Fifth

312 22 17
                                    

"Rai!! Bangun! Ini udah jam setengah enam!"

Gue terduduk, "WTH! Kok Rai nggak dibangunin!"

"Udah dari tadi tau! Siapa suruh baca ff sampe jam setengah satu!" Balas kakak gue. Gue nggak punya waktu untuk bales dia. Tch, telat dah ini!

"Rai, tumben lo telat." Kata Tira begitu gue masuk kelas.

"Gue nggak telat, sih." Kilah gue. Bel baru bunyi waktu gue udah masuk gerbang. Nggak bisa dibilang telat dong. Lagipula guru mata pelajaran sekarang juga lagi ada urusan.

"Halah," Azka nimpuk gue pake buku bahasa.

"Sakit woy!" Kata gue. "Ayra...mana?"

"Sakit. Demam katanya."

"Kata siapa?"

"Farhan."

"Parah banget, Ayra masa ngasih tau pacarnya yang di kelas lain sementara sahabatnya yang sekelas nggak dikasih tau. Ckckckck." Sambung Tira.

"Namanya orang taken, Tir." Maksudnya sih gue mau nyindir Lisha.

"Lo juga kayak orang taken, siih." Balas Lisha. "Tadi pagi si Faris nyariin lo."

"Gue kenapa?"

Hah! Gue memutar kepala gue dan langsung melihat Faris. "Nggak."

Dia mengerutkan dahinya, "oya Rai, jaket gue mana?"

Jaket?

Oh iya jaket!

"Sorry, kelupaan. Besok, yak." Kata gue.

"Dasar." Hela Faris sebelum pergi ke luar kelas. Jangan tanya gue dia mau ngapain.

"Jaket apaan?" Tanya Tira.

Ngomong nggak ya? Kalo ngomong, nanti gue diejekin. Kalo nggak, nanti dibilang nggak solid.

Tch. Pasrah gue dah.

"Kemarin gue ketemu Faris di lapangan basket deket rumah. Terus karena mendung, dia ngasih jaketnya ke gue. Gue nggak mau, tapi dianya maksa."

...................

oke, sampai detik ini belum ada respon.

Gue menghela napas lega, kayaknya nggak ada yang bakal ngejek gue seka-

"DEMI APA LO! ITU KAYAK FF YANG GUE BACA!" teriak Tira histeris. "HUAA! FARIS LO SWEET BANGET SIH!"

"Dia nggak-

"Qansyah kalo gue minta doang!" ini lagi Lisha.

"Faris tuh cuma-"

"...kalo dengerin cerita Rai, kok gue ngerasa jones banget ya." keluh Azka. 

Gue langsung nimpuk mereka satu-satu. "Please diem."

Tira cengengesan. "Gue jadi mau buat ff tentang lo, Rai."

"Sampe lo buat, gue kutuk lo, Tir." ancam gue.

"Buat aja, Tir. Gue bantuin." timpal Azka. 

"Jauh-jauh sana lo, Ka." dengus gue.

*TING TONG*

"Jam pelajaran ketiga."

"Yah, bel." keluh Lisha. "Ulangan lagi."

        Gue langsung kembali ke tempat gue yang emang lumayan jauh dari tempat Tira, Azka, Lisha sama Ayra. Pengennya sih gue duduk di kursinya Ayra, yang kosong karena Ayra nggak masuk. Tapi, abis ini pelajarannya Bu Airi, dia paling hafal soal posisi tempat duduk. Kalau gue pindah, pasti langsung ditegur. Tch, emang susah punya guru yang daya ingetnya hebat.

        "Hai, Rai."

        Gue menoleh. Faris. "Hai," jawab gue.

        "Eh," katanya, duduk di kursinya. "Lo kenal, siapa tuh, Jessie?"

        "Jessie Arviana? Anak 8.7?"

        "Nah, iya iya."

        "Kenal. Dia sekelas sama gue waktu kelas 7. Emang kenapa?"

        "....dia nembak gue."

        DEG

        Nah, kok perasaan gue nggak enak? 

        "Terus? Lo terima?"

        "Nggaklah." kata Faris cepat.

        ".........Oh." kata gue. "Kenapa?"

        "Kan gue nggak kenal sama dia. Lagipula...."

        Bu Airi masuk kelas, membuat gue diam. Tapi Faris masih melanjutkan kata-katanya.

        "....gue udah punya orang yang gue suka kok."

        DEG

        Ini makhluk entah kenapa hobi banget buat jantung gue berisik.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

        Hai :v maaf di chapter yang ini soal Akashi nya kurang dibahas. Ngomong-ngomong, ada yang udah nonton Kuroko no Basket season 3? Akashinya keren banget di situ! ><

        Oh iya, Hetalia ternyata tokohnya ganteng ya ._.

        Sampai ketemu chapter selanjutnya :D   Doain supaya cepet dapet ide...

2D in 3DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang