"Jimin sayang, nanti kalau sudah
besar Jimin ingin jadi apa?""Umh, Jimin ingin jadi model eomma!"
"Tapi nanti kalau Jimin jadi
model, terus jadi terkenal. Jimin pasti sibuk dan melupakan eomma""Ugh! Janan menangic eomma,
Jimin akan tetap belcama - cama
dengan eomma kok".
.
.
"Jim, —"
"Kau bisa menemui orang itu di
kamar nomor 69"Jimin yang tersadar dari lamunan
nya segera beranjak dari sana dan berjalan pelan menuju kamar yang
diucapkan Seokjin tadi.Ahh—ku rasa dia sangat kaya
Senyuman lega pun tercipta di
antara kedua bilah bibirnya karena berhasil memikat seorang pria
yang dapat ia yakini sangatlah kaya.Bahkan pria tersebut menyetujui
harga yang ia ucapkan tadi siang.Tidak - tidak Jimin tidak matre
atau apalah itu.Ia senang karena setengah dari bayarannya bisa ia sisipkan untuk biaya kuliahnya tahun depan,
Ya.
Ia berencana akan mendaftarkan dirinya di universitas impiannya.
Tentu saja tanpa sepengetahuan
ibu dan saudara tirinya.Tok. Tok. Tok.
"Langsung masuk saja"
Suara berat yang terkesan sangat mendominasi itu sedikit menciut
kan nyali Jimin."Kau yang bernama Park Jimin?"
Tanya pria itu seraya menyesap
anggur miliknya.Yang ditanya hanya dapat mengangguk
kan kepalanya sebagai jawaban.Hening.
Jimin memilih menundukkan
kepalanya dalam - dalam, terlalu
takut untuk sekedar bertatap
mata dengan pria di hadapannya."Ck, jangan takut seperti itu pada
ku manis. Angkat wajahmu agar
aku tak menyesal telah membayar
mahal dirimu!"Buru - buru Jimin angkat kepalanya agar tak mengecewakan si pelanggan.
"Anak pintar, kemarilah"
Pinta pria itu dengan suara yang
mendayu. Membuat Jimin
mengernyitkan dahinya bingung.Bukannya langsung menerkam,
yang dilakukan pria itu justru mengelus pelan surai miliknya.Tentu saja ia bingung. Karena
hampir semua pria yang memesan
nya akan bersifat kasar dan tak
peduli akan apa yang ia rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Contract
Fanfiction[ completed ] -- Jungkook dan Jimin itu, orang asing. © nickelojeon