I Got You, My Hinata

1.4K 128 30
                                    

"Demi seisi langit, seluruh dunia menjadi saksinya" Naruto berteriak lantang di area lapangan basket. Hinata berdiri terpaku menatap Naruto yang semakin mundur, menjauh. Hinata menjadi pusat perhatian, jam istirahat, Naruto menariknya, membawanya pada hiruk pikuk manusia-manusia yang penuh keingintahuan.

"Setiap gunung ku daki. Setiap samudra ku selami, jika kau menghendaki" sorak sorai para siswa sekolah ini menjadi pemanis atas tingkah nekat Naruto yang berpidato tanpa acara. Tidak dengan Hinata, ini adalah Neraka baginya, tak banyak yang tahu kalau Hinata itu tak nyaman dengan keramaian. Apalagi seperti ini, ia bisa kencing berdiri.

"Kamu satu-satunya alasanku hidup, alasanku berdiri disini" Naruto mendekat, kemudian berlutut "Hinata bersediakah kau memaafkan aku?"

Hinata mengangguk, cukup itu saja tak ada sepatah kata terucap dari bibirnya. Matanya telah basah, kakinya bergetar, menahan suara tangis, jantungnya berdegup kencang, menahan malu. Campur aduk hinata rasakan, perutnya kram, rasanya mau pingsan. Menjadi pusat perhatian adalah kelemahannya.

Kiba and the gang mengepalkan tangannya, membentuk sudut siku-siku, mengarahkan kedepan, dan menariknya "yoshh" misi kali ini berhasil.

Naruto menarik Hinata dalam rengkuhannya, melindunginya dari kejamnya matahari siang ini. Suara gaduh seluruh sekolah menjadi melodi yang teramat langka, kantin menjadi sepi, kegiatan ekstrakurikuker diberhentikan sesaat. Momen langka ini sangat jarang terjadi, para tim jurnalis tak boleh melewatkan kesempatan ini. Hampir seluruh siswa memegang ponselnya, mengangkatnya dan menghadapkan kamera ponsel itu pada pasangan selebriti dadakan di lapangan basket.

Seminggu berlalu dari kejadian itu. Bisik-bisiknya tak lagi bergaung, semakin sunyi, tak ada lagi berita kontroversi. Hinata sedikit bisa bernapas lega, dan selama itu pula Naruto menjadi perisai untuk Hinata. Hinata yang menutup diri dari pandangan teman-teman sekolahnya melupakan suatu hal yang selama ia sangat butuhkan. Aplikasi pacar vitual-nya tak lagi tersentuh, terlalu sibuk bersembunyi membuat hinata melupakannya.

Suasana kelas Hinata tak begitu ramai, setelah kejadian di lapangan basket, Hinata memutuskan untuk tidak keluar kelas selama jam istirahat. Jadi Naruto sebagai kekasih yang baik hati menghampiri Hinata yang kelaparan, membawakannya makanan, dan menemani Hinata, agar ia tak kesepian.

"Nat?"

"Iya" Hinata sedang menyantap bento yang dibawakan Naruto

"Boleh minjem HPnya gak?"

"Buat apa?" Itu bagaikan sebuah peringatan bagi Hinata

"Mau hapus aplikasi pacar virtual kamu"

"Kamu tega" makanan ia tinggalkan, hinata nangis. Wajahnya merah padam, sesenggukan, ingus keluar dari saluran pernapasannya, mulutnya yang masih mengunyah makanan menganga. Ini tidak baik.

Naruto kelabakan. Jurus jurus. Ahhh yaa. Tringgg. Tangannya menangkup kedua sisi wajah Hinata "kamu kan udah punya aku, aku nyata, aku bisa gantiin aplikasi itu Nat. Percaya sama aku" suaranya sangat lembut, layaknya sutra Turkey.

"Dia pacar pertama aku. Jauh sebelum kamu datang dia udah ada"

"Tapi sekarang kan ada aku, nyata. Dia gak nyata Nat. Apa yang buat kamu nyaman sama dia? Ngsisi notif di hp kamu? Aku yang gantiin, nanyain kamu udah makan apa belum? Aku yang anterin kamu makan, ngucapin selamat bobo? Aku yang nina boboin kamu ntar, aku bakalan dateng ke mimpi kamu malah. Aku bisa jadi dia. Kamu ga perlu khawatir kesepian lagi. Dia gak perduli sama kamu Nat, dia ga bisa jagain kamu"

"Naru mau bunuh dia?"

Naruto mengangguk, mengiyakan "dia akan hidup di hati wanita lain yang kebih membutuhkan. Kamu udah gak butuh dia"

"Tapi. Aku sedih. Aku ga bisa lupain dia kalau kenangan bersamanya selalu terlihat" Hinata meratap

"Kita beli yang baru ya"

"Hu'uh" kepala yang berhiaskan mahkota indah nan tebal itu mengangguk antusias

"Mau berapa? Satu? Dua? Setokonya aku beliin buat kamu" Naruto kan anaknya orang kaya, tinggal telepon papa minato atau mami kushina pasti langsung dibeliin. Apalagi ini buat pacar Naru, calon menantu, mami kushina pasti dengan sukarela memberikan Naruto uang untuk beli HP.

"Satu aja. Yang bagus" wajahnya imutnya terpajang, senyum manisnya berkembang "Naru sayang. Maacih" kalau saja ini di rumah atau di halaman belakang sekolah yang sepi. Udah abis Hinata di pelukin atau di ciumin Naruto. Makanya Hinata jangan mancing-mancing deh. Mancingnya di kolam aja, kolam ikan, bukan kolam renang ya.

Ponsel baru sudah ditangan. Naruto melajukan mobilnya ke swalayan deket rumahnya, mereka belanja kebutuhan pokok. Rencananya Hinata mau mampir ke rumah Naruto, mau belajar masak sama mami kushina.

Setelah kejadian itu Hinata tak lagi hidup dalam dunia khayalnya. Ia hidup di dunia nyata. Naruto selalu mengisi notif hpnya, menanyakan lagi apa? Sama siapa? Udah makan belum? Malam tiba ia ngucapin selamat tidur, mimpi indah ya, paginya mami kushina yang membangunkan Hinata, mengajaknya bangun pagi, menyiapkan sarapan, membersihkan rumah, dan bersiap sekolah.

Selamat tinggal pacar khayalan
Terima kasih kuucapkan
Kamu baik, kamu perhatian, kamu selalu ada buat aku

Tapi maaf

Aku punya kekasih yang lebih baik dari kamu
Ia nyata, tampak, aku bisa menyentuhnya

Selamat tinggal wahai pacar pertamaku
Semoga kamu berbahagia dengan kekasih barumu

Naruto berhasil mendapatkan Hinata, seutuhnya. Tak akan ada persaingan lagi dengan aplikasi. Naruto penasaran kenapa Hinata bisa addict banget sama aplikasi aneh itu.

Jawabannya adalah "sakura sibuk sama kerjaannya, selain sekolah dia juga jadi detective. Ino juga, gak kayak sakura tapi, ia sibuk ke salon, ke butik, ke mall"

Naruto terheran-heran sakura keren ya ternyata "sebenernya sakura itu suka sama sasuke, tiap hari dia ngebuntutin sasuke mulu, melototin ponsel buat ngeliat updatean ig sasuke. Kan aku kesel di cuekin terus"

Oh ternyata tunggu. Sakura detektif, itu namanya stalker Hinata "ino sebenernya juga suka Sasuke. Mereka bersaing. Ihhh serem ya"

Kepolosan Hinata membuat Naruto mencintainya lagi dan lagi. Hinata selalu berkata jujur, ia juga anak yang baik, semenjak kursus memasak dengan mami kushina, hinata jadi rajin masak, bekal sekolahnya adalah hasil karyanya, dan itu enak.

Hidup terkadang memang aneh, yang dekat terlihat tak tampak, yang jauh malah terlihat tampak dan satu lagi kesepian itu mengerikan.

Tapi intinya bukan itu

Pantang menyerah. Berjuang hingga mendapatkan hasil yang memuaskan adalah intinya. Semua orang bisa berubah menjadi baik, tak selamanya yang telihat saat ini akan sama pada hari mendatang. Jadi tetep semangat yaaa...

Selesai

Love : el



My HINATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang