Unprecedented Pill Refiner: Entitled Ninth Young Lady

Bab 115 - Undangan Kecantikan (1)

Adegan kedua berlutut adalah kontras tajam dibandingkan dengan sikap sombong Su Lingsheng dari sebelumnya.

Kerumunan mulai berbisik. Siapa yang akan berpikir bahwa gadis muda yang biasa-biasa saja dari sebelumnya akan benar-benar menarik semua tokoh perkasa yang memerintahkan angin dan hujan di Ji City dari kuda-kuda mereka yang tinggi?

Komentar orang-orang terus tanpa henti memasuki telinga Su Lingsheng, setiap kata mereka seperti pisau tajam yang meretas harga dirinya inci demi inci.

Su Lingsheng diam-diam mengepalkan tinjunya, bibirnya tercekat dari tekanan giginya.

"Kalian berdua mungkin sangat membenciku, bukan?" Ji Fengyan tiba-tiba bertanya.

Tubuh Lei Min berkedut, tapi dia tidak menjawab.

Di sisi lain, Su Lingsheng mengangkat kepalanya dan dengan kasar memelototi Ji Fengyan, permusuhan di matanya berbicara lebih keras dari kata-kata.

"Kasihan sekali ... Bahkan jika kalian berdua membenciku lebih lagi, bukankah kalian berdua masih patuh berlutut di depanku sekarang?" Ji Fengyan dengan polos mengedipkan matanya. Namun, kata-katanya hampir menyebabkan Su Lingsheng segera memuntahkan darah saat itu juga.

"City Lord Ji, tolong beri kami Dual-Stemmed Timeless Affection." Lei Min berbicara dengan suara suram.

Ji Fengyan sedikit tersenyum dan perlahan membuka kembali kotak hiasan. Menjulurkan jari ramping, dia dengan ringan memetik salah satu bunga dari Perasaan Abadi Tanpa Pegangan dan memegangnya sebagai energi spiritual seperti api berwarna emas yang berputar di sekitar telapak tangannya. Tanpa jejak, dia kemudian mengulurkan gumpalan auranya dari telapak tangannya dan mencampurnya ke dalam energi spiritual dari bunga afeksi abadi.

"Bunga afeksi yang tak lekang oleh waktu ini bisa dihitung sebagai hadiah pertamaku untuk Putri Sulung." Ji Fengyan berkata, bawa bunga afeksi abadi di depan Su Lingsheng.

Dia menatap pada yang dipetik dari bunga sayang abadi sebelum segera mengangkat kepalanya untuk melihat Ji Fengyan. "Bukankah kamu mengatakan bahwa kamu akan memberikan kami Warisan Tanpa Batas Ganda ?! Apa yang kamu lakukan ?!"

Ji Fengyan mengangkat jari halus ke bibirnya dan membuat gerakan "shush".

"Aku hanya memberikan sebagian dan tidak semuanya. Sebagai manusia, kamu tidak bisa terlalu serakah."

Su Lingsheng tampak seolah akan menghancurkan giginya dari betapa kerasnya dia mengepalkan mereka dan hampir menuduh untuk merobek wajah Ji Fengyan yang tampaknya tak berdosa.

Lei Min alis mengerut, tetapi pada akhirnya dia tidak mengatakan apapun. Mengambil bunga kasih yang tak lekang oleh waktu, dia membantu Su Lingsheng dan melirik Ji Fengyan yang terakhir sebelum pergi diam-diam dengan dia dan Pengawal Lustrous di belakangnya.

Meninggalkan tempat ini yang membuatnya sangat terhina.

"Tuan Putri, mengapa Anda memberikannya kepada mereka? Bahkan jika Anda melakukan sesuatu seperti itu, mereka tidak akan mengatakan satu kata pun tentang Anda. Bahkan, kemungkinan mereka akan mulai menyalahkan Anda di depan Putri Sulung . " Ling He berkata, merasa agak terdiam saat menatap menatap punggung Lei Min.

Ji Fengyan melambaikan tangan dalam perselisihan.

"Itu hanya jika mereka benar-benar bisa menyerahkannya."

"Apa maksudmu?" Ling He bertanya dengan bingung.

Dia tidak menjelaskan, sebaliknya dia dengan santai melemparkan kotak hiasan yang berisi bunga afeksi tanpa batas ke Ling He dan bersiap untuk kembali dan membawa lebih banyak batu. Pewarisan Abadi Tanpa Batas itu murni dimaksudkan untuk memuakkan Su Lingsheng dan Lei Min karena dia benar-benar tidak menggunakannya untuk itu.

Tepat saat Ji Fengyan berencana pergi, para pebisnis kulit hitam yang baru saja selesai mengangkat keranjang bijih langka itu dengan cepat kembali.

"Pelanggan, tolong tunggu!"

Langkah kaki Ji Fengyan terhenti. "Apa itu?"

"Pelanggan, menurut kata-kata orang-orang dari sebelumnya, kamu adalah penguasa kota baru Ji City, benar?" Salah satu dari mereka bertanya.

"Mhmm." Dia mengangguk.

Keduanya sedikit tertegun sejenak sebelum melanjutkan, "Kami memberi salam pada Lady City Lord. Tuan Muda kami memiliki beberapa hal yang ingin dia diskusikan dengan nona saya, oleh karena itu ibu saya akan berhenti di kereta kami?"