First

818 30 7
                                    

Nama gue Raisa. Raisa Al-Farisi. Bagus? Iya, gue juga sependapat, tapi entah kenapa gue lebih suka dipanggil Rai. Umur gue 13 tahun. Usia yang tanggung. Biasanya di usia-usia begitu, semua orang mulai ribut sama yang namanya cinta, kan?

Nggak buat gue. Satu-satunya cinta gue cuma buat Tuhan, keluarga sama anime. Iya, gue otaku. Gue suka banget sama anime. Kata teman-teman gue sih, ceritanya anehlah, nggak realistislah, atau apapun itu, terserah, gue nggak peduli soal pendapat mereka.

Kakak gue, Kak Nada, yang pertama kali ngenalin anime ke gue waktu gue masih 4 tahun. Sadis? Iya, gue setuju. Nah, sejak itu, level otaku gue terus bertambah. Di umur gue sekarang ini, gue lagi suka-sukanya sama Fairytail sama Kuroko no Basket.

Di ulang tahun gue yang ke 13, beberapa minggu yang lalu, kakak gue nanya, "Rai, kamu belum suka sama seseorang, ya?" Gue bingung disitu, "maksud kakak?". Dia hela napas, "ya pacar.". Gue langsung kaget, "hah? Ya nggaklah! Aku belum mikir ke sana!"

Ya iyalah, kan tadi gue bilang satu-satunya cinta gue cuma buat Tuhan, keluarga sama anime. Gua jatuh cinta sama tokoh-tokoh fiktif di anime. Gue juga udah mulai baca dan buat fanfiction sama doujinshi Kuroko no Basket. Maksudnya, semua cowok di anime itu keren banget! Tinggi, jago main basket, ganteng, apa lagi yang kurang?

Tokoh favorit gue namanya Akashi Seijurou, kapten dari Miracle Generation. Ganteng, rambut merah, hethromatic, langsung bikin gue meleleh di tempat. Bahkan gue udah 'menularkan' virus fan girling ini ke beberapa teman gue. Dan itu sukses bikin mereka meleleh juga.

Sampai kakak gue pernah bilang gini ke gue, "Rai, kamu jangan begitu. Nanti sukanya sama cowok 2 dimensi lagi,"

Gue sih iya-iya aja. Tapi, serius, kalo misalnya Akashi ada di dunia nyata, langsung gue tembak deh! Makanya, gue lagi suka banget baca ff Akashi x reader! Di Kuroko no Basket, gue nggak cuma jatuh cinta sama Akashi, kok. Ada lagi Kuroko Tetsuya, Midorima Shintarou, Kiyoshi Teppei, Izuki Shun, Kasamatsu Yukio, hampir semua malah.

Ada juga, sih, beberapa teman gue yang suka anime juga. Tapi kebanyakan dari mereka sukanya shoujo, manga cewek. Sementara gue sukanya shonen. Menurut gue, shoujo itu isinya cuma cinta-cintaan, jauh lebih nggak realistis dari shonen, tapi, yah, ada beberapa seri yang dengan berat hati gue akuin, gue suka. Misalnya, Watashi ni XX Shinasai. Tokoh Shigure Kitami di Watashi ni XX Shinasai, lumayan, sih. Tapi, tetap saja gue lebih milih Akashi.

Siang ini, gue lagi di kantin sama sahabat-sahabat gue. Lucky, anak-anak kelas 9 hari ini pada nggak masuk.

"Rai, lo lagi ngapain, sih?" tanya Tira.

"Hmh? Gue lagi liat fanart Kuroko no Basket,"

"Kuroko no Basket lagi?" kata Lisha malas. Gue mengangguk.

"Iya, sih, gue akuin Akashi itu keren banget, tapi kan dia cuma tokoh fiktif, Raaaiii." Azka menyahut.

"Yah, kalo ada cowok empat dimensi yang berambut merah, hethromatic, jago basket, gue bakal pertimbangin."

"Rai, dari tadi lo dengerin gue, nggak?" tanya Ayra. Ups, saking asyiknya nonton fanart Kuroko no Basket, gue jadi lupa inti permasalahan kita ngumpul di sini.

"Iya, kok. Lo abis berantem sama Farhan, kan? Saran gue, lo dengerin dia dulu. Siapa tahu, lo cuma salah paham. Kakak gue cerita, belakangan ini dia liat Farhan lagi latihan basket di lapangan, jadi mungkin dia mau ada turnamen." Gue langsung liat fanart lagi. "Azka, buatin gue kayak gini, dong."

"Iya, iya." Azka mengangguk. Azka memang satu-satunya dari kita yang menguasai iptek. Ayra juga, sih. Tapi, lebih hebat Azka-menurut gue.

"Yeah! Makasih, Azka!"

"Iya, sih. Lo benar juga, makasih, Rai." Ayra mengangguk senang.

"Tapi, saran lo masih bagus aja, Rai!" tanggap Lisha.

"Masih mood maker terbaik kita," Tira setuju.

"Eh, pulang yuk."

"Iya, udah jam 2 nih. Gue harus jaga rumah." Sambung Tira.

"Eh, besok katanya mau ada murid baru?" tanya Azka.

"Iya, iya. Gue dengar dari Bu Maya." Jawab gue. "Di kelas kita, ya?"

"Iya." Ayra mengangguk.

"Eh, nggak jadi pulang, nih?" tanya Tira.

"Iyaaaaaaaaa."

Itulah sahabat-sahabat gokil gue. Azka. Namanya sebenarnya Azkia. Tapi, kita lebih suka manggil dia Azka. Dia juga suka anime, tapi lebih suka shoujo manga.

Tira. Dia itu K-Pop Lovers atau apalah itu. Dia selalu bilang ke gue kalau personil boy band apalah itu jauh lebih ganteng dari Akashi. Tapi langsung gue jawab, "gimana bisa gue bilang dia ganteng kalo gue nggak bisa bedain karena wajahnya mirip semua?"

Lisha. Dia itu imut. Belieber. Dia suka habisin waktunya cuma untuk teriak "Aaaah! Justin keren banget!". Beberapa anak di kelas gue bilang dia childish, tapi menurut gue, Azka, Tira, sama Ayra, dia bisa bersikap benar-benar dewasa di saat tertentu.

Ayra. Dia cantik. Belieber juga. Tapi nggak se-fanatik Lisha. Dia itu perpaduan antara feminim sama tomboi. Feminim, dia suka dandan, suka foto. Tomboi, dia suka bola. Nggak jelas jadinya, tapi hal itu membuatnya bisa beradaptasi di mana aja.

Beberapa teman sekelas bilang, kita berlima itu sahabat yang aneh. Masalahnya, hampir nggak ada persamaan antara kita semua. Tapi, gue sih nggak peduli, kita nyaman satu sama lain, apa lagi yang kurang?

Ada satu kelompok yang suka banget liat kita berantem. Gue nggak mau susah-susah untuk inget namanya, tapi namanya Red Girls. Gue nggak ikhlas, warna rambutnya Akashi dipakai untuk nama geng mereka. Anggotanya, Zra, Nasya, Sheila, sama Litha. Ketuanya Zra. Bukannya gue mau muji mereka, tapi mereka semua cantik. Mereka itu kalo soal cowok cepat banget. Gue cuma bisa facepalm kalo udah liat mereka.

2D in 3DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang