Chapter 1

27 5 2
                                    

“JOY, Joyaaa!! Joyaaaa!! “ aku temukan Joya dengan keadaan yang sangat memprihatinkan. Terduduk lemah di sebuah kursi dengan kedua tangan dan kaki yang lecet karena ikatan tali yang cukup kuat. Lihatlah betapa mengerikannya kondisimu, dengan mata ditutup dan badan yang mulai kering dan kerempeng. Entah apa yang telah mereka perbuat kepadamu, setelah satu minggu mereka menculik dan menyekapmu di bangunan tua yang terbengkalai ini. Tak bisa aku bayangkan ketika kamu harus tidur dengan keadaan seperti ini. Merasa kedinginan, kesepian, terselimuti rasa takut setiap saatnya.
aku Segera melepaskan setiap benda yang membuatnya tidak dapat melihat, berteriak, ataupun bergerak dengan bebas. Matanya yang dulu terlihat memancarkan cahaya kebahagiaan dan sebuah harapan kini tak lagi ada. Ia menatapku dengan tatapan kosong dan begitu memilukan. Siapa yang tega melakukan perbuatan keji ini terhadapmu? Sungguh para bedebah berengsek itu begitu keterlaluan.

Joya segera dilarikan ke rumah sakit untuk diperiksa keadaanya, sedangkan aku membantu polisi mencari tersangka yang telah menculik Joya. Akhirnya dalam waktu 2X24 jam polisi dapat menangkap pelaku kejahatan tersebut, diduga tersangka adalah teman sekantor Joy yang merasa iri melihat Joy yang terus mendapatkan pujian dan hak istimewa dari bosnya.  Pada hari yang sama pula ada kabar mengenai Joy, bahwa selama seminggu Joy disekap, Joy terkena kasus kekerasan, parahnya lagi Joya juga terus dicekoki obat-obatan terlarang oleh para penjahat itu. Hal tersebut membuat Joya harus terus dirawat di rumah sakit dan harus mengikuti rehabilitasi secara berkala. “maaf Pak Arken, apa anda bisa menghubungi keluarga atau saudaranya?” Dokter yang juga merasa prihatin bertanya kepadaku, “kedua orang tua Joy sudah meninggal 5 tahun yang lalu dok, kedua orang tuanya pun merupakan anak tunggal. Tidak ada yang bisa saya hubungi, Biar saya saja yang menjadi walinya, biar saya yang membiayai pengobatannya, asal Joy bisa kembali seperti sebelumnya” jelasku dengan nada yang bersungguh-sungguh.
“baiklah Pak, saya akan menghubungi Bapak secara berkala tentang kondisi Ibu Joy”
“terima kasih Dok, saya mohon kerjasamanya”

Aku keluar dari ruang dokter yang merawat Joya, kakiku terasa lemas setelah mendengar penjelasannya. Ada sesak yang terus menjalari nafasku. Hatiku begitu sakit seperti tercabik oleh puluhan pisau tajam. Sungguh, aku tidak sanggup membendung tangisku malam itu. Aku datang keruangan Joy dirawat, duduk disampingnya sambil memegang tangannya yang terkulai lemah. Berharap Joy akan kembali pulih , berharap Joy kembali ke keadaan semula. “Joy, aku mohon cepatlah sadar, aku mohon cepat pulih, Jadilah joy seperti sedia kala! Joy yang selalu tersenyum, Joy yang yang memancarkan kebahagiaan dimatanya. Aku rindu Joy, aku sungguh merindukanmu” aku berbicara kepada joy yang sedang tak sadarkan diri. Seperti tak waras memang, namun aku sungguh sangat merindukannya, sungguh ingin Joy untuk cepat sadarkan diri dan sembuh. Aku kembali mengutarakan apa yang selama ini ada di pikiranku “Joy baru aku akan menemuimu, baru aku akan mencoba untuk mendekatimu, mencoba mengenalmu lebih dalam dan mencoba untuk meminangmu. Namun, bagaimana bisa aku malah menemuimu dengan keadaan seperti ini, keadaan yang begitu mengenaskan, terbaring dengan lemah dan tak berdaya. Namun begitu aku masih tetap mencintaimu Joy, jadi kumohon Joy bertahanlah dan cepatlah sadarkan diri. Aku menunggumu sadar disini” seakan Joy dapat mendengar keinginanku, Joy secara perlahan membuka matanya. Aku buru-buru memanggil Dokter untuk memeriksa keadaannya. Dokter keluar dari ruangan Joy lalu ia mengatakan bahwa kondisi Joy saat itu stabil tapi ada kemungkinan Joy akan merasakan sakau atau ketergantungannya pada obat-obatan haram itu bila malam tiba.

#Tbc
Terima kasih sudah membaca cerita ini
Mohon kritik dan sarannya

A Woman with Her TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang