Tiga

29 5 7
                                    

PENAMPILAN

Setelah usaha pertamanya dengan Sasha gagal, Kirana menciutkan nyalinya. Ia takut jika semua menjadi lebih sukar.

Kirana bercermin, menatap rambutnya yang kini agak sulit untuk dikepang seperti dulu. Kemudian menyisirnya menggunakan jari-jari tangannya. Sebenarnya, ia masih ragu. Apakah yang ia lakukan saat ini merupakan tindakan benar, ataukah salah?

Tidak ada yang berani meminta Kirana memotong rambutnya, termasuk kedua orang tuanya. Karena, ya, ia terlihat sangat manis dan lucu saat dikepang.

Tapi tadi, semuanya telah ia kecewai. Rambutnya sudah tak panjang lagi seperti dulu.

Ini demi Jo. Demi dapat putus dari Jo.

Apakah hatinya memang ingin berpisah dari Jo? Entahlah.
Bahkan sampai saat ini pun, jantungnya masih tidak waras jika berada di dekat Jo.

Ia mengingat-ngingat lagi kejadian tadi. Jo memeluknya, dengan sangat erat. Ia bahkan masih bisa merasakan tanagn itu menyentuh lengannya.

Itu yang membuat jantungnya berdegup tak normal.

Huft...

Ia masih nyaman dengan keadaan ini.
Ia masih nyaman menjadi seseorang yang menjadi ruang untuk Jo berbagi.

Tapi ia sudah tak nyaman dengan sikap Jo yang kasar padanya. Ia tidak menyukai itu.

Ia merasa, keputusan untuk putus dari Jo memang yang terbaik.

•••

Pagi ini, seperti kemarin, Sasha datang ke rumahnya sangat pagi. Dengan semangat yang setia membara untuk memisahkan Kirana--sahabatnya, dengan pacarnya--'bandit' sekolah.

"Oke, karena rencana kemaren gatot, alias 'GAGAL-TOTAL'," Sasha menekankan pada kata terakhir yang ia ucapkan, "hari ini kita harus buat rencana yang agak ekstrim."

Kirana yang sedari tadi sedang membereskan tempat tidurnya menoleh, "Aku nggak mau yang aneh-aneh, Sha."

"Enggak, Kirana. Maksudnya... yang lebih beda gitu,"

Setelah tempat tidur Kirana rapi, Sasha ikut duduk di tempat tidur itu. Menatap Kirana yang berdiri di samping kaca rias dan memperhatikannya dari atas sampai bawah.

"Gue rasa... gue dapet ide." Sasha mengangguk-anggukan kepalanya. Lalu ia menyuruh Kirana duduk.

Alis Kirana bertautan, seolah bertanya: apa?

"Untuk kali ini, pesen gue cuma satu, Ran. Lo harus PD kuadrat."

Huft... Kirana mendengus lagi.

Lalu ia mengangguk pasrah.


•••

Hari ini tidak seperti kemarin, sekolah masih sangat sepi saat Kirana dan Sasha memasuki sekolah. Padahal, sekarang waktu yang sama ketika ia berangkat kemarin.

Tapi Kirana sangat bersyukur untuk itu, berarti, ia tidak perlu repot-repot menyembunyikan wajah dan penampilan barunya.

Saat ini, ia sedang duduk di bangku milik Jo-- di kelas Jo, bukan kelasnya. Kata Sasha, agar kejadian kemarin tidak terulang lagi, ia harus mengubah latar bertemunya dengan Jo di lain tempat.

Seperti biasa, jika sudah begini, batang hidung Sasha sudah tidak terlihat, membuat Kirana sedikit mengumpat dalam hati.

Deg!!

Kirana agak tertelonjak kaget merasakan sesuatu menutup matanya, tapi setelah menduga siapa yang melakukannya, ia mencoba sedikit tenang, mencoba mengendalikan debaran jantungnya.

"Kenapa sepagi ini, apa terlalu rindu?" tanya Jo membuat otak Kirana seketika buntu. Ia harus menjawab apa?

Jo melepaskan kedua tangannya yang menutupi mata Kirana, kemudian mengambil posisi di bangku samping Kirana.

Kirana baru sadar, ia mengulangi kesalahan yang sama : mengambil latar di dalam kelas.

"Gue, mau... minta sesuatu," ucap Kirana sedikit tegang. Matanya menatap salah satu sudut kelas.

Jo meraih dagu Kirana, membawa wajah itu menghadap kearahnya. Jo tidak suka di abaikan, "apa pun... unkuk kamu."

"Gue.." suara Kirana mulai parau, tapi ia tidak mau rencananya gagal lagi,"mau bolos."

Jo mengernyit bingung, matanya menatap tak yakin, "ayo ke kantin."

Jo menarik tangan Kirana, mengajaknya berdiri untuk pergi ke kantin. Ia rasa, kekasih ter'cinta'nya belum sarapan.

"Gue mau bolos, Jo. Bukan ke kantin."

Jo berhenti, membalikkan tubuhnya menghadap Kirana,"Aku sayang kamu, Kiran, jadi jangan berbuat macam-macam!"

Kirana bingung harus berbuat apa, untuk yang ke sekian kali, pikirannya buntu.

Jo mendekat, ia membenarkan lintingan-lintingan lengan baju Kirana, merapikan kerah bajunya. Untuk pagi ini, denagn mengikuti saran Sasha, Kirana memang mengubah cara berpakaiannya: lengan baju dilinting, kerah baju acak-acakan, dan kaos kaki berwarna mencolok--hujau stabillo, serta rambutnya yang berantakan. Dan kemududian...

Terulang lagi.

Siswa-siswi yang mengintip dari jendela karena sedari tadi tidak berani masuk ke dalam kelas bercicitan.

Jo mendekatkan dirinya ke arah Kirana. Bukan, bukan dekat. Tapi sangat dekat. Hidungnya hampir menempel dengan hudung mungil Kirana.

Jo mengambil gelang yang ada di tangannya, lalu mengikat rambut Kirana yang berantakan.

"Kamu itu hanya perlu mengatakan 'iya' di setiap pertemuan kita. Jadi, kuperingatkan sekali lagi, jangan macam-macam!"

Kirana membisu.

•••

Typo berceceran, harap komen.
Itu sangat membantu😁😊.

KaisanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang