Satu Malam

66 8 5
                                    

Bunyi pintu ditutup.
Alin menahan nafas sambil menggigit bibir, berharap tak ada yang mendengarnya. Lalu dia pun bergegas pergi, melangkah lebar melewati pintu pagar yang terbuka.

Malam berkabut, tapi Alin sama sekali tidak merasa kedinginan. Hatinya berdesir panas mengingat ucapan mertuanya kemarin siang, "Minggato! Ini rumahku."

Kepalanya menunduk, menghitung satu per satu langkah kakinya. Dia tak ingin berfikir lagi.

Jalan saja, jalan saja. Suara di kepalanya terus menggema.

Sampai di depan gang, dia berhenti dan menoleh ke belakang. Dipandanginya sekali lagi tembok pagar rumah setinggi dua meter itu.

"Selamat tinggal, Mas," bisiknya lirih.

Alin berbalik dan kembali berjalan. Kali ini dengan kepala tegak. Seulas senyum muncul di wajahnya saat melihat sebuah mobil hitam berhenti di ujung gang.

FF Cloverline CreativeWhere stories live. Discover now