"oke. Selamat datang dirumah gue. semoga kalian betah ya" kata Ali ketika mereka semua memasuki rumahnya.
"Kamar disini ada tiga, kamar gue sama dua kamar tamu. Digo, lo sekamar sama gue ya? Kak Nayla sama Kak Tristan sekamar ya, ga tega misahin penganten baru, hehe. Dan.." Ali menghentikan ucapannya sejenak kemudian melirik ke arah Prilly yang sedari tadi larut dalam kediamannya.
"Dan Prilly, di kamar tamu yang satunya. " mendengar namanya disebut, Prilly seketika tersadar dari lamunannya dan menoleh ke arah Ali.
"ah oh oke. " kata Prilly sambil tersenyum kecut.
Ali menghela nafasnya kasar.
"Yaudah yuk, gue anter kekamar masing masing" ajak Ali.
Rumah Ali cukup sederhana. Rumah berlantai dua yang minimalis. Dengan ruang tamu, dapur dan ruang keluarga serta satu kamar mandi kecil di lantai satu dan tiga kamar lengkap dengan kamar mandinya di lantai dua. Tak lupa dengan sebuah ruang musik yang menjadi tempay Ali mencurahkan isi hatinya dalam untaian lagu.
Posisi kamar Ali tepat didepan kamar tamu yang akan ditempati Prilly dan bersebelahan dengan kamar tamu yang akan ditempati Nayla dan Tristan. Sementara ruang musik berada di sebelah kamar yang ditempati Prilly.
"Silahkan istirahat dulu. Semoga betah ya" kata Ali sebelum semua masuk ke dalam kamar masing masing.
Di dalam kamar, Ali yang sibuk membantu Digo merapikan barang barangnya dikejutkan oleh tepukan tangan Digo di bahunya. Ali pun menoleh kearah Digo dan menaikkan satu alisnya seolah bertanya "ada apa?"
"Maafin Prilly ya bro? gue ngga tahu kenapa dia gitu. mungkin dia ngga terbiasa tinggal dirumah orang. "
Kata Digo.
"its okay bro. mungkin butuh penyesuaian buat dia. butuh adaptasi. " jawab ali sambil tersenyum.
Digo tersenyum mendengar jawaban Ali. Walaupun dalam benaknya masih tersimpan banyak pertanyaan, ia memilih untuk bertanya kepada Prilly terlebih dahulu. Bagaimanapun akan lebih mudah bertanya pada Prilly ketimbang Ali. Ali adalah sahabatnya, sementara Prilly adalah orang yang paling tahu tentang dirinya. Ia berjanji pada dirinya sendiri, apapun masalah diantara Ali dan Prilly, ia bertekad akan mendamaikan mereka.
"Abis ini gue ke kamar Prilly ya, mau ngobrol bentar" kata Digo sambil tersenyum. Ali membalas senyum Digo sambil mengangguk. Meskipun hatinya melarang Digo untuk menemui Prilly karena sejujurnya rasa cemburu itu hadir seperti silet tajam yang mengiris iris hatinya.
Setelah selesai merapikan barang barang bawaannya, Digo beranjak menuju kamar Prilly. Diketuknya perlahan pintu kamar Prilly. Prilly yang baru saja selesai mandi untuk menghilangkan sedikit kepenatannya muncul memakai baju kaos ungu dan celana pendek longgar dengan handuk dikepalanya. Melihat siapa yang ada di balik pintu, Prilly memutar bola matanya lalu mendengus kesal.
"apa?" katanya ketus.
"gue mau ngomong. gue boleh masuk? " tanya Digo.
"hmm" jawab Prilly sambil berbalik ke dalam kamarnya dan duduk di tepian tempat tidurnya.
Digo mengikuti Prilly kemudian duduk di sebelah Prilly.
Prilly melepas handuk dari kepalanya dan menggosok gosokkan ke rambutnya yang basah.
"udah kelar rapi rapi lo? kayaknya barang lo lebih banyak dari gue deh. cepet juga ya?mana udah sempet mandi. sendiri lagi beresinnya. gue aja yang dibantu Ando baru kelar. " Kata Digo membuka pembicaraan.
"ngga usah basa basi. mau ngomong apa lo? " tembak Prilly tanpa menoleh kearah digo dan terus menggosok rambutnya. Ia sedang tidak mood bercanda dengan Digo. Suasana hatinya sedikitpun tidak membaik semenjak pertemuan kembali yang cukup awkward dengan Ali tadi.