Cokelat Pertama

5K 331 19
                                        

Cinta itu seperti cokelat..

Pertama kali kau merasakannya, kau akan merasakan pahit. Rasa pahit itulah yang disebut sebuah pengorbanan.

***

11 Januari 2014.

Aku berjalan sambil mengendap-endap di koridor anak kelas 12. Mengapa aku mengendap-endap? Karena aku masih kelas 11 dan ini masih jam pelajaran, aku takut tiba-tiba ada guru yang melihatku dan memberikan aku detensi karena membolos kelas dan malah pergi ke daerah kelas 12.

Sebenarnya sih aku tak membolos kelas, aku hanya ijin ke toilet sebentar, ya meskipun nyatanya aku malah berdiri di koridor kelas 12 ini untuk memulai kegiatan rutinku seperti biasa.

Mengirim surat rahasia untuk Ethan Aldridge, kakak kelasku yang terkenal dengan ketampanannya dan kepiawaiannya dalam memanah. Aku sangat suka ketika melihatnya sedang serius dan menatap tajam ke arah sasaran berupa papan berbentuk bulat dengan warna merah di tengahnya. Lalu, menarik tali pada busur dan melepaskannya hingga panahnya melesat dengan cepat dan menancap pada papan. Dia tampak sangat keren saat itu.

Itulah alasan mengapa aku menyukainya dari pertama aku melihatnya hingga saat ini. Malah sekarang aku ragu dengan definisi kata ‘suka’ku karena aku terlihat mulai mencintainya. Aku mencintai segala apa yang ada dalam dirinya.

Aku berjinjit pelan ke arah loker yang berada di depan kelas 12 IPA 2, kelasnya. Lalu, aku mencari loker nomor sebelas. Nomor absennya. Di sekolah ini loker terdapat di depan kelas masing-masing dan ditentukan dengan nomor absennya. Dan bagusnya, di setiap loker ada celah kecil untuk memasukkan kertas. Biasanya di pakai sekolah untuk meletakkan pengumuman, surat detensi, atau hal apapun berupa kertas. Dan hal itu menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri bagi orang-orang sepertiku alias secret admirer, menyukai seseorang diam-diam dan tidak ingin di ketahui identitasnya.

Aku mengeluarkan sebuah amplop berwarna cokelat dengan sticker berbentuk love di bagian atas paling ujung. Tak ada namaku, tak ada identitasku. Kosong. Biarlah kalian mengatakanku pengecut. Aku hanya tak ingin, bila dia mengetahui namaku, dia mendatangiku dan menyuruhku untuk berhenti menyukainya seperti yang dilakukannya pada gadis-gadis lainnya yang mengejarnya. Karena aku tak akan pernah berhenti menyukainya.

Aku memasukkan surat kesebelasku ke dalam lokernya. Lalu, aku menghela napas panjang.

“Ini akan jadi surat terakhirku,” gumamku lirih.

Setelah sebelas bulan menyukainya dan terus mengirimkannya surat pada tanggal yang sama, aku bertekad untuk menyatakan perasaanku pada akhirnya. Mengakhiri semuanya.

Aku akan sangat senang bila ia menyukaiku balik, tapi bila ia sama sekali tidak menyukaiku, entah apa yang akan ku lakukan. Tapi, aku sudah siap dengan segala resikonya.

Berani bertindak, berani mengambil resiko kan?

Setelah itu, aku sedikit berjinjit agar dapat mencapai jendela kelasnya. Aku melihatnya di tempat duduk deretan kedua dari depan. Ia menyimak pelajaran dengan baik. Mukanya tampak serius memperhatikan pelajaran yang diterangkan Bu Neni, guru fisika.

Tiba-tiba aku melihat seorang cewek di belakangnya mencolek punggungnya dengan genit, siapa lagi kalau bukan Sarah Georgiana, kakak kelas yang genit yang tak pernah berhenti mengejar-ngejar pujaanku, Ethan.

Aku memutar bola mata kesal, ketika melihat Sarah dengan wajah berpura-pura melasnya meminjam penghapus pada Ethanku dan dengan sengaja memegang tangan milik Ethanku.

Menyebalkan. Dasar cewek genit.

“Ekhem,” aku mendengar suara deheman dari arah belakangku. Dengan seketika tubuhku menegang, aku menoleh ke belakang dengan takut-takut. Akh, Bu Prita, guru BK ku.

Chocolate LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang