• padam

8.9K 730 49
                                    

"Sayang kenapa pakai lipstick
eomma hm?"

"Hanya ingin tahu eomma,
Jimin cantik atau tidak jika
memakai lisptick seperti eomma."

"Nakal, pasti ingin menarik
perhatian pangeranmu itu kan?"

.

.

.

"Mari berpisah,"

Jungkook menaikkan sebelah
alisnya santai seraya mengecap
pahitnya kopi.

"Hanya itu? —"

Jimin menganggukkan kepala
nya pelan, berusaha meyakinkan
dirinya sendiri.

"Jangan lupa satu hal, —"

"Kau itu ku beli loh, Jeon Jimin."

Jimin menggigit gemas bibir
bagian dalamnya.

Bagaimana ia bisa sebodoh
itu melupakan statusnya yang
tak lebih dari barang belian?

"Jangan berfikir sekeras itu
sayang, wajahmu jadi jelek tuh."

Jungkook beranjak dari tempat
nya. Mengambil kunci mobil
dari dalam laci.

Kemudian memberi aba - aba
pada Jimin untuk mengikutinya.

"Kemana?"

Bukannya menjawab, yang
dilakukan Jungkook justru
menyibukkan dirinya dengan
memasukkan koper - koper
besar milik mereka ke dalam
bagasi mobil.

"Kook, —"

Merengek. Merasa diabaikan
suaminya sendiri.

"Pulang sayang, apa kau mau
berduaan saja disini bersamaku
hm?"

Tentu. Kedua orang tua bangsat
itu meninggalkan mereka
kemarin malam tanpa kabar.

Berencana membuat adik
untuk Jungkook mungkin?

"Ayo pulang, —"

Jimin melangkah malas
memasuki mobil Jungkook.

Padahal ia masih mau berlibur
untuk beberapa hari ke depan.

.

.

.

Jimin mengelap pelan piring
cantik di tangannya.

Berusaha mengabaikan rasa
cemburu begitu mendengar
suara tertawa bahagia suami
nya dengan orang lain.

"Menyebalkan, kapan orang
itu akan pergi sih?!"

"Sekarang sayang, —"

Jimin melebarkan kedua
matanya terkejut.

Entah sejak kapan kedua tangan
besar itu sudah melingkar
dengan indahnya di pinggang
ramping miliknya.

"Sudah selesai tertawanya?"

Jimin menyentak kasar kedua
tangan Jungkook.

Berusaha menjauh seraya
menyusun piring - piring
yang telah selesai dicucinya.

ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang