[Prolog]

176K 8.9K 1.1K
                                    

"You can count on me like 1, 2, 3."

"Kau bisa mengandalkanku seperti 1, 2, 3."

-Bruno Mars-

__________

"Bagi uang jajan kamu!"

"Enggak!" sergahnya seraya menggelengkan kepalanya kuat-kuat.

"Kamu 'kan kaya. Nggak mungkin kamu jadi jatuh miskin hanya karena bagi uang jajan kamu sama kami."

"Kan, udah aku kasih tadi pagi. Kalian semua minta lagi," jawabnya dengan lirih. "Aku bilangin ke Papi aku, nih!"

"Dasar anak manja!"

"Mami!" teriaknya lantang.

"Diem! Kasih uang kamu atau kamu akan dapat hukuman dari kami," ujarnya mendekat. "Orang tua kamu nggak bakal dengar kamu teriak. Jadi, percuma."

"Udah, deh, Xav. Kasihin aja uang kamu ke kita-kita."

"Nggak mau! Kalian semua anak nakal!"

"Biasanya kamu juga nurut sama kita-kita."

"Kayaknya Xavira udah mulai bisa memberontak. Mari kita kasih pelajaran."

Perempuan dengan rambut sebahu yang dikenal bernama Xavira itu memejamkan matanya rapat-rapat.

Nama lengkapnya Xavira Naraya Rahadi, gadis cantik yang manja. Berasal dari keluarga yang kaya raya, membuat teman-temannya memanfaatkan kepolosan Xavira. Teman-temannya sering meminta uang sakunya, bahkan kadang-kadang Xavira tidak membeli apa pun karena uang sakunya sudah ludes. Namun, kali ini Xavira memberontak. Dan bisa dipastikan bahwa ia akan menerima pelajaran karena berani melawan.

"Xavira..."

Cepat-cepat Xavira menolehkan kepalanya menghadang asal suara. Ah. Laki-laki itu lagi.

"Kamu diganggu sama mereka lagi?"

"Mereka nakal. Minta uang jajanku terus, Bi."

Seperti biasa. Masalah Xavira cepat terselesaikan karena hadirnya anak laki-laki itu.

Namanya, Xabiru Kamajaya. Hidup di tengah keluarganya yang sederhana. Rumahnya berhadapan dengan rumah Xavira. Namun, mereka berdua berbeda.

Xavira anaknya manja, sedangkan Xabiru tegas.

Xavira gampang menangis, sedangkan Xabiru kuat.

Xavira lembut, sedangkan Xabiru kasar.

Namun, keduanya saling melengkapi. Meskipun, latar belakang keluarganya tidak sama. Xavira dari keluarga kaya raya, tidak membuat nyali seorang Xabiru ciut untuk memulai persahabatan dengan gadis itu.

"Makasih, Bi." Xavira menundukkan kepalanya ketika anak-anak nakal yang mengganggunya itu sudah pergi karena Xabiru membuat perhitungan pada mereka semua.

Tangan Xabiru menyentuh dagu Xavira, membuat gadis itu mendongakkan kepalanya. "Kamu nggak papa, 'kan?"

Xavira tersenyum. "Aku nggak papa kok."

"Ada yang luka?" pertanyaan yang selalu Xabiru ajukan untuk Xavira kala menemukan gadis kecil itu diganggu oleh anak-anak nakal di kompleks perumahan mereka.

"Nggak ada..."

Xabiru menghela napas lega. "Ya, udah. Ayo, pulang!"

"Kamu kok bisa tahu aku ada di sini?" tanya Xavira di sepanjang perjalanan menuju ke rumahnya.

Count on MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang