Chapter 2

2.7K 400 32
                                    

Sasuke mematikan kompor setelah air yang ia masak matang, lalu menumpahkannya ke dalam gelas yang sudah berisi bubuk kopi dan sebutir gula berbentuk segi empat.

Ia aduk hingga rata, dan air yang bening berubah menjadi hitam pekat. Ia membawa segelas kopi itu menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Dalam keheningan, Sasuke membaca laporan-laporan yang dikirim Shikamaru melalui email pribadinya.

Semua laporan yang dikirim Shikamaru cukup membuatnya puas, dan sepertinya ia tidak perlu khawatir akan perusahaan yang kini dipegang oleh Shikamaru, pria itu mampu menghendel perusahaannya dengan sangat baik, namun tentu saja Shikamaru masih membutuhkannya untuk menyetujui beberapa proyek yang perusahaannya terima.

Ia menutup laptopnya setelah membaca semua laporan dari Shikamaru, dan kopi hangatnya sudah habis. Sasuke beranjak menuju jendela kamar dan menyibak gordennya, sehingga ia bisa melihat jalanan yang tampak sepi, bahkan tidak ada suara yang timbul dari rumah-rumah yang berdampingan dengan villanya, sunyi senyap seperti pemakaman.

Dan sepertinya joging di malam hari, di kota ini bukanlah pilihan yang buruk, dan dia sendiri sudah sangat sering joging di malam hari. Sasuke mengganti pakaiannya dengan celana training panjang berwarna hitam, kaos berlengan panjang, lalu jaket tebal berwarna biru dongker. Ia pun memakai sepatu olah raganya yang berwarna hitam list biru tua, kemudian keluar dari dalam kamarnya.

Ketika Sasuke membuka pintu rumahnya, ia bisa merasakan hawa dingin yang langsung menerpanya, dan untunglah ia memakai pakaian yang cukup tebal. Ia mengunci pintu rumahnya dan mulai berjoging dengan lari-lari kecil, ia memperhatikan semua rumah yang ada, mereka semua menyalakan lampu namun anehnya rumah-rumah itu tidak mengeluarkan suara sama sekali. Sangat hening sekali, dan ia tidak terlalu peduli, namun hanya merasa penasaran saja. Aa... mungkin mereka masih memikirkan cerita mitos itu.

Cukup jauh Sasuke joging dan ia berhenti di sebuah taman yang pasti terlihat jika tidak berada di musim dingin. Sasuke duduk di kursi besi yang menghadap sebuah patung kuda yang berada di tengah-tengah taman, napasnya sedikit terengah-engah dan ia bisa melihat napasnya sendiri yang keluar dari mulutnya.

Malam semakin dingin, dan Sasuke yakin salju akan segera turun malam ini. Dan secara tiba-tiba dia melihat seorang gadis kecil bermantel merah maroon yang tudungnya menutupi sebagian wajah gadis kecil itu, Sasuke hanya bisa melihat bibir mungil gadis kecil itu, bibir yang pucat dan sepertinya sedikit robek karena di pukul. Gadis kecil itu berjalan mendekat.

Sasuke tidak bisa melihat kaki gadis itu karena tertutupi mantel merah yang cukup panjang dan menyapu tanah. Gadis itu menunjukan kotak korek api kayu di hadapan Sasuke. "Kau butuh api?" tanya gadis kecil itu lirih.

"Tidak." Jawab Sasuke dingin, dan gadis itu menurunkan tangannya.

"Tapi kau kedinginan, kau bisa membelinya dengan harga murah." Kata gadis itu penuh harap.

Sasuke menghela napas panjang lalu mengeluarkan selembar uang kertas dari dalam jaketnya, lalu ia berikan kepada gadis kecil itu. "Baiklah, ini." Ucap Sasuke pelan.

Gadis kecil itu menerima uang dari Sasuke dan menyimpannya disaku mantel, kemudian mengeluarkan sebatang korek api lidi dari dalam kotaknya, lalu melihat Sasuke seraya memiringkan kepalanya bingung.

"Apa yang harus aku bakar?" tanyanya bingung dan Sasuke terkekeh pelan mendengarnya.

"Berikan saja kepadaku, nanti akan aku gunakan." Sasuke mengulurkan tangannya, dan gadis itu memberikan sebatang lidi korek api ke tangan Sasuke, yang menatapnya bingung.

Jadi uangnya yang banyak tadi hanya untuk membeli sebatang lidi korek api? Sasuke mendengus pelan karena sepertinya gadis ini mempermainkannya.

"Terima kasih, kau sangat baik." Gadis kecil itu tersenyum lebar, dan ketika Sasuke mengedipkan kelopak matanya, gadis itu menghilang.

Api Harapan [END Tersedia Versi PDF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang