Chapter 11 : Senang Bertemu Denganmu Lagi

1.6K 129 8
                                    

"Senang bertemu denganmu lagi. Aku sangat merindukan sentuhanmu."

-

Merasakan sentuhan lembut di rambut dan wajahnya, membuat Namjoon menerka-nerka pada sentuhan yang ia rasakan. Namjoon membuka kedua matanya perlahan dan seketika terduduk setelah melihat Seokjin tersenyum padanya. Ia tak dapat menjelaskan begitu bahagia dirinya ketika ia dapat kembali merasakan sentuhan Seokjin di kulitnya. Rasanya begitu hangat dan tak ada lagi yang dapat membuat Namjoon lebih tenang daripada perhatian manis seperti sentuhan-sentuhan lembut. Namjoon rasanya ingin sekali menangis ketika ia dapat bersama Seokjin walaupun mungkin hanya untuk beberapa menit saja. Namun, Namjoon tidak akan membuang-buang waktu ini.

"Sayang..." Namjoon melompat ke dalam pelukan Seokjin sesaat yang lebih tua membalasnya.

"Ya Tuhan, kau terlihat seperti bayi." Seokjin pun tertawa kecil dengan melihat Namjoon yang seperti anak kecil. Bagaimana jika suatu hari keduanya memiliki anak? Haruskah Seokjin merawat dua bayi?

"Tapi, aku sangat merindukanmu, sayang. Tidakkah kau lihat Mama memarahiku semalam?" Meskipun Seokjin tak dapat melihat wajah Namjoon, tapi ia tahu betul jika suaminya itu tengah memasang wajah kecewa.

Dasar bayi besar..

"Sayang, kau harus mandi sekarang. Aku rasa Mama akan bangun beberapa menit lagi." Seokjin tak hentinya mengusap punggung Namjoon yang masih memeluknya dengan erat layaknya seekor koala.

"Baiklah..." Namjoon menghela napas lemah. Ia benar-benar tak ingin berpisah dengan Seokjin.

Setelah pelukan itu terlepas, Seokjin menangkup wajah Namjoon dan memberikan sedikit ciuman di bibirnya. Namjoon memaksakan dirinya untuk tersenyum sementara Seokjin harus beranjak ke dapur dan membuat beberapa cangkir teh untuk mereka. Seokjin pun memberikan ciuman jauh sebelum ia benar-benar keluar dari kamar. Namjoon hanya terkekeh pelan, namun wajahnya masih terlihat sangat kecewa dan putus asa.

Berapa lama Mama Kim akan tinggal di sini? Ia membutuhkan waktu yang berkualitas dengan Seokjin kembali. Namun, ketika ia ingat bahwa pekerjaannya sudah mendekati deadline, Namjoon harus mengambil kesempatan ini sebagai bukti bahwa ia adalah suami yang baik kepada Mama Kim.

***

Respon pertama kali yang ia dapatkan adalah tawa dari Hoseok. Tawa mengejek yang cukup membuat Namjoon ingin menghilang. Jika saja Hoseok berada di posisi yang sama dengannya, lalu anak itu pasti akan mengerti. Menikah dengan seseorang sama seperti menikahi keluarga mereka. Maka, jika Namjoon membuat kesalahan walaupun tak begitu besar, ia harus bertanggung jawab dan dalam kasus ini, ia harus bertanggung jawab akan Seokjin. Ia tahu, Seokjin telah bertanggung jawab untuk dirinya sendiri, namun sebagai suami, Namjoon pun tetap harus bertanggung jawab akan Seokjin. Ia harus menjadi pemimpin di keluarganya sendiri.

Namjoon mengerucutkan bibirnya ketika Hoseok menertawainya, merasa tersinggung. Mengapa semua orang sepertinya begitu jahat padanya?

"Ah, maafkan aku, Joon. Aku tahu aku belum menikah, tapi sepertinya sulit sekali, ya." Hoseok berkata sembari mengusap air matanya yang menggenang di sudut mata. Ia merasa tak enak karena tertawa, namun melihat wajah Namjoon yang putus asa itu sangat lucu.

"Aku stres, Hobi. Aku butuh Seokjin-ku" Namjoon hampir berteriak, namun tetap dapat mengendalikan dirinya. Dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan memiliki Seokjin sepanjang hari, tepat setelah Ibu mertuanya pulang.

"Jadi, kapan Ibu mertuamu akan pulang?"

"Aku tak tahu. Aku harap secepatnya."

"Aku merasa prihatin padamu, Joon. Sabar saja, ya?"

(M / NC - 18+) VOWSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang