Suara alunan musik jazz samar-samar terdengar di ruangan luas itu. Reana sibuk membenarkan tas slempangnya yang mulai beralih posisi, ia membenarkannya agar dapat senyaman mungkin menggantung di lengannya.
Reana, gadis cantik itu mengenakan celana jeans panjang berwarna hitam yang digulung sebatas betis ala anak remaja jaman sekarang dan baju biru muda bermotif angry bird berlengan panjang yang sedikit ketat. Rambutnya diikat kesamping, tidak terlalu kesamping bahkan cenderung ke belakang, dengan penjepit angry bird yang tertata rapi disebelah kanan anak rambutnya. Serta tas slempang berwarna senada menggantung dilengan kiri nya, benar-benar cantik.
"Mana tuh cowo sinting, kagatau apa gue lumutan nungguin dia," gerutu nya. Suasana ramai membuatnya kesulitan menemukan sosok yang dicarinya.
Siang tadi pria itu menjanjikan Reana sesuatu, mereka akan bertemu ditempat ini—sebuah cafe—besar nan ramai, di dalamnya terdapat sebuah panggung tempat untuk bermain gitar, band dan alat musik lainnya. Di setiap ruangan terdengar alunan musik yang berbeda-beda. Ada lagu pop, jazz, klasik dan sebagainya.
"Ck!"
Ia berputar keliling cafe tetapi tak menemukan satupun jejak pria itu. Sebenarnya ia sudah datang atau belum, gadis itu segera menoleh ke arah kirinya, tempat dimana tas slempangnya menggantung. Tak lama kemudian ia menepuk jidatnya sendiri. Bodoh! Kenapa tidak diwhatsapp atau ditelfon saja? Ia bawa ponsel kan? Benar-benar bodoh! Bukan apa-apa, ia terlalu sibuk berjalan-jalan sehingga lupa akan ponsel serbagunanya itu.
'Al, lo dimana?' Gadis itu menekan tombol kirim. Beberapa menit kemudian pria yang kerap disapa Alvano pun membalas.
'Gue masih dijalan, lo pilih tempat sendiri ya, tar kasitau gue lo ada dimana!'Reana mendesah frustasi. kenapa baru kasitahu sekarang? Kalau saja daritadi, mungkin Reana tak akan seheboh ini berjalan-jalan seperti ibu yang kehilangan anaknya. Lagipula tempat ini ramai sekali, sebenarnya ini cafe atau mall sih?
Ia tak membalas pesan Alvano, gadis itu segera duduk asal di tempat kosong, kemudian meraih buku menu untuk dipilih, biar saja Alvano yang membayar, kan dia yang mengajak.
Reana menyandarkan tubuhnya ke tembok, mulai membuka-buka daftar menu yang ada di meja. Namun tiba-tiba hati nya bergetar, ketika seorang pria berbicara di atas panggung, layaknya seorang penyanyi Cafe. Namun sepertinya bukan, entahlah ia tidak tahu. Jujur, ia baru mengunjungi Cafe ini, itu pun dipaksa.
"Selamat malam para pengunjung. Malam ini saya akan menyanyikan lagu spesial untuk gadis yang saya cintai, gadis yang berada tepat di depan saya, Windy."
Itu suara pria bertubuh jangkung, dengan rambut yang dicepak rapi miring ke samping, ia mengenakan kemeja berwarna abu dan celana hitam senada. Ia tersenyum manis kepada seorang gadis yang sedang duduk manis di depannya, gadis itu ikut tersenyum.
Apakah itu yang disebut Windy? Gadis cantik berambut ikal mayang berwarna pirang, ia mengenakan dress berwarna pink, dengan highells tinggi berwarna senada. Apakah gadis itu kekasihnya? Pasti, bagaimana tidak, seorang pria menyanyikan sebuah lagu spesial untuk seorang gadis yang juga spesial.
Reana menganga, ketika pria itu mulai berakustik, tangan-tangan mungilnya memetik gitar dan menyanyikan lirik demi lirik lagu romantis. Tentu saja gadis itu terkagum-kagum. Gadis mana yang tidak bahagia diperlakukan seperti itu oleh seorang pria?
Namun ada yang lain, Reana merasa tidak asing kepada pria itu, sorot mata teduhnya, persis seperti miliknya. Tatapannya, Reana seperti sering mendapatinya, ketika ia sedang bercermin. Menatap mata pria itu seperti menatap mata nya sendiri, benar-benar mirip. Ia seperti mendapatkan kembali sesuatu yang lama hilang, tapi apa?
"Namanya Rendy, dia penyanyi solo di cafe ini, hebat, bisa mainin alat musik apa aja mulai dari piano, keyboard, gitar, biola, dan hampir segalamacam alat musik dia bisa mainin. Hebat kan? Dia sahabat gue.." Tiba-tiba Alvano datang dan menjelaskan panjang lebar perihal pria yang tengah berakustik di depan sana. Reana yang terkejut hanya menatapnya sekilas, kemudian pandangannya kembali fokus kepada pria itu, pria yang kabarnya bernama Rendy.
"Biasa aja woy liatinnya, " goda Alvano. Gadis itu segera menatap Alvano dengan tatapan sinisnya, mematikan.
"Dia seumuran kita kelas 3 SMA. Tapi saking pinternya dia loncat, sekarang dia kuliah di universitas terkenal di kota ini, semeter satu jurusan music. Keren kan?" Alvano terus meracau tanpa diminta, membanggakan Rendy, sahabatnya, pria muda nan sukses itu. Entah kenapa dalam hati Reana merasa senang, malam ini Alvano berbaik hati menjelaskan apa yang ingin ia tahu tanpa diminta.
"Wow, hebat!" gumamnya. Seutas senyum terlukis di wajah cantik Reana.
"Dan cewe itu Windy. Cantik ya, dia seumuran kita, sekolah di salah satu SMA terfavorit selain sekolah kita, dia pacarnya Rendy. Sayang, padahal dia cocok buat gue haha." Alvano seolah menyadari tatapan Reana kepada Windy. Ia segera menjelaskan tentang gadis itu seraya terkekeh.
"Pede lo ga ilang-ilang, lo sering kesini?" Reana mulai membuka pembicaraan, Alvano tersenyum kemudian mengangguk.
"Gue kesini setiap hari. Konyol ya, gue cuma pengen liat cewek yang gue sayang. Setiap hari Windy kesini, nemenin Rendy manggung," jelas Alvano tersenyum getir.
Reana menanggapi nya dengan senyum, sampai akhirnya ia kembali menatap Rendy. Pria itu baru saja selesai berakustik, ratusan tepuk tangan memenuhi ruangan ini, Reana ikut menyumbangkan tepukan tangannya seraya tersenyum. Pria itu melirik Reana sekilas, terlihat ia juga menatap penuh sejuta keheranan kepada Reana, apakah sama seperti yang Reana rasakan?
Dibalik segala keingin tahuannya tentang Rendy, Reana merasakan sesuatu yang aneh. Selain itu, sepertinya ia mengagumi sosok Rendy. Tak hanya itu, sepertinya ia mulai mencintai pria itu. Cinta pada pandangan pertama, cinta yang pertama pula. Umurnya belum genap 17 tahun, diumur yang masih 16 tahun ini ia samasekali tidak pernah jatuh cinta, sekalipun pernah suka-sukaan itu pun hanya sekedar lelucon anak kecil atau lebih biasa dibilang cinta monyet.
***Aku datang dengan cerita baru, huehehehe. Sebenarnya ini bukan cerita baru yaaa! Aku sudah menamatkan cerita ini sejak kelas 2 SMP! Jadiii, sambil menggantung Radith-ku, aku bakal post cerita ini, biar gak sepi-sepi amat. Tapi aku bakal tetap lanjut My Lovely Radith ko, kalem aja... hehehehe *PadahalGaadaYangPeduliHueeeeeeek*
Semoga suka, yaaa! Jangan lupa jejaknyaaaaa. Krisarnya juga, Okeeee?!
![](https://img.wattpad.com/cover/146410716-288-k660009.jpg)
YOU ARE READING
FAMILIAR
Teen FictionJika Reana tidak salah, Rendy adalah pria pertama yang membuatnya terkesima. Sampai sang waktu membawanya pada takdir yang takkan pernah mempersatukan mereka.