Jimin mengendap-endap seperti maling saat ia baru saja memarkirkan mobilnya di halaman rumah ayah dan ibunya. Tentu aja ia tak sendiri melainkan dengan Seulgi yang menjadi benteng pertahanannya. Jimin dengan takut-takut bersembunyi di balik tubuh Seulgi yang sebenarnya tak sungguh-sungguh menutupinya.
"Ya! Kau ini apa-apaan sih?" Seulgi merasa risih saat Jimin terus menempel padanya dan mengendap-endap di belakangnya.
"Aku takut Seul?!" ucap Jimin memelas.
"Salah sendiri. Berani berbuat seharusnya juga berani bertanghung jawab! Jangan cari enaknya saja!" seru Seulgi.
"Ya, kau ini harus membelaku!"
"Enak saja, uang tiket saja belum kau ganti. Sekarang aku kau suruh untuk membelamu?"
"Dasar matre!"
"Hei, realistis!"
"Lepaskan tanganmu!" gerutu Seulgi berusaha melepas tangan Jimin yang terus menarik lengan bajunya.
Dan tiba-tiba saja pintu terbuka lebar, menampilkan sosok pasangan paruh baya di balik pintu besar nan kokoh itu.
"Oh Seulgi? Lama tak berjumpa. Kau apa kabar? Kapan pulang?" ibu Jimin memeluk Seulgi hangat, menyambut kedatangan tetangga kesangannya dulu.
"Bagaimana kabar ayah ibumu?" lanjutnya.
Sedangkan Jimin berusaha sesantai mungkin agar tak menimbulkan kecurigaan.
"Siapa yang anaknya, siapa yang di sambut!" gumam Jimin pelan.
"Jim!" panggil sang ibu membuat senyumnya merakah.
"Kenapa pulang? Tiga bulan tak pernah pulang sekarang baru pulang. Uangmu habis ya?"
Dengan segera Jimin mengeleng, mengelak semua ucapan sang ibu. "Ti..tidak bu! Enak saja!"
Tak sedikit bahkan sedetik pun Jimin lepas dari Seulgi, kemana kaki Seulgi melangkah Jimin selalu ikut membuat ayah dan ibunya terheran-heran dan mulai curiga.
"Kalian ini kenapa sih?" tanya ibu Jimin.
"Pasti ada yang kalian sembunyikan? Iyakan?" lanjutnya bertanya.
Sedangkan sang ayah hanya menanti keduanya untuk biacara jujur. Sejujurnya ayah Jimin sudah curiga dengan kedatangan Jimin dan Seulgi ke rumahnya. Ia curiga jika Jimin berbuat hal aneh yang membuat Seulgi menemani anak tunggalnya itu datang ke rumah. Ayah Jimin sudah hafal betul tabiat anaknya itu.
"Jadi begini," Seulgi memberi jeda.
"Seul aku takut!" bisik Jimin pelan.
"Eum, bagaimana ya?!" Seulgi jadi bingung untuk memberi tahukan pada ayah dan ibu Jimin.
"Tapi ingat ya, aa..ayah dan i.buu jang..jangan marah." bantu Jimin walaupun sedikit tergagap.
"Katakan saja!" ucap ayah Jimin tegas membuat nyali Jimin menciut begitu juga dengan Seulgi.
Bukannya menjawab, Seulgi dan Jimin ribut sendiri untuk saling mengajukan siapa yang akan berbicara.
"Kau saja,"
"Kau!!"
"Aku takut!"
"Ya, cepat!"
"STOP!" bentak ayah Jimin membuat keduanya terdiam.
"Sebenarnya ada apa? Coba Seulgi ceritaka. Anak nakal ini berbuat ulah apa lagi? Dan kalau bisa kau tak usah membelanya!"
Jimin menelan ludahnya kasar, sedangkan Seulgi sedikit kehilangan kepercayaan diri. Pasalnya ini masalah yang begitu fatal yang pernah di lakukan seorang Park Jimin.
"Begini_" Seulgi mengambil jeda. "Sepertinya ayah dan ibu akan menjadi seorang kakek dan nenek." ucap Seulgi ragu.
Ayah dan ibu Jimin saling pandang, kemudian menatap Seulgi. "Kau hamil? Anak Jimin?"
Jimin terbelalak begitu pun dengan Seulgi yang langsung mengeleng dan menolak terkaan ibu Jimin.
"Tidak, tidak. Bukan begitu bu maksud Seulgi bukan begitu. Seulgi tidak hamil!" tolak Seulgi sebisa mungkin.
Ada raut wajah kecewa di wajah ibu Jimin, aneh memang. Seharusnya ibu Jimin bersyukur tapi kenapa kecewa? Entahlah pasti kalian tau sendiri apa yang ada di pikiran ibu Jimin.
"Kau sungguh tak hamil?" tanya sang ibu.
Seulgi mengehal nafasnya panjang. "Tidak bu! Bagimana Seulgi bisa hamil? Seulgi baru tiba tadi pagi setelah hampir dua tahun tak pulang." ucapnya kemudian.
Lagi pula mana mau Seulgi dengan Jimin yang terkenal playboy.
"Lalu?!" tegas ayah Jimin.
"Jadi begini ayah, ibu. Menurut cerita versi Jimin, di depan apartemennya beberapa hari yang lalu ada bayi. Tertulis di surat yang terselip bahwa Jimin adalah ayah dari bayi itu. Setelah Seokjin oppa membawa sempel Jimin dan bayi itu hasilnya positif bayi itu adalah anak Jimin. Tapi sayangnya siapa ibunya tidak ada yang tau." jelas Seulgi sedikit was-was.
Baik ayah dan ibu Jimin yang mendengarkan langsung lemas. Seperti percaya tak percaya tapi masih ragu. Sedangkan Jimin langsung berlutut minta maaf agar tidak mendapat hukuman berat dari ayah dan ibunya.
"Dimana sekarang bayinya?" tanya sang ayah.
"Da..dal..dalam perjalanan kemari." ucap Jimin terbata.
Ayah Jimin hanya bisa menghembuskan nafasnya panjang saat Taehyung dan yang lainnya masuk sambil membawa bayi yang di maksud.
"Itu bayinya?" tanya sang ibu sedikit lemas.
Jimin mengangguk.
Segera Taehyung memberikan bayi itu pada ibu Jimin, memperlihatkan tampang sang bayi pada sang kakek dan nenek. Terlihat mata ibu Jimin berkaca-kaca melihat bayi yang baru saja Taehyung berikan pada ayah dan ibu Jimin. Mereka menjadi teringat masa dimana Jimin baru saja lahir, sungguh mirip. Bagai pinang di belah dua.
"Siapa namanya?!" tanya ibu Jimin kemudian.
"Hanul tante, Park Hanul!" ucap Taehyung membantu Jimin untuk menjawab.
"Lalu apa yang akan kau lakukan dengan bayi ini?" tanya sang ayah yang membuat Jimin tertunduk.
"Ba___"
"Seulgi diamlah, jangan membantu Jimin!"
Seketika Seulgi diam dan mundur dari tempatnya, berkumpul bersama lima pria lainnya dan merenas erat lengan jaket Jungkook karena takut. Ini pertama kalainya Seulgi di marahi oleh tuan Park selama dua puluh tiga tahun hidupnya.
Sedangkan Jimin masih berlutut dan tak tau harus menjawab apa. Tuan Park banyak mengomel dan Jimin hanya diam. Seperti nasi sudah menjadi bubur, apa yang terjadi sudah terlanjur. Mau tidak mau Jimin harus mengrusi bayi itu dan menuruti perintah dari sang ayah.
"Bagaimana? Kau setuju tidak?"
Takut-takut, Jimin hanya mengangguk mengiyakan ucapan sang ayah.
"Kalau begitu ayah akan memantaumu!"
"Kalian?!" ucap tuan Park menunjuk ke arah enam orang lainnya.
Dengan takut-takut mereka menatap tuan Park, "boleh pulang." ucapnya kemudian lebih lembut namun masih terdengar tegas.
Keenamnya mulai berpamitan dan melangkah keluar.
"Seulgi, Taehyung! Kalian tetap disini!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[S12] Super Daddy [COMPLETE]
FanficJimin yang mencari ibu kandung dari anaknya sendiri, Park Hanul. Kehidupannya berubah menjadi super daddy saat beberapa tahun yang lalu ia menemukan bayi tiga bulan berada di apartemennya. Setelah melakukan tes DNA, terbukti bahwa bayi laki-laki itu...