6.

26 2 0
                                    

6. Sang Raja hutan

Siang telah berganti menjadi malam. Varo dan Vino masih setia menunggu sosok perempuan yang sekarang sedang terbaring lemah tak sadarkan diri.

Vino sibuk dengan ponselnya entah sedang merayu para perempuan melalui chat atau sedang bermain game.
Sedangkan Varo, ia hanya duduk diam sambil memperhatikan sosok perempuan yang ada didepannya.

Sebenarnya Varo sangat sayang bahkan cinta dengan Alea, hanya karena masalah di masa lalu mereka kini hubungan diantara mereka terhalang oleh benteng yang saling menghalangi keduanya.

"Var gue laper. Turun ke bawah yuk nyari makanan" ajak Vino pada Varo.

"Gue gak laper."

"Ck. Udah deh gak usah muna. Gue tau lo tuh sayang banget sama Lea. Tapi gengsi lo itu yang gak mau maafin kesalahan dia."

"Bacot!"

Vino sudah malas menghadapi kelakuan kembarannya itu, ia lebih memilih untuk pergi ke kantin rumah sakit untuk mencari makanan.

Baru sampai di ambang pintu. Vino langsung mengubah arah tujuannya masuk kedalam ruangan lagi, dengan wajah ketakutan dan pucat pasi.

"Gawat Var! Rombongan raja hutan udah dateng." Ujar Vino ketakutan.

"Dasar banci! Ya udah biarin aja."

Tiba-tiba pintu terbuka menampakkan rombongan raja hutan yaitu papi Alex, mami Yura, ayah Fathan, bunda Jihan dan Sophie adik dari Varo dan Vino.

"Assalamualaikum"

"Wa-waalikum salam"

"Gimana keaadan Lea?" Tanya mami Yura sambil menghampiri putrinya.

"Ba-baik" cicit Vino ketakutan

"Baik gimana? Lea belum sadar sampe sekarang" sahut ayah Fathan.

"Itu pengaruh obat Yah." Jawab Varo lebih tenang.

Sesekali Varo dan Vino melirik kearah papi Alex yang sedang duduk di sofa sambil memejamkan mata. Mereka takut kena marah oleh raja hutan satu itu.

"Kayaknya kita harus bawa Lea ke Jepang lagi." Akhirnya sang raja hutan bersuara.
Tapi ucapannya itu membuat semua orang terkejut apalagi Varo.

"Papi yakin mau kirim Lea ke jepang lagi?" Tanya Vino memastikan.

"Ini demi kebaikan dia"

"Kalo Lea gak mau gimana?"

"Ya harus mau."

"Ck. Egois!" Ucap Varo dalam hati

Varo tidak mau kehilangan sosok yang ia sayangi untuk kedua kalinya, dia tidak mau berpisah dengannya. Hanya satu kali itu terjadi dan tidak akan pernah terjadi lagi.

Varo, Vino dan Alea sudah saling mengenal dari dulu. Mereka berteman, bersahabat, bahkan saling menyayangi walaupun terkadang selalu bertengkar. Tapi rasa sayang itu berubah menjadi suka dan suka itu kini berubah menjadi cinta. Walaupun hanya sekedar cinta dalam diam.

"Kita jangan terlalu maksa Lea, selama dia masih rutin chek up ke Jepang 'kan gak ada yang perlu di khawatirin." Usul bunda Jihan

"Dokter juga larang kita jangan terlalu ngekang Alea." Sahut mami Yura

Samar-samar Alea membuka matanya karena terganggu oleh kebisingan yang mengganggunya.

"Eeungh..."

Suara lenguhan Alea mampu mengalihkan semua orang dan tertuju pada asal sumber suara tersebut.

"Akhirnya kamu bangun. Mau apa? Masih ada yang sakit? Atau mami panggilin dokter?" Tanya mami bertubi-tubi.

Alea menggeleng lemah. "Haus"

Dengan sigap mami menyodorkan air minum kepada Alea.

"Kamu kenapa bisa sampe begini Le?" Tanya papi.

"Jangan di tanya dulu Lea baru sadar." Ucap mami memngingatkan.

"Lea kelamaan kena sinar matahari, gara-gara ngebersihin lapangan." Jawab Alea seingatnya.

"Lapangan? Biasanya kamu ngebersihin koridor atas, kenapa jadi lapangan." Tanya ayah

"Di suruh anggota OSIS."

"Ya udah, lain kali kamu bersihin lapangan indoor aja."

Alea hanya mengangguk sebagai jawabannya.

"Kalian pulang dulu gih, mandi. Masih pake baju seragam juga." Suruh mami pada Varo dan Vino.

"Ya udah kita pulang dulu." Pamit Vino sambil menyalami tangan orang tua mereka, begitu pula Varo.

"Ajak adek kamu sekalian."

"Bocah! Buruan balik."

"Sabar elah" gerutu Sophie.

Sepeninggalan Varo, Vino dan Sophie kini suasana ruangan tersebut berubah menjadi dingin dan mencekam.

"Le, kalo kamu pindah ke Jepang lagi giman?" Tanya papi.

"Maksudnya?"

"Ya...kamu tinggal bareng abang Sam, di Jepang."

"Gak mau!"

Bukan berarti Alea tidak ingin tinggal dengan kakak nya tapi, Alea sudah tahu tujuan kenapa ia di bawa ke Jepang. Hanya untuk menjalankan berbagai pengobatan dan treatment untuk penyakitnya tersebut.

Waktu sudah menunjukkan pukul 21.00 sudah mulai larut. Tapi orang tua Alea masih setia menemaninya.

"Kalian gak pulang?" Tanya Alea

"Ceritanya kamu ngusir kita?" Ucap bunda merajuk.

"Nggak kok, cuman kasian aja pasti kalian capek. Iya 'kan?"

"Ya udah. Kita pulang dulu" kata ayah

"Mami pulang dulu. Nanti besok kesini lagi. Okay?"

"Okay!" Jawab Alea sambil mengacungkan jempolnya.

"Bener kamu gak mau ditemenin? Emang gak taku?" Tanya papi

"Gak lah, lagian disini juga banyak perawat. Gak usah khawatir." Ujar Alea meyakinkan.

"Ya udah kita pamit dulu. Jangan lupa istirahat! Assalamualaikum."

"Waalaikum salam."

Mereka berpamitan untuk pulang karena hari sudah semakin malam dan meninggalkan Alea sendirian. Alea sudah terbiasa sendiria karena orang tuanya sering pergi untuk mengurus bisnis dan persahaannya.

Sebenarnya tujuan Alea menyuruh mereka pulang hanya untuk mengganti topik pembicaraan tentang Alea yang akan dibawa ke Jepang lagi.
Alea sudah tahu sifat orang tua mereka. Walaupun ini demi kebaikannya sendiri tapi, Alea bukan tipe orang yang suka di atur dan diperintah. Dia hanya ingin menjalani hidup apa adanya sesuai keinginannya, bukan keinginginan orang lain.

I miss you and I need you!

*****

Tbc...

Jangan lupa vote dan komen😊

02 mei 2018

Love Is ChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang