"Apa perlu aku korbankan jiwa ragaku ini agar kamu membalas perasaan cintaku? Aku rela mengorbankan apa pun yang aku miliki demi memiliki kamu seutuhnya."
-Xavira Naraya Rahadi-
__________
Perempuan dengan rambut panjang yang tergerai itu tengah sibuk berkutik di dapur. Sebenarnya, ia tidak bisa memasak. Namun, seseorang yang amat bearti baginya itu meminta bantuannya. Jadilah, Xavira harus membantunya.
"Non, biar saya saja yang memasak roti itu."
"Eh, enggak usah, Mbak."
"Nanti saya dimarahin sama Bapak."
Xavira tersenyum, jari telunjuknya ia letakkan di depan bibir mungilnya yang berwarnah merah. "Sssttt... jangan bilang ke Papi, ya, Mbak."
Hidup sebagai putri tunggal dari keluarga Rahadi, membuatnya menjadi pribadi yang manja nan lembut. Menyentuh perlengkapan dapur saja sangat jarang ia lakukan, seperti saat ini.
Xavira terlalu dimanja?
Sebenarnya, tidak. Hanya saja, Rahadi ingin yang terbaik untuk putrinya itu. Ingin Xavira tidak melakukan hal-hal yang sekiranya tidak penting.
Lihat saja kehidupannya sekarang ini. Xavira merupakan mahasiswa semester tiga di salah satu universitas yang ada di negeri ini. Awalnya, Xavira ingin melanjutkan pendidikannya ke luar negeri. Namun, ia tidak mau meninggalkan seseorang yang sangat berarti baginya. Jadi, Xavira melenyapkan mimpinya untuk menuntut ilmu ke luar negeri. Masih ada cara lain untuk mewujudkan mimpinya.
Rahadi selaku orang tua selalu menuruti keinginan putrinya itu, kecuali jika keinginan yang berhubungan dengan sikap dan gaya hidup. Sang papi selalu membenahi diri Xavira agar tidak terjerumus ke dunia malam yang liar.
Dekat dengan laki-laki saja Rahadi melarangnya.
Lalu bagaimana dengan kedekatan Xavira dengan Xabiru selama ini?
Rahadi tidak melarangnya sama sekali. Karena Xabiru adalah pengecualian dalam keluarganya.
Di mata sang papi, Xabiru bukan lawan jenis bagi Xavira. Keluarga Xavira menganggap Xabiru adalah kakak laki-laki bagi putrinya itu, yang bisa menjadi teman, saudara, sekaligus sahabat di waktu yang bersamaan.
"Princess..."
Xavira menolehkan pandangannya. "Eh, Bi... udah dateng."
"Gimana? Bisa, nggak?"
"Bisa kok. Bisa," kata Xavira. Tangannya mengikat helaian rambutnya yang menjuntai tidak keruan. "Tinggal masukkin ke oven."
"Kamu emang selalu bisa diandalkan," tangan Xabiru tergerak untuk menyelipkan anak rambut Xavira ke belakang telinganya. "Rencananya, sih, nanti malem. Doain lancar, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Count on Me
RomanceYoung-adult (tamat) ✔ "Shit!" umpatan yang kesekian kalinya. "Aku bakal nikahin kamu secepatnya." "Nggak usah." "Apa maksud kamu ngomong nggak usah, Xav? Hah?!" "Nggak usah nikahin aku!" "Aku udah nidurin kamu, Xav." "Bukan berati... kamu punya hak...