“Eh eh, coba deh liat di depan sana Pak Wiratno ada gak?” tanya Nathan pada Redhood Witch.
Sayap Redhood Witch yang berwarna kehitaman mengepak, meninggalkan Nathan yang tengah mengatur napas sembari melirik jam tangan. Perjalanan dari rumahnya—Purity of Heart menuju sekolah memang sebentar, namun ia kesiangan karena tidak bisa tidur nyenyak.
Gue telat, batin Nathan.
“Lo telat, Nat?”
Nathan menoleh, mendapati Maudy tengah berdiri di depannya dengan kedua tangan bertumpu pada lutut. Nathan kaget karena Maudy berdiri di tempat yang terlihat dari pos satpam.
“Sini eh,” Nathan menarik Maudy mendekat. “Jangan berdiri disitu, ntar ketauan sama Pak Wiratno.”
Wiratno, satpam yang terkenal galak di Petrichor High School.
“Gila, gue gak mau kena hukum lari keliling lapangan dan gak boleh masuk kelas,” gerutu Maudy, “hari ini kan ada ulangan.”
Maudy yang memiliki kebiasaan menggigit bibir jika gugup membuat Nathan terkekeh kecil dan menepuk kepala Maudy pelan. Gadis itu mendongak dengan sorot khawatir.
“Kita gak akan kena hukum,” ucap Nathan ketika ekor matanya mendapati Redhood Witch yang memberi tanda ‘aman’. “Pak Wiratno udah gak ada.”
Nathan menarik Maudy mendekati gerbang dan menoleh ke kanan-kiri, membuktikan bahwa satpam itu tak ada. Ketika sudah yakin, ia berjongkok, menunjuk punggungnya sembari menatap Maudy.
“Apa?” tanya Maudy dengan alis naik setengah.
“Naik,” ujar Nathan tak sabaran. “Lo mau masuk kelas, kan?”
Maudy ragu. Apa dia benar-benar harus naik ke pundak Nathan demi masuk sekolah? Setelah beberapa detika berpikir, akhirnya Maudy setuju.
“Bener si bapak gak ada?” tanya Maudy lagi.
Nathan kembali mengangguk, menunjuk punggungnya sekali lagi. “Buruan!”
Redhood Witch yang sudah menyadari dari lama tentang ketertarikan Nathan pada Maudy hanya bisa memutar bola matanya malas.
“Mencari kesempatan dalam kesempitan,” bisik Redhood Witch, namun terdengar jelas oleh Nathan.
Pemuda itu melotot, protes karena Slave berpredikat penyihir itu tengah mencibirnya. Redhood Witch pun terkikik geli dan segera menggerakkan jemarinya hingga Maudy terpekik kaget karena tubuhnya bisa bergerak sendiri.
“Badan gue kenapa, astaga?” ucap Maudy kaget.
Nathan hanya bisa terkekeh dan mulai berdiri pelan. Telapak tangan Maudy memegang kepala Nathan dengan erat. Takut jika tubuhnya akan jatuh.
Ketika gerbang sekolah sudah sejajar dengan dada Maudy, Nathan melompat sejenak sampai Maudy terlempar.
“Nathan!” pekik Maudy dengan mata tertutup.
Dengan bantuan Redhood Witch, angin berkumpul di sekitar Maudy demi menjadi bantalan bokong gadis itu agar tubuhnya tidak menghantam tanah dengan keras. Dalam hitungan detik, Nathan melompat dibantu Redhood Witch sampai ia mendarat mulus tepat di samping Maudy yang masih menutup rapat matanya.
“Maudy, hey,” panggil Nathan seraya mengguncang tubuh Maudy.
Gadis itu membuka kelopak matanya takut-takut dan kembali kaget karena melihat Nathan yang sudah ada di sisinya. Tangannya menunjuk Nathan, matanya mengedip beberapa kali sambil melongo.
KAMU SEDANG MEMBACA
FL • 2 [Armonía]
Teen FictionDimulai dari Evarado Nathaniel, seorang pemuda yang masih SMA mengikuti Maudy Caroline sampai batas Hutan Terlarang dan bertemu dengan Kyna Izarra Querida yang tengah bernyanyi untuk meluapkan emosi. Ketidaksengajaan itu ternyata menimbulkan rasa pe...