TIGA

10 3 0
                                    

"Reana, Alvano, lagi pada disini juga? Ngapain?" Rendy tiba-tiba berdiri di hadapan Reana dan Alvano.

"Hey Ren, kita lagi—"Alvano baru saja akan berucap, tiba-tiba saja kaki Alvano diinjak Reana seolah memberinya isyarat.

"Kita lagi iseng aja, Ren. Iya kan, Al?" Reana mengambil alih, ia membulatkan matanya kepada Alvano, memaksa pria itu untuk mengangguk. Dengan terpaksa Alvano pun mengangguk, "I-Iya..."

"Oh, udah makan?" tanya Rendy kepada mereka, lebih tepatnya kepada Reana karena mata laki-laki itu menatap fokus hanya kepada Reana, gadis itu mendadak kaku sekaligus membuat Alvano mendadak gerah hati.

"Kita—eh, Reana udah makan Ren, barusan." Kali ini Alvano yang mengambil alih karena Reana hanya diam kaku, a-i-u-e-o-eu.

"Ooh, hahaha.... Yaudah gue duluan ya..." Tertawa garing, kemudian Rendy berpamitan dan pergi setelah Reana dan Alvano mengangguk bersamaan.

Sedikit bingung kenapa Rendy pergi sendiri? Apakah ia juga sedang cari kado untuk Windy? Kenapa baru sekarang, harus nya dari jauh-jauh hari. Lalu Alvano? Ia baru diberitahu semalam kalau Windy ulangtahun malam ini, ia tidak dekat dengan Windy, karena itu ia tidak tahu, bukan salahnya juga.

"Kenapa bengong?" tanya Reana kepada Alvano setelah Rendy pergi.

"Gapapa," singkatnya sambil terus menatap punggung Rendy yang semakin mengecil.

"Lo suka sama Rendy?" tanya Alvano tiba-tiba.

Reana spontan membulatkan matanya, "Engga lah!"

"Jujur kali, Re."

"Engga, Al. Gue aja gatau gimana rasanya jatuh cinta. Lo gausah ngaco, lagipula Rendy itu punya Windy, gue ga kaya lo." jelas Reana dengan anda ketus, membuat Alvano mengerucutkan bibirnya.

"Tapi Reana, suka sama jatuh cinta itu beda! Suka itu adalah rasa senang ketika melihat seseorang, dan itu masih dalam tahap jatuh cinta, belum tentu juga jatuh cinta. Tapi kalo cinta itu, ketika hati bener-bener mantap fokus kedalam titik kepastian kalo kita ngerasa dia itu bener-bener orang yang tepat. Itu si baru pendapat gue aja." sambungnya sepanjang kereta api.

"Sotau banget lo!"

***

'Masih di mall? Nanti sore gue tunggu di taman, jangan lupa.'

Rendy membuat janji singkat kepada Reana melalui pesan singkat.

Perasaannya tak karuan kepada Reana, ia bimbang. Disisi lain ia sibuk mengorek kepastian apakah Reana adalah orang yang dicarinya, sosok saudara yang tak pernah ia temui sejak lahir. Tetapi, semakin jauh Rendy mengorek kepastian tentang Reana, perasaan ganjil mulai bermunculan dalam hatinya. Ia berharap bahwa perasaan ini masih wajar layaknya seorang kakak kepada adiknya, itu pun jika benar Reana adalah saudaranya.

Dalam hati kecil Rendy berharap bahwa Reana samasekali bukan orang yang ia cari. Kalaupun benar, ia berharap ada rekayasa yang menyembunyikan kebenaran, seperti acara-acara sinetron di televisi yang biasa ia tonton.

***

"Ren? Lo ngajak gue ketemu disini? Ada apa?" Reana yang sudah berdiri di tempat dimana Rendy menunggunya, langsung mengutarakan kebingungannya.

Alvano? Pria itu sudah pulang duluan.

"Engga, gue cuma butuh temen buat ngobrol aja, Alvano pasti udah cerita sama lo, Windy ulangtahun, dia lagi sibuk buat pesta ulang tahun nya nanti malem." jelas Rendy.

Ada seidikit kecewa dalam batin Reana, jadi Rendy hanya menjadikannya pelampiasan dikala sendirian?

"Oh," jawab Reana datar, sambil tersenyum tipis.

FAMILIARWhere stories live. Discover now