9/2018》 《#NHFD9》 《AU》 《Teenlit》 Naruto dan Hinata adalah pasangan kekasih yang baru jadian. setelah satu minggu Naruto baru mengetahui kalau Hinata suka bermain aplikasi 'pacar khayal...