6. Nando's Sight

39 5 0
                                    

6. Nando's Sight

"Gin, kosong satu ada pacar gak?" Gino langsung menggeleng, "setau gue gak ada."

"Kalau yang dekat ada gak?" Tanya gue lagi dan jawaban Gino masih sama kayak tadi. Tidak ada.

"Lo suka sama kosong satu?" Gue lebih pilih buat tinggalin Gino sendirian dikantin daripada harus jawab pertanyaan dia. Gue gak mau bohong, takut dosa.

Baru saja gue duduk dibangku gue, tiba-tiba sahabatnya kosong satu datengin gue. "Nan, Tata suka sama lo." Ujar salah satu dari yang kalau gak salah namanya Ninda.

Tata suka sama gue? Kosong satu suka sama gue?

"Tata kacamata suka sama gue? Gak ah dia jelek." Ini nih, kalau gue lagi kaget pasti gue bakal ngomong tiga ratus enampuluh derajat beda dari yang gue rasain. Mendengar jawaban gue sahabat-sahabatnya kosong satu langsung pergi tinggalin gue sendiri yang masih merutuki diri karena ngomong kayak gitu.

Iya kosong satu itu Tata. Natali Putri. Dan gue suka sama Tata. Awalnya gue sekedar kagum sama dia yang pintar banget dan selalu jadi nomor satu dikelas, itu jadi alasan kenapa gue sama anak-anak yang lain julukin dia kosong satu.

Ditambah lagi gue jadi tau kepribadian Tata yang ternyata gak seperti perempuan lainnya yang suka gosip. Kalau teman-temannya gosip dia pasti tinggal dikelas buat belajar dan pake headset yang gak diputar musik apapun. Biar gak terlihat belajar.

Semenjak kata-kata gue yang masih gue sesali sampai sekarang, yang gue tau, Tata tau kalau gue bilang seperti itu tentang dia. Dan sejak saat itu, gue gak pernah lagi ajakin Tata ngobrol walaupun sekedar tanya buku apa yang dia baca kalau dia lagi baca novel. Intinya gue malu banget buat bicara sama Tata.

"Nando!" Gue tau yang panggil gue pasti Ninda, sahabatnya Tata. Dengan berat hati gue melangkah ke meja mereka.

"Hai Nin." Sapa gue. Bisa gue lihat Tata mulai sembunyi dibalik piring makannya dia. Lucu banget.

"Bareng siapa?"

"Sendiri. Lo?" Tuh kan salah ngomong lagi. Emang gue gak lihat Ninda lagi sama-sama Tata?

Ninda menarik pipi tembem Tata membuat Tata sedikit marah, "lo gak liat Tata? Buta lo yah? Beli kacamata gih. Kelamaan main game sih lo." Gue gak menanggapi omelan Ninda lagi, sekarang mata gue fokus ke Tata yang masih tunduk, dan pelan-pelan berahli menatap gue yang masih lihatin dia seperti biasanya. Datar. Gue emang selalu seperti ini setiap lihat ke orang lain.

Gue kembali melihat ke Ninda, "yaudah Nin, gue duluan yah." Setelah mengatakan itu bisa gue lihat tatapan terluka dari mata Tata. Sudah lebih dari dua kali gue mengacuhkan kehadiran Tata. Gue gak boleh seperti ini terus.

Saat sedang membayar dikasir samar-samar bisa gue dengar suara Tata ngomong, "cowok tisu itu mah kentara banget cemennya. Ngak berani tau gak, ngasih susu ama tisu aja gak berani. Gimana mau hadapin cowok-cowok yang gangguin gue nanti."

Gue tersenyum, "jadi lo sebut gue 'cowok tisu?' "Tanya gue dalam hati.

Waktu itu ujian fisika dan Tata mimisan, yang pasti alasan mimisannya itu tidak jauh dari kata belajar. Tata jadi orang pertama yang selesai ujian dan langsung dibolehin pak Yanto buat keluar sekalian ke UKS untuk istirahat. Waktu itu gue gak tahan lagi liat dia lemah kayak gitu, jadi gue putuskan untuk jawab asal-asalan ujian itu dan jadi orang kedua yang selesai. Gue langsung lari buat kekantin dan beliin Tata susu yang dia suka, akhir-akhir ini gue liat Tata jarang minum susu, dan gak lupa gue beliin dia tisu buat bersihin darahnya.

Gue gak kasih itu sendiri, gue titipin ke Ayu, penjaga UKS buat di simpan disamping Tata. Dan juga gue suruh Ayu buat tulisin note biar Tata tau itu buat dia.

OUR SILENT [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang