Chapter 5

23 3 1
                                    

Jam istirahat selesai saatnya kembali masuk kelas. Pelajaran berjalan seperti biasanya, setelah pulang sekolah ada pengumuman bahwa panitia pensi di haruskan berkumpul di ruang OSIS untuk mengadakan rapat. Kali ini para panitia berkumpul untuk membahas susunan acara dan malasah perlengkapan pensi yang habis dan harus dibeli. Kamu tahu? Saat rapat berlangsung, aku sempat mendengar suara gadis yang tadi siang menangis. Aku kira itu hanya halusinasiku, ternyata itu benar-benar dia, gadis yang membuatku terpana karena tangisannya. Sekarang aku mengerti arti perkataannya tadi siang, ia meminta kerja sama karena dia juga termasuk panitia pensi, atau lebih tepatnnya anggota pengurus OSIS. ". . .sekarang siapa yang bersedia dan memiliki waktu senggang untuk membeli peralatan yang kurang dan sudah habis?" ketua osis bertanya kepada setiap anggota panitia yang berada di ruangan. Lalu gadis itu langsung mengangkat tangannya dan anehnya gadis itu malah melihat kearahku sambil tersenyum. "oke Joya bersedia, ada yang lainnya?"
"boleh aku memutuskan siapa yang akan menemani tugasku?" ahhh entahlah firasatku mulai tak enak saat Joya mengajukan diri. Ketua OSIS hanya mengangguk mendengar permintaan Joya. Dan benar saja, Joya menunjukku untuk menemaninya membeli perlengkapan pensi. Aku langsung berdiri dan menolak saat tahu dia menyarankan aku yang menemaninya.

"eeee kenapa aku? Aku juga punya tugasku sendiri."

"tugasmu kan sudah selesai"

"tidak mau!"

"Jangan keras kepala Arken!"

"Tidak mau!!"

"Kenapa tidak mau?"

"Pokoknya tidak mau!"

"baiklah, kalau masih keras kepala biar ketua OSIS saja yang memutuskan. Tapi menurutku akan lebih baik bila dia yang menemaniku, karena selain tugasnya sudah selesai, dia juga bisa membantuku membawakan belanjaan nantinya!"

Tak lama setelah ketua OSIS berpikir dan mempertimbangkan, ia pun bertanya kepada setiap panitia yang ada di ruangan itu

"sebelumnya apakah ada yang bersedia dan telah menyelesaikan tugasnya disini?"

Tak ada seorang pun yang bersuara, pertanda tidak ada yg bersedia untuk menemani tugas joy. Lihat lah gadis itu sekarang! ia tersenyum puas kearah ku. Seakan ini adalah kemenangannya. Arghh menyebalkan mau tidak mau tugas ini sekarang menjadi tanggung jawabku. Tapi tak apalah anggap saja ini ibadah untuk memperbanyak pahalaku.

###

Keesokan harinya kita sepakat untuk bertemu di taman kota pukul 9 pagi. Tapii ini bahkan sudah pukul 09.30 dan Joy masih belum muncul. Kesal, hanya itu yang sedang aku rasakan, kesanku terhadapnya mulai tak baik. Aku mencoba menghubungi Joy tapi tak diangkat. Mulai agak panas, aku mencari tempat teduh dan duduk disana sambil melihat-lihat sekelilingku. Hari ini taman cukup ramai mungkin karena hari libur. Banyak anak remaja yang jalan-jalan disini, ada yang hanya berjalan sendiri, bersama temannya atau bahkan bersama pasangannya. ada pula anak kecil yang berlarian kesana-kemari sedangkan orang tuanya berteriak agar ia berhati-hati. Pemandangan yg biasa, namun aku tidak pernah bosan melihatnya, cukup menyenangkan melihat orang-orang yang ada disini.

Tak lama setelah itu Joy datang.
Muncul dari belakangku dengan berkata
"banyak hal yg terjadi saat aku menuju kemari. Aku sungguh meminta maaf atas keterlambatanku."
Dan saat aku menengok ke arahnya, alangkah hebatnya ia membuatku terdiam, memandangnya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Joy benar-benar terlihat sangat. . . Kotor!!.

"Yaampun Joy! Ada apa dengan penampilanmu? Mengapa kamu begitu kotor?"

Joy pura-pura tersenyum kepadaku, sambil memegang pakaiannya yang kotor itu.

"Aku bisa menjelaskannya?! Hehe"

"Lalu apa yang terjadi hingga kamu terlambat dan datang dengan pakaian yang kotor begini?"

"Yaa. . Sebenarnya, saat diperjalanan aku bertemu dengan wanita yang cukup tua, ia terlihat kebingungan. Karena kasian, aku bertanya dan menawarkan bantuan. Ternyata wanita tua itu sedang mencari alamat.
Butuh waktu cukup lama untuk membantunya. Dan akhirnya aku terlambat datang kemari" ia menatapku dengan tatapan bersalah.

"Lalu bagaimana dengan pakaianmu?"

"Kalau itu. . Mmm. Setelah aku membantu wanita tua itu, tiba-tiba kertas daftar belanjaannya terbang terbawa angin. Aku berusaha mengejarnya tanpa melihat jalan lalu, aku menyandung batu dan yaah. . . Kamu bisa melihatnya. Hheee"

Aku menggaruk kepalaku walau tidak gatal. Aku tidak tahu harus marah atau prihatin. tapi alasannya cukup untuk membuatku percaya padanya.

"Yaampun Joy, kamu berhasil membuatku 'kembali' terdiam dengan keadaanmu!. . Pakai ini! kamu bisa mengembalikannya esok atau kapanpun"
Aku memakaikan jaket yang aku bawa dibahu Joy.
Deg. . . Ia tersenyum dengan penuh penghargaan. Senyum itu. . . 'Aku menyukainya'

"Terima kasih" kata Joy sambil membenarkan jaket yang tadi aku pinjamkan

"kamu tak apa bila berangkat dengan keadaan begini sekarang?"

"Tentu!"

"Tapi sepertinya kamu harus membersihkan dulu yang bisa kamu bersihkan, baru setelahnya kita berangkat" aku mengambil air mineral yang aku bawa dan memberikannya kepada Joya. "Bersihkan dengan ini"

"Oke terimakasih banyak" Joy mengambilnya dan segera membasuh kaki dan tangannya yang kotor.

Setelah itu kami segera berangkat untuk membeli perlengkapan yang diperlukan saat pensi. .

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Woman with Her TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang