Chapter 3

17 3 0
                                    

Setelah aku mengatakan itu, tiba-tiba tangan joy memegang kemejaku, lalu ia mengangguk sambil tersenyum menatapku. Aku sungguh sangat senang ketika joy menerima keputusanku.

Oh tuhan apa joya sungguh mau menerima tawaranku atau hanya sekedar candaan penenang hatiku? "ma. . maksudmu kamu mau menerima tawaranku?" aku bertanya lagi untuk memastikan keputusan joya. Joya mengangguk sekali lagi, bahkan sambil berkata "ya, aku bersungguh sungguh dengan perkataanku." hatiku seakan meledak-ledak mendengarnya. Satu kalimat yang terdengar indah yang mampu mengalahkan puisi raja, satu keputusan yang bahkan tak dapat diwakili oleh seribu keping emas. Itulah keputusan joya, keputusan yang membuatku berani menukarnya dengan seluruh hidupku."

###


Tepat satu hari setelah joya dibolehkan keluar dari rumah sakit dengan menggunakan kursi roda sambil menjalani rawat jalan. Aku memperistri joya pada hari itu, dengan pesta sederhana. Bukan aku tak punya modal untuk membiayai pesta super megah dan mewah, hanya saja joya memintaku membuatkan pesta yang sederhana saja. Asalkan pernikahan itu sah di mata hukum maupun agama. Acara pernikahan berlangsung cukup singkat, karena aku tidak ingin joya kelelahan dan membuat kondisinya kembali menurun akibat terlalu memaksakan diri untuk meladeni para tamu yang datang. Joya selalu memberikan senyuman kepada setiap tamu yang datang menyalaminya. Namun demikian, joya masih menatap sekitarnya dengan tatapan yang kosong. Aku dapat merasakannya, tatapan itu! tatapan yang membuat diri joya begitu berbeda di mataku.

Aku tidak tahu apakah joya merasakan bahagia seperti perasaanku saat ini, atau mungkin hanya aku saja yang merasakan perasaan ini?!  Aku hanya sedikit kecewa, walaupun aku tahu pernikahan yang  berlangsung ini terjadi karena tawaranku, bukan atas keinginannya, wajar saja mungkin bila Joy tidak sebahagia aku saat ini.

Pesta pernikahan akan segera berakhir, aku melihat joya mulai kelelahan dan pucat. aku mendekati joya dan duduk disampingnya. "apa kamu masih bisa melanjutkan acara ini?" aku bertanya padanya karena merasa khawatir. Seperti biasa joya hanya mengangguk dan berkata "ya."
"kamu tidak perlu memaksakan diri, kamu terlihat begitu pucat. apa tidak sebaiknya kamu beristirahat dulu?"
"aku baik-baik saja"
"kamu sudah minum obat dari dokter?" joya hanya mengangguk.
"Biar aku ambilkan minum untukmu! Ada hal lain yang kamu inginkan?" dan sekali lagi joya hanya memberi isyarat dengan menggelengkan kepalanya, menandakan ia tidak butuh apa-apa.

Aku kembali dengan membawakan segelas air putih dan potongan berbagai jenis buah untuk joy, walaupun tadi dia tidak memintaku membawa apa-apa selain aif putih.

"aku akan menyuapimu" tawarku setelah joy meneguk sedikit air dari gelasnya. Joy membuka mulut dan memakan buah yang aku berikan. Ia mengunyahnya secara perlahan, dan lembut. Aku terus menyuapi sambil menatapnya. Sungguh suatu anugerah bisa berada di panggung pernikahan bersama orang yang ku cintai sejak lama ini. . Aku terus memandanginya, selalu ada sensasi menyenangkan saat aku melihatnya. Apalagi saat joy tersenyum, detak jantungku selalu berdetak lebih kencang dari biasanya. Lalu tanpa sadar aku mengatakan apa yang ada di pikiranku selama ini

"joya, aku selalu yakin atas kebaikan Tuhan kepadaku. Ia selalu memberi dan memenuhi kebutuhan setiap hambanya. Dan tuhan memberikanmu untukku, karena kamu bukan hanya sekedar keinginan untukku namun juga kebutuhan bagi hidupku. Sebagai bentuk rasa syukurku, aku berjanji akan selalu menemanimu, merawatmu dan akan memberikan kebahagiaan kepadamu. Tahukah kamu joy, sudah sedari lama aku selalu memerhatikanmu? walau kita sudah tidak pada lingkungan yang sama. Terpisah jauh oleh jarak dan terhalang oleh ruang. Aku selalu memendam perasaan ini dan tidak sekalipun perasaan ini pernah luntur. Aku tidak ingin membandingkanmu dengan wanita lain di luar sana, Karena pasti selalu ada orang yang bisa melebihimu. Namun kelebihan itu tetap tidak bisa menggantikanmu di hatiku. Dan hari ini adalah hari dimana aku dapat memperistrimu dan kamu telah memberikan kebahagiaan yang mungkin hanya bisa didapat bila denganmu. Maafkan aku yang telah lancang mencintaimu dalam diam. Aku sungguh bersyukur joya" entah dari mana kata-kata itu bisa tiba-tiba muncul di kepalaku, yang jelas ini kali pertama aku menyatakan cinta pada wanita. Setelah berkata begitu joya menatapku, memegang kedua tanganku sambil tersenyum. Kali ini aku benar benar dapat melihat joya tersenyum dengan tatapannya yang dulu, tatapan yang memancarkan cahaya kebahagian, tatapan indah yang dapat memikat hatiku. Lalu  joya mengecup punggung tanganku dan berkata "ajari aku menjadi istri yang baik". Dan saat itu joya berhasil membuatku jatuh cinta kepadanya untuk kesekian kalinya.

Terimakasih bagi yang sudah menyempatkan diri untuk membaca cerita ini. Mohon berikan vote, komen atau saran anda

A Woman with Her TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang