Reana baru saja menyelesaikan pelajaran di sekolah hari ini, kemudian gadis itu dikejutkan dengan kehadiran seorang pria yang menggunakan motor jeep hitam yang berdiam diri di depan gerbang sekolahnya."Hai!" sapa nya begitu Reana sampai di depan gerbang. Gadis itu hanya tersenyum.
"Ada apa?" tanya Reana dengan bibir bergetar. Ia canggung berbicara dengan orang yang baru saja dikenalnya, itu pun melalui orang lain.
"Lo ikut gue ya, ada yang pengen gue omongin, sebentar aja," pinta Rendy. Reana sedikit ragu, namun Rendy membujuknya sampai gadis itu benar-benar menganggukkan kepalanya.
***
"Kapan lo ulang tahun?" tanya Rendy tiba-tiba. Sekarang mereka sedang dalam perjalanan menuju sebuah taman. Taman dimana kanak-kanak, remaja, dewasa, ataupun lansia bermain. Untuk apa Rendy mengajaknya kemari?
"Tanggal 28 bulan depan,"jawab Reana santai seolah tak menyadari pertanyaan Rendy yang terkesan 'tiba-tiba'.Rendy terkesiap, 28 Desember?
"Oh ya? Tahun berapa?" tanya nya lagi.
"2001, kenapa?" Jawab Reana kembali dengan nada santainya.
"Kita lahir dibulan dan tahun yang sama..." Rendy menatap langit biru, menghela nafas panjang.
"Oh ya? kebetulan banget..." Reana antusias. Rendy kembali tersenyum, Reana memiliki ekspresi terkesiap yang cantik.
"Kamu hebat ya, di usia yang masih muda bisa sukses kayakgini," puji Reana, sekarang mereka duduk di salah satu tempat duduk bercorak kayu rotan.
"Semua ini kemauan nyokap, dia pengen liat gue sukses. Alhasil, doa nya terkabul doa orang tua bener-bener mujarap yah," jawab Rendy dengan santai. Reana tersenyum, kalau saja ia masih punya orang tua.
"Seneng ya punya orang tua, doa nya berlaku buat kebahagiaan kita. Sayang, ayah udah ga ada." Reana tersenyum, tiba-tiba saja senyuman yang sejak lama terlukis diwajah Rendy mendadak luntur, sebenarnya tidak luntur, hanya saja sedikit menipis. Tidak masalah, karisma nya tetap terlindungi.
"Bokap lo—" Rendy sengaja menggantungkan kalimatnya.
"Iya, Ayah meninggal sejak gue SMA," jawab Reana.
"Sabar ya Re, kesedihan jangan buat kita lemah, tetapi harus buat kita jadi lebih kuat lagi!"Selain tampan, Rendy juga baik, Reana benar-benar terkesima.
"Ya, gue gapernah marah ataupun benci. Tapi gue ngerasa Tuhan itu ga adil, Mama ninggalin Ayah sejak gue masih kecil. Ayah ngurus gue sendirian. Dan sekarang gue harus hidup sendirian, tanpa satu-satunya orangtua yang gue punya. Sampai sekarang gue gatau Mama dimana." Reana memasang ekspresi paling menyedihkan, Rendy sedikit merasa bersalah Karena telah membahas 'orangtua' di dekatnya.
"Gaboleh bilang gitu, Tuhan punya rencana yang lebih baik daripada yang kita bayangkan. Optimis ya!" kata Rendy diiringi senyum.
"Hahaha, kita baru kenal udah curhat banyak aja," sahutnya seraya terkekeh. Mereka baru dekat hari ini, tapi sudah curhat panjang lebar seperti itu. Tak apa, sepertinya Rendy orang baik. Tidak, Rendy memang orang yang sangat baik.
"Salam kenal, gue ga jahat ko."
"Emangnya lo tau gue darimana? Gue kaget waktu lo tiba-tiba berenti di depan gerbang sekolah gue, ada apa sih?" tanya Reana heran. Pertanyaan yang sekian menit ia pendam. Tapi tak masalah, ia bahagia di dekat Rendy, ia seperti berdekatan dengan kerabatnya sendiri.
"Dari Alvano, gapapa ko. Gue cuma pengen akrab sama lo," jawabnya tanpa melepaskan sedikitpun senyuman khas nya.
"Alvano?"
"Iya Alvano, yang semalem jalan sama lo kan?"
"Iya." Reana tersenyum simpul.Apa-apaan Alvano, mentang-mentang semalam ia menceritakan panjang-lebar tentang Rendy, jangan-jangan ia juga menceritakan tentang Reana? Pria berkacamata minus itu kan sedikit—ah! Ia mudah menceritakan apa saja kepada orang lain, bahkan tanpa diminta.
"Dia pacar lo?" tanya Rendy, Reana spontan membuka kedua matanya lebar-lebar, pacar? tidak mungkin.
![](https://img.wattpad.com/cover/146410716-288-k660009.jpg)
YOU ARE READING
FAMILIAR
Teen FictionJika Reana tidak salah, Rendy adalah pria pertama yang membuatnya terkesima. Sampai sang waktu membawanya pada takdir yang takkan pernah mempersatukan mereka.