CHAPTER: II/12 - SEBUAH KEPUTUSAN

1.3K 47 14
                                    

Secret : Sebuah Keputusan

"Karin, maafkan aku. Sepertinya aku harus menerima hukumanku."

Kazune menunduk dalam-dalam, dia berdiri di hadapanku. Karena dia sedang menunduk, aku jadi tidak bisa menebak ekspresinya. Jika dilihat dari tingkah laku Kazune, aku bisa menebak bahwa dia sedang menahan diri untuk tidak menangis.

"Karena aku telah gagal menjadi seorang ketua, itu sebabnya aku dibebas tugaskan. Itu artinya... sekarang aku bukan seorang ketua BEM."

Nafasku tercekat. Dadaku terasa sesak. Aku tidak menyangka apa yang sedang ku takutkan benar-benar terjadi. Dunia memang bekerja seperti ini, ketika sedang berharap agar keadaan menjadi baik yang terjadi malah sebaliknya.

Aku terdiam karena tidak tahu tanggapan apa yang harus ku berikan. Memberi Kazune semangat? Atau menghiburnya?

"Ka—kazune..."

"Maafkan aku, Karin. Aku sudah gagal. Aku tidak bisa bersamamu lagi."

Tanpa menunggu jawaban dariku, Kazune balik badan dan berlari menjauh dariku. Aku mencoba untuk mengikuti dia tetapi laju larinya sangat cepat, jarak kami terpaut semakin jauh.

Air mata mulai mengalir melewati pipiku. Entah kenapa aku merasa bahwa semua ini akan berakhir dengan sedih. Jika aku tidak bisa mengejar dan menahan Kazune, ku rasa aku akan kehilangan dia.

Aku mencoba untuk mengumpulkan kekuatan dengan menarik nafas dalam-dalam, sambil mengulurkan tangan ke depan untuk menggapainya, aku berteriak memanggil nama Kazune.

"Jangan tinggalkan aku!"

"Karin-chan?!"

Mataku terbuka secara paksa ketika mendengar suara kalem milik Himeka. Ketika sadar, nafasku sudah memburu. Dahiku basah oleh keringat sampai membuat beberapa helai poniku ikut basah dan jadi lepek.

Ku putar mataku untuk melihat sekeliling. Aku sedang berada di dalam kamarku sendiri. Dari jendela, cahaya matahari masuk dan menerangi kamar, menandakan bahwa hari sudah pagi. Mataku berhenti ketika melihat sosok Himeka sedang memakai celemek dan berdiri di pintu kamar.

"Himeka-chan?"

Melihat tanggapanku, Himeka menunjukkan senyum manisnya, "Kamu baik-baik saja, kan? Habis mengalami mimpi buruk?"

Ku seka keringat yang ada di dahiku dengan tangan, "Untung yang tadi itu hanya mimpi," ucapku sembari beranjak duduk, "kamu sudah bangun dari tadi, Himeka-chan?"

"Iya, aku baru saja selesai masak. Karin-chan mau langsung makan atau mandi terlebih dahulu?" jawab Himeka sambil melepaskan celemek yang tengah ia kenakan.

Gerakanku terhenti, "Kamu sedang sakit, kenapa harus bangun untuk memasak?" setelah itu aku turun dari kasur dan mulai merapikan tempat tidur sambil memunggungi Himeka, "harusnya tadi kamu membangunkanku, Himeka-chan. Jika saat masak badanmu melemah, bisa jadi kamu pingsan. Bahaya, kan?"

Terdengar suara tawa kaku dari Himeka, dia tidak segera menjawab. Setelah selesai merapikan tempat tidur, aku berbalik. Pandanganku segera tertuju pada Kazune yang sedang berdiri di samping Himeka. Dia menyilangkan tangan di depan dada sambil menatapku dengan pandangan tajam.

"Tuan rumah macam apa yang membiarkan tamunya bangun terlebih dahulu dan membiarkan dia memasak sarapannya sendiri?!" Kazune berseru sambil berjalan mendekatiku.

Aku terkekeh ketika melihat wajah Kazune dari jarak dekat, "Ehe, Kazune-kun. Kamu sudah pulang ya?"

Keadaan Kazune sedikit berantakan. Matanya merah dengan kantung mata yang menghitam. Aku yakin semalaman dia tidak beristirahat sama sekali. Cukup lama kami berada di posisi yang sama sebelum Kazune mengibaskan satu tangan di udara untuk memberika isyarat pada Himeka.

[PART 2] Kamichama Karin: SECRET [RANDOM UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang