Chapter 3

1.1K 92 45
                                    

"Law kau kenapa? Aku lihat kau begitu gelisah," Corazon yang tengah bermain kartu bersama Nami dan yang lain, tidak sengaja melirik Law. Dan bertanya, membuat yang mendengar pertanyaannya menoleh kearah Law.

Law yang duduk disofa, menoleh dan menatap Corazon gelisah. "Entahlah, tiba-tiba perasaanku tidak enak," mengalihkan tatapannya dari Corazon -yang menatapnya penuh arti- dan menatap jendela yang tertutup disampingnya. 'Luffy-ya, aku harap kau baik-baik saja!' doanya dalam hati.

.

"Torao~!" Law -yang baru memasuki masa remaja- menoleh dan mendapati Luffy berlari kearahnya dengan merentangkan kedua tangannya. "Mugiwara-ya, aku telah menunggumu," ucap Law setelah Luffy memeluk pinggangnya dengan tangan mungilnya. "Shishishi!"

"Woi Luffy, jangan seenaknya berlari meninggalkan kami," Luffy memeletkan lidahnya pada Ace yang berjalan menghampirinya. Ace tidak sendiri, disampingnya terdapat Sabo yang tersenyum ramah pada Law, dan dibelakang mereka berdua Mugiwara no Ichimi mengikuti.

"Yo Law!" Law hanya mengangguk, menjawab sapaan Sabo, sedangkan Ace menatapnya tajam. "Luffy, jangan dekat-dekat dengannya," Luffy menatap Ace dengan cemberut, membuat Ace dan Sabo memalingkan wajah, menghindari wajah manis adik mereka.

"Luffy, ayo kita bermain!" Luffy segera berlari menghampiri Nami yang memanggilnya, meninggalkan Ace, Sabo dan Law. "Kenapa kau memanggil Luffy?" Law melipat kedua tangannya kedepan dada dan menatap Ace datar. "Itu urusanku," Ace mengepalkan kedua tangannya ketika mendengarnya.

"Ma ma, sudahlah Ace. Law kan lebih tua dari kita, jadi bersikaplah yang sopan," Ace memalingkan wajahnya setelah mendengar ucapan Sabo. Melipat kedua tangannya kedepan dada dan menatap Law yang menatapnya datar. "Kita tidak perlu bersikap sopan padanya, sudah jelas jika dia mengincar Luffy."

Sabo menghela nafas mendengarnya dan Law hanya menyeringai, membuat Ace menggeram kesal. "Berhentilah bertengkar," mereka bertiga menoleh keasal suara, dan mereka melihat seorang anak perempuan seumuran Ace dan Sabo tengah tersenyum. "Aku yang memanggil Lu-chan, aku merindukannya," setelah berbicara, perempuan itu mendapat terjangan pelukan dari Luffy. "Lammy," perempuan itu hanya tersenyum, menjawab panggilan Luffy.

Luffy dengan perlahan membuka matanya, mengerjabkan matanya dengan perlahan dan mengerutkan kening ketika pandangannya telah jernih. Mengangkat tangan kanannya untuk memegang kepalanya yang terasa pusing. "Mimpi, siapa perempuan itu? Lammy, entah mengapa sepertinya aku mengenalnya."

"Oh iya, aku dimana?" Luffy memperhatikan sekeliling, ruangan yang luas tetapi ruangan ini tidak dikenalnya. Bangun dari tidurannya, Luffy akan menyibak selimut sebelum pintu menuju ruangan yang ditempatinya terbuka dan masuklah seseorang yang mirip gas.

"Shurororo, kau sudah bangun Mugiwara," Luffy mengerutkan kening mendengarnya. "Siapa kau? Dan tawamu aneh."

Twicht

Perempatan muncul dikepala Caesar ketika mendengar ucapan polos Luffy. "Aku adalah Caesar Clown dan aku adalah ilmuwan terpintar di Grandlane, shuroro," Luffy menaikkan satu alisnya setelah mendengar pengenalan Caesar.

"Lalu? Apa hubungannya denganku?" tanpa memperdulikan Caesar yang menatapnya kesal, Luffy berjalan menuju pintu setelah memakai topi jeraminya. "Tunggu!" Luffy menatap Caesar yang tiba-tiba berdiri didepan pintu, menghalanginya.

"Shurororo, kau tidak boleh keluar dari kamar," Luffy menatap sinis Caesar yang tertawa. "Memang kau siapa? Cepat minggir."

Caesar mendorong tubuh Luffy dengan kuat, tetapi Luffy yang tau apa yang akan Caesar, menggeser tubuhnya hingga Caesar terjungkal disampingnya. "Aku bilang minggir kan."

Luffy in GrandlaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang