Imperfect #2

16 2 0
                                    

⭐__Imperfect__⭐

Gavin merasa hari pertamanya di sekolah baru sungguh sial setelah bertemu senior yang sangat bawel tadi, bagaimana tidak setelah mendapat hukuman karena tidak membawa perlengkapan kini ia harus segera sampai di aula yang ia tidak tau letaknya di mana, jika ia terlambat maka hukumannya akan bertambah.

"Ini sekolah gede amat sih sampe nyari aula aja susahnya kayak nyari jodoh."

Saking sibuknya Gavin menoleh ke kanan dan kiri ia sama sekali tidak memperhatikan jalan di depannya, sementara di arah yang berlawanan seseorang sedang sibuk dengan ponsel di tangannya.

"Ehh hp gue." ucap Nabila spontan saat handphonenya jatuh karena tidak sengaja di tabrak oleh seseorang.

"Kalo jalan pake mata dong, nggak liat apa ada orang segede gini lagi jalan, emang di pikir ketabrak itu enak apa, sakit tau sakitnya tuh di sini." ngomel Nabila sambil memungut handphonenya yang jatuh.

"Lo senior yang tadi kan, aula nya di mana?."

"Eh suaranya kayak gue kenal." batin Nabila.

"Ohh, elo siswa baru yang itu kan, ngapain cari aula?, siapa tuh aula?." ucap Nabila seakan ia tidak tau apa itu aula.

"Lo bisa serius dikit nggak sih, entar gue kena hukum lagi nih." jelas Gavin sedikit meninggi karena emosi.

"Oh, aula itu, nih dari sini lo lurus terus belok kanan terus belok kiri lurus lagi belok kiri lagi belok kanan lurus dikit belok kiri dikit abis itu belok kanan dan nyampe deh di aula." jelas Nabila nyengir kuda.

Gavin menatap Nabila malas, benar benar malas. " nggak ada jalan yang lebih singkat gitu?."

"Oh ada kok, tapi kasih tau nama lo dulu."

"Ya elah, nama gue Gavin, udah sekarang kasih tau gue jalan ke aula, yang singkat."

"Oh nama lo Gavin, keren ya." balas Nabila masih konsisten dengan nyengir kuda nya.

"Iya, aulanya di mana?."

"Tuh aulanya di belakang lo." jawab Nabila santai.

"Yah elah, buang waktu gue aja lo, kenapa nggak bilang dari tadi, yaudah gue pergi dulu, sama sama."

"Makasih," jawab Nabila polos. "Eh kok gue sih yang bilang makasih?."

Dengan setengah berlari Gavin masih saja mengoceh, karena siapa lagi kalau bukan si senior yang bahkan tidak ia ketahui namanya. Untung saja saat sampai di aula acara penyambutan nya belum di mulai. Dengan cepat Gavin mengisi absen untuk peserta MOS dan langsung masuk ke barisan anak IPA.

Setelah Gavin masuk ternyata ada dua siswa lagi yang tampaknya juga terlambat, Gavin bersorak dalam hati setidaknya namanya bukan yang paling akhir di absen tersebut, dan Gavin semakin tenang saat melihat kedua orang tersebut ternyata adalah sahabatnya sendiri.

"Kebiasaan banget lo duo curut, datenya lama amat." ucap Gavin pada dua sahabatnya saat sudah sampai di barisan yang sama.

"Nama lo perasaan di atas gue deh, berarti lo juga telat bege." protes Aldo, sedangkan Brian hanya mengangguk tanda setuju.

"Tapi gue datang nya dari tadi." bela Gavin tak mau kalah.

"Sama aja curut nama lo juga nggak jauh beda tempatnya ama kita, sama sama di ujung."

Gavin baru saja ingin membalas namun suara senior di depan mereka membuat semua pasang mata kini tertuju ke depan panggung.

"Perhatian, karena sebentar lagi acara penyambutannya akan di mulai di mohon untuk adik adik agar tenang dan menyimak dengan baik, dan saat Ketua osis atau guru pembimbing sedang berbicara di mohon agar semua tenang." begitulah isi pengumuman dari sang panitia, dan tak lama masuklah seorang guru dan di belakangnya di susul dua siswa dan siswi yang sepertinya merupakan ketua dan wakil ketua osis.

"Assalamu'alaikum, selamat siang." ucap pak Beni selaku guru yang mewakili acara penyambutan murid baru.

"Siang, pak." jawab semua murid yang ada di aula.

"Kali ini saya hanya akan melihat keadaan kalian dan setelah ini saya akan menyerahkannya pada ketua osis, tapi sebelum itu saya ingin melihat kedisiplinan kalian mengenai waktu, Kina mana absen murid barunya?." pinta pak Beni pada salah satu panitia MOS.

"Mampus, nama gue paling akhir lagi." ucap Brian khawatir.

"Tenang Yan, ntar kalo lo maju kita juga maju kok, kan kita sama sama telat, ya kan Gavin?." bujuk Aldo berusaha menyemangati.

"Iya, lagian juga hukumannya kalo nggak keliling lapangan ya hormat bendera." tambah Gavin niatnya sih menyemangati.

Setelah menerima absen murid baru tersebut langsung saja pak Beni membuka lembaran yang terakhir dan membacakan nama murid yang ada di daftar paling akhir.

"Yang saya bacakan namanya tolong maju ke panggung. Brian Davino Putra, Aldo Wijaksono dan Gavin Gabrielle Daniel." ucap pak Beni lantang.

"Tuh kan kita pasti maju nya sama sama kita kan sahabatan udah dari orok." ucap Aldo, yang paling bersemangat di antara mereka. 

Saat sampai di depan bukannya tegang, wajah mereka malah biasa saja malah bisa di katakan sedikit tersenyum.

"Kalian tau apa kesalahan kalian?." tanya pak Beni.

"Tau pak.". Jawab mereka ber tiga serempak.

"Ya sudah, saya mau tanya sama kalian kenapa kalian datangnya telat? mulai dari kamu." tunjuk pak Beni pada Brian.

"Saya telat soalnya, tadi pagi kucing saya lahiran pak, jadi saya bawa ke rumah sakit dulu baru ke sekolah." pak Beni hanya geleng geleng kepala mendengar penjelasan Brian.

"Kamu kenapa telat." tanya nya pada Aldo.

"Saya telat soalnya kelinci saya katanya sakit perut, pas saya bawa ke dokter ternyata kelinci saya lagi pms pak makanya sakit perut." jelas Aldo yang sama ngaco.

"Nah kalo kamu kenapa telat, kayaknya kamu yang paling bener nih." tunjuk pak Beni pada Gavin yang sedari tadi hanya berdiri diam.

"Saya telat karna saya nggak datang cepat pak." jawab Gavin singkat, jelas, padat yang langsung di balas tepukan jidat oleh pak Beni.

"Sama aja, kalian ini ya, bikin saya pusing aja, kalian saya hukum keliling lapangan basket dua puluh kali, setelah itu hormat bendera sampai istirahat ke dua."

"Yah double deh." seru mereka bertiga kompak.

________________________
An: Ntap, kelar juga deh, setelah author note yang panjang di part sebelumnya, sekarang we nggak mau panjang panjang deh, cuma mau bilang, awas typo berkeliaran.

See you.....

👇👇

ImperfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang