"Digo, apa - apaan sih? baru juga gue masuk kantor tadi pagi, belum dapet tugas apapun, masak udah tugas dinas aja. Seminggu lagi. Mana besok udah berangkat. barang barang aja belum gue siapin. OMG Hellloooooooow" cerocos Prilly lengkap dengan suara khas 8 oktafnya.
Digo hanya tersenyum kecil sambil menggeleng gelengkan kepalanya mendengar celotehan gadis yang sangat ia sayangi itu. Begitulah gadisnya, apa apa harus heboh. tak peduli dimana tempatnya.
"dooh, mulut mercon, lama lama pecah semua jendela kantor ini. Digo, lo tahan banget sih ngadepin ni bocah" kata Tristan -sahabat Digo dan Prilly sekaligus suami Nayla, kakak Digo-
Digo mengendikkan bahunya dan tertawa , sementara Prilly sudah memberikan tatapan sangar ke Tristan dan Digo.
"Kak, lo milih gue pecahin gendang telinga lo, atau diem? Lo ngga tau betapa nistanya nasib gue kak. Wajar dong gue histeris. "
"Dan lo bapak wakil direktur Digo Aliansyah, lo sebaiknya berhenti ketawa dan bebasin gue dari tugas dinas ini atau gue ngga bakal mau ngomong sama lo lagi!" ancam Prilly.
Digo menaikkan satu alisnya mendengar ancaman Prilly.
"weits, santai dong sist, kalo lo mau protes, protes ke duo Presiden direktur dong, gue ngga punya andil apa apa disini. "
Prilly mendengus kesal.Duo Presiden direktur itu sendiri adalah Ayahnya dan Ayah Digo. Akan sangat sangat membuang tenaga memprotes kedua orang itu. apalagi ayahnya. Beliau adalah sosok yang tegas. Tidak ada yang bisa melawan perintahnya, apalagi hanya kemanjaan Prilly. Hanya akan dianggap angin lalu oleh beliau.
"Lagian, gue juga berangkat kali Lly, tuh Kak Tristan sama Kak Nayla juga. lebay amat sih lo" lanjut Digo.
"Nih Nayla sms, perlengkapan lo udah disiapin sama Michelle, mereka lagi belanja buat keperluan besok. " kata Tristan sambil memperlihatkan handphonenya pada Prilly.
"Bagus deh. Udah kewajiban kak Icel sm kak Cio tuh nyiapin semua kebutuhan gue. Secara mereka termasuk dalang dalam penjebakan gue ini. Mereka tahu gue bakal diungsiin, tapi ngga ngasih tahu."
"ape kata lo duaaah. lagian kalopun kak Icel sama Kak Cio ngasi tahu lo, lo bisa ngapain? bisa protes? " tanya Digo.
"hehehe. engga juga sih. " jawab Prilly cengengesan .
"ya,tapi paling ngga gue bisa mikirin alasan buat ngebatalin ini kan. Ah, pokoknya whatever however whenever wherever forever , Kak Cio sama Kak Icel tetep sa to the lah. "
"atur aja duaah. gue mau balik. capek gue. pesawat pagi nih besok. biar fit. gue duluan ya Lly, Go " kata Tristan kemudian meninggalkan Digo dan Prilly.
Digo memalingkan wajahnya ke arah Prilly.
"Anda mau pulang atau nginep disini, nona?" tanya Digo sambil menaikkan satu alisnya.
"Pulanglah. gue mau tidur. " kata Prilly ketus. Ketika melewati Digo, tangan Prilly dicekal oleh pria tampan itu.
"apaapa ngambek. marah marah mulu, tar cantiknya ilang loh. "
Prilly tersenyum kecil mendengar godaan dari Digo. Namun ia buru buru menyembunyikan senyumnya. Iapun menoleh ke arah Digo.
"Bomat. bodo amat."
Digo tersenyum. Dilepaskannya tangan Prilly dari cekalan tangannya.
"lo marah marah lucu. bikin pingin nyubit. Cantik tapi agak chubby gini ya" kata Digo sambil mencubit gemas pipi chubby Prilly sambil tertawa.
"ih emang chubby tauuu. " Prilly tertawa mendengar semua gombalan Digo. Yah cuma Digo yang mengerti Prilly. Yang bisa menenangkan Prilly saat dia marah, dan menangis.