-Jakarta, 06 Mei 2014 Pukul 06.00 am-
Seorang gadis cantik tampak sudah siap dengan pakaian kerjanya. Bermake up tipis namun kecantikannya tetap terpancar. Sambil bersenandung kecil , ia menghampiri kakak laki lakinya yang sudah duduk menikmati sarapan bersama keluarga kecilnya.
“Pagi Kak Cio, Kak Icel“ sapa Prilly sambil mencium pipi kakak dan kakak iparnya.
“Hey, Pagi juga baby Jo” diciumnya dengan gemas balita mungil di sebelah Michelle. Joan – prilly lebih suka memanggilnya baby jo-keponakannya yg masih berusia satu tahun, buah cinta dari Cio dan Michelle.
“Pagi aunty illy mulut mercon “ sahut Michelle seolah olah Joan yang menjawabnya.
“OMG Hellooow, kak icel, please deh ya, ga pake mulut mercon bisa keleus.” Kata Prilly, seperti biasa, dengan suara khas 7 oktafnya.
“Oke baby Jo, panggil aunty, Aunty Illy cantik imut lucu menggemaskan cetar membahana dan bombastis. Deal baby Jo” Katanya lagi sambil menggendong baby Jo kemudian di pindahkan ke pangkuannya.
“Dek, Lo udah siap ikut ngurus perusahaan kita? “ tanya Cio.
“Well to the well well well. Kalau ngga sekarang, kapan dong gue belajar kak? “ jawab Prilly sambil menoel noel pipi Joan.
"Iya, toh disana juga ada Digo kok, lo udah tau kan? jadi seengganya lo ada temen sekaligus mentor lah disana" kata Michelle sambil memberikan roti kepada Prilly.
"Thanks kak. Yah , gue inget banget ada tu makhluk astral disana. itu jadi salah satu alasan gue mau cepet cepet belajar ngurus perusahaan. kalo dikantor ada Digo yang bisa nemenin gue. Dirumah? forever alone. secara kak cio sibuk ngantor, kak icel sibuk ngurus butik. sendiri dong gue. ya mending dikantor ada Digo." jawab Prilly.
Digo, pria tampan yang selalu mengisi hari hari Prilly selama Ali menghilang. Setelah setahun terkurung didalam kesedihan dan keterpurukan, akhirnya Digo bisa sedikit mengembalikan keceriaan Prilly. Digo pria yang sangat baik. Dia tampan, pintar, kaya, dan menyenangkan. Dia juga sangat mengerti Prilly. Dia pria tersabar yang pernah Prilly kenal. Buktinya selama 6 tahun kebersamaan mereka, sudah entah berapa kalo Digo menyatakan bahwa dia mencintai Prilly, tapi tak ditanggapi karena Prilly masih tak bisa melupakan Ali. Toh nyatanya Digo tetep stay disamping Prilly dan tak merubah sedikitpun perlakuannya pada Prilly.Bahkan semakin care dan peduli pada Prilly. Prilly menghela nafas kasar. Betapa bodohnya dia menyianyiakan seseorang seperti Digo.
"Pagi kak icel kak cio baby jo. "
"Eh Digo? Panjang umur banget lo Go, baru juga disebut namanya udah dateng. duduk dulu sarapan bareng" ajak Michelle.
ohya, Digo juga merupakan anak dari sahabat karib papa Prilly, oleh karena itu dia sudah akrab dengan keluarga Prilly.
Digo memperhatikan Prilly yang sepertinya sedang larut dalam lamudan dan belum juga menyadari kehadirannya. Di hampirinya prilly kemudian mengacak gemas rambut Prilly.
"Pagi princess mulut mercon"
"Aduuuuuuh, digooo!!! jangan diacak, berantakan. " kata Prilly. Dengan kasar di tampiknya tangan Digo dari rambutnya.
"Tuh kan Digo, ini hari pertama gue ngantor, masa wakil direktur bad hair gini sih? " sungut Prilly kesal sambil merapikan rambutnya.
"Ah elah lly, bisa disisir ini. Sini deh gue rapiin sini. " kata Digo sambil menyisir rambut Prilly dengan tangannya. Tapi bukannya merapikan, Digo justru membuatnya lebih berantakan lagi.
"Digoooooooo!!!" teriak sisi sebal. Cio dan michelle hanya bisa tertawa melihat kelakuan mereka.
"Lagian lo sih pake bengong, sampai ngga sadar gue dateng. Mikirin gue lo ya? Ngaku lo. " kata Digo sambil menoel dagu Prilly.