3 Months Later...

44 6 3
                                    


Tak terasa, detik dimakan menit, menit dimakan jam, jam dimakan hari, hari dimakan minggu, dan minggupun dimakan bulan.

Anne telah genap tiga bulan tinggal bersama Stephan.

Percayalah itu bukan hal yang mudah untuk bertahan di dalam sikap Stephan yang terlalu dingin dan tidak pernah mau menerima Anne, bahkan sebagai teman sekalipun.

Anne mengerti akan hal itu. Namun, bukan berarti ia berhenti berusaha dan berharap.

***

Anne berjalan santai menuju teras di castle besar nan megah. Adalah hobinya sejak kecil untuk menikmati sunset yang membuat dunia seolah-olah menjadi oranye.

Ia baru saja menyelesaikan tugasnya  memetik bunga mawar untuk Stephan. Sama seperti sebelumnya, Stephan tidak akan memberikan tanggapan apapun setiap kali bertemu dengan Anne.

Sampai detik ini, Anne masih belum tau untuk apa bunga mawar itu bagi Stephan. Yang jelas, memetik bunga mawar itu adalah tugasnya meski tidak tahu untuk apa gunanya.

Wanita itu melangkah dengan santai. Bicara soal perasaan, saat ini dia benar-benar merindukan keluarganya. Ibu, Ben, dan puncak dari rasa rindu itu, Ayah...

Terkadang tanpa sengaja air matanya telah menitik di pipi tirusnya. Bagaimanapun, sekarang ia tengah tinggal bersama orang yang asing, temperamen, dan tidak bersahabat.

CEKLEK

Akhirnya Anne sampai pada sebuah teras besar yang diperkokoh oleh batuan alam dengan harga selangit itu.

Ia mengambil kursinya dan segera duduk sambil menunggu sang matahari pamit meninggalkannya seraya memamerkan cahaya emasnya.

'I always love it...' gumamnya ketika melihat matahari didepannya mulai tenggelam.

***

SREEEK!

Stephan menutup gorden kamarnya. Ia tidak suka melihat cahaya oranye dari matahari yang hampir tenggelam itu. Matanya akan terasa sakit setiap kali melihat cahaya dari matahari.

Walaupun ia seorang Vampire Dracind yang tahan matahari, bukan berarti matanya tidak akan merasakan sakit ketika melihat bola besar berpijar itu.

Stephan melangkah menuju ranjangnya.

C-CIIITTT

Stephan menoleh ke sumber suara. Kini bola mata birunya membesar. Seekor kelelawar tiba-tiba saja muncul dari jendela kamarnya. Stephan sangat mengenal suara itu.

"Peytom! Kemarilah! Aku kesepian..." Stephan sedikit memberi isyarat pada kelelawar itu.

Seolah mengerti dengan isyarat dari Stephan, kelelawar itu mengangguk kecil.

BUUSSHHHH

Kelelawar yang tadinya asyik mengepakkan kedua sayapnya itu tiba-tiba saja terjatuh dan berubah menjadi seorang pria tampan berambut coklat tua. Ia terlihat sedikit kesakitan karena jatuh dari tempat yang cukup tinggi.

Stephan segera mendekat dan mengulurkan tangannya.

"Lama sekali kau berkelana, teman..." Stephan seraya menarik tangan Peytom.

"Dimana wanita itu? Dia tidak disini kan?" Peytom tidak menjawab pertanyaan Stephan, melainkan bertanya akan wanita yang ternyata sudah ia intai sejak beberapa hari yang lalu.

"Tidak, entahlah, aku tidak peduli..." jawab Stephan sambil menggedikkan bahunya.

"Apakah dia pacar barumu?" Peytom kini berbicara lebih serius.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

He Is a Vampire Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang