Di sebuah ruangan lain Mirai termenung memandangi langit-langit ruangannya yang berwarna putih. Kemarin tak lama setelah frankenstein meninggalkannya seorng gadis cantik berambut perak panjang menyuruhnya untuk berpindah keruangan yang baru. Kalau tidak salah gadis itu bernama Seira J.Lo..lo..? J.Lola? J.Luis-? Ahh nama belakangnya susah untuk di eja. Tak apa lah yang penting dia sudah tahu nama depannya "Seira" itu saja.
Ruangan yang ia tempati kini lebih kecil dari sebelumnya, tapi terlihat lebih simple dan rapi. Diruangan itu terdapat satu tempat tidur, di pojok ruangan terdapat sebuah lemari kecil yang didalamnya terdapat beberapa baju ganti, di seberang lemari itu terdapat meja kecil serta sebuah kursi, berdekatan dengan lemari terdapat pintu yang terhubung dengan kamar mandi. Sekilas ruangan itu justru mirip dengan kamar asrama. Bagi mirai tak masalah tinggal di tempat seperti apapun asalkan ia tak perlu membayar ganti rugi maupun sewa alias gratis.
Sebenarnya Ia pun masih kebingungan untuk mencerna semua yang terjadi padanya, baginya semua terasa sangat asing dan tiba-tiba sekali, terlebih lagi ia tak punya ingatan apapun tentang siapa dirinya dan apa yang terjadi sebelum ini.
Semakin ia berusaha mengingat kembali justru rasa sakit dikepalanya yang muncul. Sebenarnya ia ingin bertanya lebih lanjut perihal tempat ini serta insiden ledakan yang Frankenstein katakan. Tapi sepertinya belum ada kesempatan untuk ia bertanya.
Tiba-tiba seseorang seseorang mengetuk pintu kamarnya, dia Frankestein.
"Hallo Mirai, sepertinya kondisimu lebih baik dari sebelumnya ya. Baiklah disini aku akan melakukan pengecekan berkala" Frankenstein mengambil kursi di seberang meja dan duduk berhadapan dengan Mirai. Ia kemudian mengecek kondisi Mirai dan menanyakan beberapa hal yang berhubungan dengan tubunya.
" Apakah kamu sudah dapat mengingat sesuatu?"
Mirai menggeleng, sejak kemarin ia tak ada secuil ingatan yang muncul di kepalanya. "Tidak ada, anu, itu saya sudah mencoba mengingat-ingat, tapi setiap kali saya ingin mencoba mengingat lebih jauh kepala saya selalu saja sakit."
"Tidak apa-apa, tak perlu kamu paksakan apabila memang sakit." Sambil mengelus kepalanya.
Meskipun Frankenstein berkata seperti itu tapi bagi Mirai hal itu sangat mengganggu. Apabila ingatannya tak kunjung kembali maka ia akan semakin lama berada di tempat ini. Mirai hanya tidak ingin merepotkan siapapun dan tak ingin berutang budi lebih banyak padanya.
"Baiklah Mirai ini obatmu" Frank menyerahkan sejumlah kapsul padanya "Setelah ini Seira akan membawakan makanan, pastikan obat itu kamu minum setelah makan" Frankenstein berjalan keluar.
Sebenarnya Mirai ingin bertanya pada Frankenstein perihal tempat ini. Tapi sepertinya saat ini bukanlah waktu yang tepat mungkin nanti kalau Frankenstein datang lagi ia akan bertanya.
Tak lama setelah itu Seira datang membawa makan. Menunya adalah Sup dan beberapa buah. Baru kali ini ia memperhatikan Siera secara seksama, Ternya Seira cantik sekali pikirnya. Wajahnya cantik sekali seperti boneka. Tapi sepertinya dia jarang tersenyum, saat Seira menghidangkan makanan saja dia hanya diam.
Bahkan saat Mirai berterima kasih Siera hanya mengangguk diam. Sejujurnya Mirai ingin coba mengajak dia bicara tapi sepertinya akan sulit. Mengingat dia selalu gugup apabila bertemu orang lain.
Setelah Seira pergi, Mirai menghabiskan seluruh makanannya. Dan seperti yang Frankenstein suruh setelah itu ia meminum obatnya. Ternyata efek dari obat itu adalah tidur, dan tak lama setelahnya Mirai terlelap.
******
Tak jauh dari kamar Mirai beberapa orang sedang mengawasinya dari layar monitor, ialah Frankenstein, Tao, Takio, Seira, dan Regis.
"Ngomong-ngomong Bos, obat itu sebenarnya obat apa?" Tao angkat bicara.
"Sebenarnya itu hanyalah obat penenang, tapi untuk komponennya sudah aku campurkan beberapa hasil eksperimenku kemarin. Apabila asumsiku benar obat itu dapat memicu ingatan kembali. Dan saat itu alatku akan mentransmisikan gambaran-gambaran memeorinya ke monitor" Terang Frankenstein.
"Jadi intinya selama dia tidur kita akan diam-diam mengintip memorinya lewat monitor" Takio menambahi.
"Ternyata kau licik ya Bos, berpura-pura baik kemudian diam-diam menaruh kamera tersembunyi di kamar seorang gadis" celetuk Tao.
Seharusnya sudah sejak lama Tao tinggal dengan mereka tapi kenapa celetukan-celetukannya tetap membuat Frankenstein naik darah.
Melihat Bosnya mulai mengeluarkan aura gelap Tao mulai sadar dengan omongannya tadi "Eh.! Aku tak bermaksud menghinamu Bos!! Maafkan sayaaa!!" sambil berjalan mundur pelan-pelan menuju pintu keluar.
"Tao... mau kemana kamu. Sebagai anak buahku yang patuh harusnya kau membantuku" Frankenstein berjalan kearah Tao"Setelah ini tugasmu adalah mengawasi anak itu, dan untuk gajimu akan aku potong 50%, yaa" sambil menepuk bahu tao sambil tersenyum kearahnya. Tapi tetap aura gelap masih menyelimutinya.
"Ba..baik!! Bos!!" berdiri tegap, dan langsung menuju monitor tanpa basa-basi.
Takio, Regis, dan Seira yang melihatnya hanya bisa bersimpati saja pada Tao, dia memang pantas dapat hukuman karena tidak bisa menjaga mulutnya yang ember.
"AAAAAHHHKKK!!!!!!" Tiba-tiba sebuah teriakan mengagetkan mereka semua, teriakan itu berasal dari monitor yang terhubung dengan kamar Mirai.
Saat itu mereka melihat sebuah kejadian yang sangat tidak mereka duga sama sekali.
****************
![](https://img.wattpad.com/cover/96777228-288-k292091.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Noblesse Crossover
FanficSebuah retakan dibatas antara dimensi terbuka. Kejadian yang seharusnya tak boleh terjadi ini membuat keseimbangan dimensi goyah. Sementara itu di sebuah kota. Seorang gadis misterius tiba-tiba muncul tempat ledakan yang tak diketahui penyababnya.