Cinta itu seperti cokelat..
Ketika cokelat sudah masuk di dalam mulutmu, kau akan merasakan betapa manisnya cokelat itu. Seperti ketika cinta sudah berhasil kau genggam, kau akan merasakan betapa manisnya cinta tersebut.
***
11 Februari 2014.
Tak terasa hubunganku dengan Ethan sudah beranjak satu bulan. Seperti hubungan pada umumnya, kita makan bersama di kantin, kita akan ngobrol-ngobrol di taman sepulang sekolah, malamnya kita telpon-telponan saling mengucapkan selamat tidur, dan setiap akhir pekan kita akan jalan keluar pekarangan sekolah asrama kita, melaksanakan kencan ke berbagai tempat.
Selama ini hubungan kita baik-baik saja. Dia selalu baik padaku. Mengelus rambutku dengan lembut ketika aku bercerita tentang banyak hal yang terjadi pada hari tersebut. Dia selalu mendengarkanku dengan baik, tak seperti teman-temanku yang selalu menganggapku bawel.
Begitu pun aku, aku selalu menontonnya di bangku paling depan ketika ia sedang ekskul memanah. Melihat wajah seriusnya dengan tatapan memuja. Lalu, setelah ia sudah selesai, aku akan memberikan minuman padanya dan mengelapkan keringatnya.
Aku pacar yang perhatian, bukan? Hehehe.
Seperti saat ini, aku duduk di sampingnya yang sedang meminum minuman yang baru saja aku berikan. Aku tersenyum melihat wajahnya yang selalu tampan.
Betapa sempurnanya dia, wajahnya tampan tanpa cela. Matanya yang tajam hyang selalu menggetarkan hatiku ketika ia menatapku. Alisnya yang tebal, hidungnya yang mancung, bibirnya yang merah, rahangnya yang tegas, dan kulit wajahnya yang putih bersih tak ada jerawat.
“Oh, ya, Cha..” katanya tiba-tiba. Aku mengerjap ke arahnya. “Kenapa?”
“Besok kan akhir pekan, aku pengen ngajak kamu ke suatu tempat,” katanya sambil tersenyum manis. Senyuman yang sangat ku sukai.
“Kemana?” tanyaku.
“Ada deh, tempatnya rahasia. Hari ini kan, kita sudah satu bulan, karena hari ini kita masih belajar, gak boleh keluar dari pekarangan sekolah, jadi besok aja aku ngasih kejutan buat kamu,”
Aku tersenyum lebar. Lalu, mengangguk riang.
“Dandan yang cantik ya, besok jam delapan pagi kita ketemuan di depan gerbang,”
Aku meletakkan tanganku di depan keningku, bergaya seperti sedang menghormat. “Siap, kapten,” seruku sambil terkekeh kecil. Ia pun ikut terkekeh dan mengusap kepalaku dengan gemas.
Aku tak sabar menunggu hari esok.
***
“Pagi, Ethan..” sapaku ketika sudah berada di samping Ethan yang sedang bersender di depan pos satpam. Ia sangat tampan hari ini. Ia memakai kemeja putih garis-garis berwarna biru dengan celana hitam ketat. Satu kata yang dapat mewakili penampilannya saat ini. Keren.
Ia tersenyum melihatku. “Pagi, Chacha. Kamu sangat cantik hari ini,” katanya. Aku tersenyum malu. Hari ini aku memakai dress santai lengan panjang dengan bahan denim. Rambutku ku kepang kecil melingkari kepalaku, membentuk seperti bandana.
“Makasih, Ethan. Pergi sekarang?” tanyaku padanya. Dia mengangguk, lalu menggenggam tanganku. Ia menautkanjari jemarinya dengan jari jemariku. Membuatku merasa nyaman dan terlindungi.
Ternyata Ethan sudah menyewa sepeda dengan goncengan di belakangnya. Kami menggunakan sepeda ke tempat kejutan yang dirahasiakan oleh Ethan.
Selama di perjalanan aku tersenyum senang. Kami membicarakan hal-hal lucu dan berakhir dengan gelak tawa kami berdua. Aku selalu senang berdekatan dengan Ethan.
“Nah, sudah sampai,” katanya padaku. Aku segera turun dari sepeda dan menatap kagum ke sekitarku. Kita berada di atas bukit. Aku bisa melihat rumput-rumput yang sudah menguning. Pohon-pohon yang besar dan rindang. Bahkan aku bisa mendengar nyanyian burung-burung yang mententramkan jiwa. Ini padang rumput.
“Ini indah sekali, Ethan,” pujiku sambil menatap sekelilingku dengan berbinar-binar. Lalu, aku menoleh padanya. “Bagaimana kau bisa tahu tempat seindah ini?” tanyaku kemudian.
Ethan mengusap tengkuknya. “Aku gak sengaja ketemu tempat ini pas jalan dengan temanku. Tempat ini indah sekali, semenjak itu aku berjanji pada diriku sendiri kalau aku akan bawa orang yang ku cintai kesini,” katanya sambil tersenyum manis.
Oh, betapa manisnya Ethanku ini.
Lalu, ku lihat Ethan mengambil ransel yang tadi dibawanya. Ia mengeluarkan taplak dan menggelarnya di atas rumput di bawah pohon. Setelah itu ia mengeluarkan beberapa kotak bekal yang berisi makanan dan dua kaleng soda.
“Maaf, kalau ini cuma sederhana. Semoga kamu suka,” katanya sambil meringis.
Aku mengangguk senang. “Aku suka kok, suka banget. Aku gak nyangka kamu mempersiapkan sebaik ini,” Ethan langsung tersenyum lebar.
Kemudian Ethan duduk di atas taplak tersebut. Ia tersenyum sambil menatapku dan menepuk tempat di sebelahnya. “Ayo, duduk sini,”
Aku mengangguk riang. Aku benar-benar senang hari ini. Lalu, aku duduk di sampingnya.
“Kamu bawa apa aja?” tanyaku sambil melihat kotak-kotak bekal yang dibawanya.
“Gak terlalu spesial kok, cuma spaghetti, beberapa potong pizza, dan cookies cokelat kesukaanmu,” katanya sambil membuka tutup kotak satu persatu.
Aku bertepuk tangan senang ketika melihat cookies-cookies cokelat dengan taburan kacang yang sangat menggoda. Lalu, aku mengulurkan tanganku untuk mengambilnya. Tapi, tiba-tiba Ethan menghentikan tanganku.
“Kenapa?”
“Makan spaghettinya dulu, baru boleh makan cookies,” aku mengangguk mengerti. Lalu, Ethan melilitkan spaghetti dengan sumpitnya dan mengarahkannya padaku.
“Ayo, buka mulutnya. Aaa,” katanya sambil menirukan seorang ibu yang sedang menyuapi anaknya. Aku tersenyum geli melihat tingkahnya, tapi aku juga membuka mulutku dan menerima suapan dari Ethan.
Lalu, aku juga melakukan hal yang sama. “Sekarang giliranku, ayo, buka mulutnya, pesawat mau dataaang..” seruku sambil menyuapi Ethan. Dan akhirnya kami jadi saling menyuapi.
Lalu, kita bergantian memakan pizza dan cookies sampai habis tak tersisa. Setelah itu, meminum soda sambil bercengkerama. Dengan baik hati, Ethan membukakan soda milikku.
Aku bersender di dada milik Ethan, sedangkan Ethan merangkul pundakku. Sesekali ia memainkan rambutku. Kita bercerita tentang apapun, saling melemparkan lelucon dan tertawa bersama. Aku selalu senang dengan kedekatan kami. Ini terasa benar.
“Cha..” kata Ethan.
“Ya?” tanyaku sambil mendongak menatapnya yang juga sedang menunduk menatapku. Ia tersenyum manis. Senyuman yang selalu ku sukai.
“Aku mencintaimu..” katanya tulus. Aku tersenyum.
“Aku juga mencintaimu..” dan bibir kami menyatu. Saling menempel satu sama lain.
Menciptakan sebuah pemandangan yang sangat manis.
***
Posted on June 26, 2014.
A/N: Haii, gimana sama part kedua? Ethan di sini udah romantis belum? Siapa yang ngefans sama Ethan angkat kaki?! Hehe, becanda. Jangan lupa komen+votenya yaa!
KAMU SEDANG MEMBACA
Chocolate Love
Teen FictionCinta itu seperti cokelat.. Copyright © 2013 by maudyryn Hak Cipta Terlindungi © 2013 oleh maudyryn