Angin bertiup, hawa dingin seketika menerpa wajahku. Kusibak anak rambut yang menutupi mata sambil kembali memandang sekeliling halaman.
"Tak ada yang berubah di sini." Sebuah suara mengagetkanku. Aku hanya diam memandangnya. Sedangkan dia berdiri di sampingku, memandang lurus ke depan.
"Masuk?" tanyanya. Aku menggeleng. Aku belum siap, batinku.
Kami terdiam cukup lama. Lalu kuangsurkan sebuah amplop dan diterimanya dengan sebelah tangan.
"Sudah besar dia sekarang, sehat dan pintar, " katanya sambil meninggalkanku.
Kututup wajahku dengan kedua tangan. Terdengar suara anak kecil dari dalam rumah. Tenggorokanku terasa tercekat.
Rumah ini rumahku juga, tiga tahun lalu. Anak kecil itu anakku. Wanita itu ibuku.
Semoga kelak mereka memaafkanku. Dunia tak bisa menerima jika seorang penyanyi pendatang baru sepertiku sudah punya anak.