Second

362 19 4
                                    

            “Anak-anak, ini ada murid baru di kelas kalian,” Pak Mufasa memasuki kelas. “Kenalan ya.” Setelah itu ia keluar kelas.

               Red Girls, ah gue nggak suka nama mereka, gue panggil nama aja, ya, Zra, Nasya, Sheila, sama Litha langsung ribut.

               “Cogan, cogan!” bisa nggak sih, sekali aja nggak sensitif soal cowok? Eneg, tahu.

               “Lo kenalin diri lo di depan, ya.” Suruh ketua kelas, Asyraf. Cowok itu mengangguk.

               “Hai, nama gue Faris. Faris Ar-Ramli. Gue pindahan dari Padang.”

               “Faris, ya? Lo kenapa pindah?” tanya Zra.

               “Ayah gue pindah kerja.”

               “Hobi lo apa, Ris?” tanya Nasya.

               “Gue lebih suka nggak ngomong soal hal pribadi ke orang yang nggak gue kenal baik,” Ha, jawaban yang bagus, Faris. Gue salut.

               “Ehm, ya udah. Lo duduk di....samping Rai, ya.”

               “Hah? Asyraf! Kan masih ada kursi kosong lain!” Gue protes. Samping gue kosong, karena Vitha, teman sebangku gue udah pindah ke Bandung. Tapi, gue suka duduk sendiri. Jadi sahabat-sahabat gue bebas duduk di situ kapan aja.

               “Kursi yang lain kosong, karena yang punya nggak masuk. Kalo mereka udah masuk gimana? Udah, jangan protes!” tegas Asyraf. Tch, gue kurang suka punya ketua kelas yang nggak bisa dibantah. Faris langsung jalan ke arah kursi barunya dan duduk. Duh, gue bisa dianggap ngajak ribut nih sama Zra.

               “Hai, Faris.” Sapa Tira. Yah, dia ini memang supel banget. “Nama gue Tira, sebelah lo itu namanya Raisa.”

               “Rai.” Potong gue langsung. Jangan sampai si Faris ini manggil gue dengan nama Raisa.

               “Gue Azka.” Tambah Azka.

               “Lisha.”

               “Ayra.”

               “Hai.” Katanya singkat. “Kok kalian nggak duduk di tempat?”

               “Guru Bahasa Indonesia nggak masuk.” Jelas Azka.

               “Tapi dikasih tugas, kan?”

               “Iya, sih.”

               “Kerjakan kalau begitu.”

               “Males, Ris.”

               “Apa lo berusaha untuk nge-bantah gue?” tanya Faris.

               “Bukan gitu maksudnya.” Azka langsung gelagapan.

               “Ya udah, sana kerjakan tugasnya.” Katanya. “Gue belum punya buku, pinjem buku lo.” Katanya ke gue.

               Azka, Tira, Lisha, sama Ayra langsung duduk di tempat mereka yang lumayan jauh dari tempat gue.

               “Rai, pinjem buku lo.” Kata Faris lagi.

               “Iya.”

               “Eh, si Faris Queen B banget!” komentar Tira heboh.

2D in 3DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang