1. Hari Pertama

83 19 23
                                    

Hari yang baru. Membuka lembar baru dan melupakan yang lalu. Berharap dia benar-benar bisa melupakkan kejadian itu dalam hidupnya, mengubur dalam-dalam masa lalunya, meninggalkan semua jejak peristiwanya.

Fathia menyiapkan segala keperluannya awal masuk SMA, seperti sekolah lainnya, Fathia akan mengikuti MOS atau Masa Orientasi Siswa. Dimana pada saat tersebut diberitahukan bahwa itu adalah masa pengenalan lingkungan sekolah.

Tapi sudah menjadi rahasia umum bahwa MOS adalah masa dimana adik kelas dikerjai oleh kakak kelas. Waktu yang tepat untuk kakak kelas ganteng tebar pesona, kakak kelas cantik tebar kecantikan.

Fathia melirik jam yang dikenakan dipergelangan tangannya, sekarang sudah menunjukkan pukul 06:20.
Untuk urusan hari pertama masuk SMA, harus pencitraan dulu berangkat lebih awal biar gak kena hukum kakak OSIS.

Kakinya sesekali dihentak-hentakkan ke lantai, mengecek ponselnya berkali-kali, tangannya tak berhenti gemetar, mulutnya tak berhenti berdecik sebal. Fathia cemas menunggu seseorang yang tak kunjung datang.
Menunggu itu memang nggak enak,

Apalagi menunggu yang tak pasti.

"Fathiaaa.. bawa rotinya sayang!" teriak bundanya dari dalam rumah.

Daripada bosan menunggu diluar, akhirnya Fathia memutarkan kakinya kembali melangkah ke dalam rumah, ia mendapati bundanya sedang mengoles selai cokelat pada selembar roti.

"Nih, sudah bunda buatin, kamu bawa 2 ya," ujarnya sambil meletakkan 2 roti berisikan selai cokelat ke dalam tempat makannya.

"Makasih bunda," Fathia menggigit satu lembar rotinya kesal sedari tadi dia menunggu hingga keringat sudah mengucur di keningnya.

"Biasa aja makannya, Fath," Bunda masih terfokus pada lembar roti yang di olesi selai itu.

"Bunnnn... Fathia berangkat sendiri aja deh, telat nih.. aduh dimana sih, udah tau orang mau telat," rengek Fathia mencari-cari dimana dia meletakkan kunci mobilnya.

Bunda langsung menoleh ke Fathia lalu berjalan cepat-cepat menghampirinya "Eh.. jangan. Ini nih bunda bikin rotinya satu lagi untuk Athalla, nanti kamu kasih dia, bilang jangan lupa dimakan, jangan dibuang kaya sayur asem bunda loh ya," bunda memberikan 1 tempat makan lagi yang disambut bibir manyun oleh Fathia.

Fathia mondar-mandir diruang tamu, entah ini sudah putaran keberapa Fathia bolak-balik didepan meja makannya. Sesekali dia melirik lagi jam tangannya sudah menunjukkan pukul 06:45. Nafasnya sedari tadi mendengus sebal, sudah bersiap menarik nafas dan mengumpulkan suara sebaik-baiknya, serta menaikkan emosinya. Saat ingin berteriak, suaranya tertahan oleh suara dari depan pintu,

"Fathiaa..Athalla ganteng datang!!" Athalla tersenyum lebar tanpa rasa bersalah, ingat sudah mau telat, Fathia mengurungkan niatnya untuk ribut sekarang dengan Athalla. Fathia langsung bergegas menuju mobil Athalla yang terpakir didepan rumahnya, membiarkan Athalla yang masih mematung dengan senyum cengengesannya.

Jakarta, Ibu Kota Indonesia yang indah. Kota besar dengan banyak cerita. Dan bukan Jakarta namanya kalo nggak macet. Suara bising klakson mobil saling sahut-sahutan, teriakan para supir angkot mencari penumpang, membuat Jakarta semakin padat dan ricuh. Fathia melirik ke kaca jendela, melihat seorang bapak tua yang lesu berjalan ditengah kebisingan dan kepadat mobil demi menjual tahu sumedang miliknya. Tanpa ragu Fathia membuka kaca jendelanya.

"Pak, sini pak!" Bapak itu langsung berjalan dengan raut lesu yang sudah hilang.

"Pak, saya beli 20.000 ya."

Diambil dan dimasukkan kedalam kantong plastik putih satu persatu hingga 20 tahu sumedang sudah terkumpul dalam plastik. Ditambah beberapa cabai hijau kecil-kecil untuk menambah cita rasa gorengan. Fathia mengeluarkan selembar uang bernominal 50.000 dari dompetnya, diberikan uang tersebut kepada bapak itu. Melihat bapak itu kesulitan mencari kembalian karena terlihat jelas dagangannya masih sangat banyak dan ini juga masih pagi, Fathia mengikhlaskan kembaliannya. Itung-itung sedekah.

Setelah bapak itu pergi, Fathia menutup kembali kaca jendelanya karena suara bising dan polusi semakin menjadi-jadi diluar. Dia menikmati tahunya sebagai sarapan pagi ditengah kemacetan Jakarta, sesekali dia melirik lelaki disampingnya yang masih terfokus pada stir dan jalanan.

"Mau gak?"

"Gak," sahut Athalla.

"Yakin gak mau? muka lo mupeng soalnya," Fathia berujar sambil menguyah tahu dimulutnya.

Mengingat Athalla belum sarapan karena telat bangun, Athalla akhirnya mengambil tahu itu dan memasukannya kedalam mulutnya. Dirasakannya sensasi rasa dari tahu itu, lezat dan nikmatnya makanan sederhana yang jarang dia makan. Sambil menyetir, tangannya tak henti mengambil tahu dalam plastik digenggaman Fathia hingga plastiknya jatuh dan beberapa tahu keluar dari plastik. Fathia langsung mengambil lagi plastik yang berisi beberapa tahu yang masih selamat dan membuang tahu yang sudah tak terselamatkan.

Fathia menepuk tangan Athalla yang masih berusaha merebut plastik tahu tersebut, "Udah ah, tangan lo rusuh, belom cebok."

"YaTuhan Fath, jangan galak-galak dong, gue laper."

Fathia tidak menggubris perkataan Athalla.

"Fath,"

"Hm," sahut Fathia malas.

"Fath,"

"Apaan?" omel Fathia.

"Suapin dong, laper."

Berfikir dua kali udah mengiyakan permintaan Athalla. Namun akhirnya dia akan menyuapi si bos karena kasihan melihatnya kelaparan melewati macet.

Satu demi satu tahu yang diambil Fathia dari plastik perlahan didekatkan ke mulut Athalla. Habis 5 tahu Fathia menyuapi Athalla.

Melihat kedepan, kini mereka sudah sampai di parkiran sekolah. Fathia membuka pintu setelah melepas seatbelt. Athalla kembali mengunci mobilnya.

Fathia kembali melirik jam dipergelangan tangannya, sekolah sudah terlihat sepi, benar saja sekarang sudah menunjukkan pukul 07:20. 20 menit tersebut yang akan menjadi alasan mereka dihukum.

Tatapan Fathia tak terlepas pada Athalla yang berjalan disampingnya sambil membuka jaket berwarna navy yang dikenakannya. Menurut Fathia, cowok ganteng terlihat lebih cool salah satunya adalah saat melepas jaketnya dan membenarkan rambutnya yang kece.

"Woi! ngeliatinnya biasa aja kali, gua tau gua ganteng, bersyukur lo sahabatan sama orang ganteng." Athalla menepuk bahu Fathia. Dengan cepat Fathia menoleh kesamping dan melepaskan tangan Athalla di bahunya, "Najis."

_________________________
TBC

Part pertama untuk pengenalan Fathia dan Athalla

Jangan lupa vote :)

Komentar juga ya :)

Btw, saran dong, kira-kira siapa artis yang jadi Fathia dan Athalla?
komen ya pls 😉

JANGAN BOSAN-BOSAN MAMPIR DI CERITA FATHILLA YA 🖤


note:
mohon maaf akan ada hambatan publish lanjutan cerita ini, dikarenakan hp ku rusak:((

part 1 dulu aja dibaca and jangan lupa vote, 1 vote kalian brarti bgt lho:)

dan tolong share cerita ini ke teman2 kalian lainnya yaaa<3 biar mereka baca jugaa, sm2 kita bangun cerita iniiii.

Big thxxxx and loveee u all!

insyaAllah akan secepatnya beli hp baru, doain hasil nilaiku bagusss huhuu😣

FATHILLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang