Elegi rasa

94 1 1
                                    

Elegi Rasa

Kata menyeruak disaat senja mulai menjingga, seakan penuh dengan adidaya.

Tak peduli dengan hati, yang sudah sekarat akan mati.

Ingin menggapai dia yang setengah sudah pergi.

Mendorong rasa untuk terus berjuang, padahal selalu saja diremuk dan dibuang.

Sampah! Asmara dimatanya tak lebih dari sampah. Padahal hati berlari sambil terpapah, nafas menderu sampai terengah-engah, tubuh bahkan tak peduli dengan lemah.

Aku adalah seorang prionir, tanpa perlu bergilir, berenang sampai kehilir. Lewati muara luka yang juga tanpa akhir.

Tak pernah aku menempatkan mu pada alusi, tapi selalu di singgasana hati tertinggi.

Sadar ku,
Kamu pernah mendekap ku seakan aku akan lesap. Seperkian detik juga kamu berubah, menjadikan ku adalah orang yang kamu paling ingin lenyap.

Terimakasih telah mengukir memorabilia, sang surya semakin di ufuk sana. Dan waktu telah memaksa ku untuk mengirap sayap. Sampai berjumpa lagi, di lain aksara.

Tumpahan KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang