Chapter 8 : Cemburu Itu Wajar, Bukan?

1.9K 150 11
                                    

Hal tersulit dalam sebuah hubungan itu adalah mempercayai pasanganmu.


*_*_*_*_*

"Tapi, cemburu itu wajar, bukan?"

-

Namjoon pulang tanpa berpikir apapun selain untuk berpelukan dengan Seokjin atau setidaknya sesuatu yang dapat menghilangkan kelelahannya tak peduli apapun yang terjadi. Tadinya ia berpikir bahwa Seokjin akan menyambutnya dengan sapaan seperti biasa, namun kenyataannya Seokjin tidak terlihat. Namjoon menengok, bertanya-tanya kemana suami cantiknya yang akan tersenyum manis padanya itu. Biasanya, Seokjin akan keluar dari kamarnya dan memeluknya dengan erat.

Tiba-tiba, Namjoon ingat bahwa ia sebenarnya lupa memberitahu Seokjin bahwa ia akan pulang terlambat. Ia membesarkan kedua matanya, mulutnya pun kemudian membentuk huruf 'O' dan bergumam 'Oh, ya Tuhan' sebelum ia beranjak untuk menemui Seokjin ke kamar mereka. Namjoon begitu ketakutan dan gugup, karena suaminya mungkin akan memberitahunya untung tidur di sofa.

Perlahan namun pasti, Namjoon membuka pintu dan mulai berjalan ke arah kamarnya. Jantungnya pun berdetak begitu cepat sambil menggigit bibir bagian bawahnya sampai ia melihat Seokjin sedang di belakang meja kerjanya, sibuk mendesain sesuatu. Malam ini mungkin akan menjadi mimpi buruk yang terburuk yang pernah Namjoon miliki. Beberapa hari sebelumnya, Seokjin tiba-tiba saja menanyakan berapa banyak pegawai perempuan di kantor Namjoon. Tentu saja Namjoon tak akan ragu-ragu menjawabnya dan menerima beberapa anggukan dari Seokjin. Pun, Seokjin bertanya siapakah wanita yang paling cantik atau terkenal di perusahaan. Namun, Namjoon tak sesegera itu menjawab pertanyaan Seokjin dan malah menatap ke arah kedua mata Seokjin. Ia berusaha untuk bertanya apa maksud Seokjin sampai ia menanyakan pertanyaan yang aneh.

***

Beberapa hari yang lalu...

Namjoon tak ada pikiran apapun yang akan terjadi di meja makan selagi keduanya menikmati makan malam mereka sampai Seokjin berdeham setelah ia menyelesaikan makanannya. Ia menumpu dagunya pada telapak tangannya dan menatap Namjoon lekat-lekat. Seokjin sepertinya sedang memikirkan sesuatu yang membuatnya seperti ingin membunuh seseorang. Seakan-akan Namjoon mengerti, ia berhenti memakan makanannya dan melihat ke arah Seokjin.

"Ya? Ada apa, sayang?" Namjoon bertanya tanpa ada ragu sedikitpun. Seokjin hanya menggelengkan kepalanya, namun terus menatap Namjoon, "Sayang, kau bertingkah aneh akhir-akhir ini. Apa yang sudah aku lakukan?"

Namjoon ingat betul bahwa ia tak melakukan apapun yang membuat Seokjin marah. Hubungan keduanya pun baik-baik saja, tak ada pertengkaran atau apapun. Ia bahkan menerima sapaan hangat dari Seokjin setelah ia pulang sebelumnya.

"Tidak. Aku hanya bertanya-tanya, berapa banyak pegawai wanita yang ada di kantormu?" Pertanyaan itu hanya menarik sedikit perhatiannya. Ia bahkan tak peduli tentang wanita.

Pikir saja; Namjoon sudah memiliki seseorang yang sangat ia cintai, lalu mengapa ia harus peduli akan hal seperti itu?

"Aku tidak tahu, karena aku sama sekali tak peduli dengan itu. Mengapa kau menanyakannya?"

Seokjin mengangkat kedua bahunya, "Aku hanya ingin tahu saja, sayang. Lalu, apakah ada yang sangat cantik? Mungkin, pegawai wanita yang begitu dikenal di sana?"

Kali ini pertanyaan itu sangat menarik perhatian Namjoon sampai ia harus berhenti memakan makanannya dan melihat ke arah Seokjin sambil mengernyitkan dahinya. Namjoon seketika menaruh sendok yang berada dalam genggamannya dan menjauhkan dirinya. Ia menyilangkan kedua lengannya dan menaruhnya di atas meja makan seraya menatap Seokjin begitu tajam.

(M / NC - 18+) VOWSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang