DUA

17 4 2
                                    

'Sosok yang familiar? Kamu seperti sosok yang sangat ku kenal, tapi siapa? Aku baru bertemu kamu malam itu, kemudian siang ketika kamu ajak aku ke taman. Tapi melihat bola matamu, aku seperti melihat ayah... Mata itu miliknya, juga milikku... Tapi bagaimana mungkin?'

'Trrrrt..Trrrrt..'

Bunyi bell istirahat terdengar nyaring membuat seisi kelas bersorak kegirangan, Reana terpaksa menutup buku hariannya. Ya, ia curhat lagi. Ia selalu membawa buku harian kemanapun ia pergi, sebuah keganjilan yang membuatnya penasaran akan sosok Rendy, membuat hari-harinya terasa beda, ia ingin selalu berada di dekatnya.

Kedekatannya dengan Rendy dapat mengisi kekosongan hati yang tak pernah terisi oleh siapapun, termasuk sahabat-sahabat dekatnya.

Apakah ini cinta? Ia memang belum pernah jatuh cinta, ia juga tidak tahu rasanya seperti apa. Ia hanya membayangkan bahwa perasaan yang kini ia rasakan adalah perasaan cinta, tetapi ia merasa asing. Perasaan asing yang menurutnya familiar, bagaimana familiarnya? Ia tidak tahu.

"Ke kantin yuk?" Suara ajakan Cassandra membuyarkan lamunan Reana. Ia menghembuskan nafasnya asal-asalan, mungkin ia harus mengisi perutnya agar otaknya dapat bekerja dengan baik.

"Yuk!" Reana memasukan buku-buku kedalam tas nya, kemudian menarik resleting, mencegah agar buku-buku itu tak berjatuhan, setelah itu ia beranjak ke kantin bersama Cassandra.

Seperti biasa, suasana kantin begitu ramai. Reana dan Cassandra menghampiri meja dimana Bastian dan Alvano duduk, mereka memang biasa satu meja di kantin. Ah tidak, dimanapun mereka memang selalu bersama.

"Heh, geser!" sinis Reana kepada Bastian, pria itu tak berkomentar, menggeserkan duduknya kemudian melanjutkan makannya. Cassandra sudah memesan makanan untuk mereka berdua.

"Nafas woy nafas!" Reana mengingatkan Alvano yang sedang asyik melilitkan mie nya di atas garpu, begitu gesit seperti orang yang sedang kelaparan, ia khawatir Alvano lupa bernafas

"Sebentar lagi libur semester, kita liburan yuk! Pada mau ga?" Bastian yang sudah selesai makan, membuka pembicaraan. Reana, Cassandra, dan Alvano yang masih melahap mienya segera menoleh kepada Bastian, liburan?

"Selow kali natepnya, kompak bener..." gumamnya merasa tak enak ditatap seserius itu oleh mereka bertiga.

"Liburan? Kemana?" tanya Reana.

"Ke... kemana ya?" Bastian menggaruk kepalanya lagi, ia yang mengajak, ia juga yang tidak tahu akan liburan kemana.

"Liburan kan belum terlalu deket nih, mending isi perut dulu, laper!" sela Cassandra dengan logat kebule-buleannya.

"Lo aja, gue mah udah.."

***

Pulang sekolah, di kantin Reana duduk sendirian. Ia sedang menunggu Alvano, pria itu menjanjikan sesuatu kepadanya. Katanya, pulang sekolah Reana harus mengantarnya ke took, membeli kado untuk Windy. Kenapa minta diantar Reana? Jelas, Karena Reana perempuan. Ia akan tahu apa yang disukai dan tidak disukai oleh perempuan, Karena mereka sejenis. Mengapa tidak Cassandra? Gadis blasteran itu plinplan, ia tidak bisa menentukan pilihan. Daripada harus seminggu di Mall bersama Cassandra, lebih baik Reana yang simple saja, gadis itu hobby menerka kepribadian orang dari sikap, gaya, cara berpenampilannya.

Alvano menyuruh Reana menunggu di kantin Karena ia harus rapat osis sebentar, kebetulan Alvano adalah salah satu anggota pengurus osis. Mau tidak mau ia harus mengikutinya, dan dengan terpaksa Reana harus menunggu nya.

'Ck! Lama' gerutunya kesal, sesekali meneruput es juruknya.

Kesal, tak ada yang dapat ia lakukan di tempat ini selain duduk dan memperhatikan para pejalan kaki, Karena memang sebagian siswa sekolah sudah pulang ke rumah masing-masing.

FAMILIARWhere stories live. Discover now