1. pengganggu

64 1 1
                                    

Mawar menghentikan pangkahnya saat mendengar suara gaduh dari arah toilet. Dengan hati penasaran ia menuju tempat itu. Ia menganga saat melihat dua siswi yang sedang beradu mulut dan saling mendorong orang yang kebetulan lewat tidak ada yang berani melerai pertengkaran itu.

"Emi, udah dong!" Mawar mendekati lalu mencekal tangan Emi yang hendak menjambak rambut lawannya itu. Emi melotot galak padanya, "kenapa sih loe tahan, gue pengen robek mulut lebarnya itu. Seenaknya saja bilang gue ngak perawan lagi." Bentak Emi dengan emosi.

Ya, siapa yang tak suka jika seorang gadis yang belum menikah dibilang sudah tidak diperawan lagi. Mawar sebenarnya ingin memberi semangat supaya memberi pelajaran pada Anna yang suka sekali mencari gara-gara pada temannya itu. Tapi saat ini mereka berada dilingkungan sekolah dan ia tak ingin kena masalah atau kena skors apalagi mereka sebentar lagi bakalan tamat dari sekolah tercinta ini.

"Sabar Em, loe kayak ngak tahu aja dia selalu sirik ama loe." Bujuk Mawar dengan suara lembut. Anna tersenyum sinis lalu bersidekap, "cih, buat apa gue sirik sama orang kayak dia." Katanya dengan wajah angkuh. Tangan Mawar saat ini sudah sangat gatal ingin mencakar wajah angkuh gadis itu.

"Ann, loe kalau mau cari masalah jangan disekolah deh. Lagian gue heran kenapa sih loe itu selalu membuat Emi marah." Kata Mawar pada mantan sahabatnya itu.

"Diakan cemburu Arsen dekat-dekat sama gue. Cih, laki-laki kayak gitu aja dicemburuin." Emi tersenyum sinis sementara Anna mengepalkan tangannya nafasnya memburu karena emosi.

"Tutup mulut loe!!" Bentaknya, Anna bersiap ingin menjambak Emi. Dan terjadilah pertengkaran sengit itu. Tanpa mereka sadari seseorang memperhatikan mereka bertiga dengan senyuman penuh arti.

*****

"Huhh...sialan muka gue kena cakar!!" Ujar Emi dengan wajah kesal, Mawar meringgis melihat goressn diwajah temannya itu. Mawar menaiki meja untuk didudukinya memperhatikan Emi yang mengomel sambil bercermin.

"Lagian loe kenapa sih mau dekat-dekat sama siberengsek itu." Celetuk Mawar dengan santai. Emi melemparkan tisunya dengan kesal kelantai lalu menatap sengit pada Mawar.

"Awas mata loe keluar, guekan cuma nanya. Annakan cinta mati sama tuh cowo sejak kita masih baik-baik saja, dan sekarang loe malah dekat-dekat sama tuh cowo." Kata Mawar sambil menggoyang-goyangkan kakinya. Emi masih terdiam membuat Mawar menghela nafasnya.

"Loe ngak lagi suka sama cowo mesum itukan Mi?" Tanya Mawar dengan nada curiga. Emi berdecak kesal, "suka sama cowo urakan itu. Sorry ya, lagian gue ngak mau dekat-dekat sama dia. Si sialan itu yang selalu ngintilin gue kemana-mana." Kata Emi kesal.

"Mmm..oke." Mawar mangut-mangut lalu turun dari atas meja, "gue harap loe jangan dekat-dekat lagi sama Arsen, walaupun gue kesal sama Anna tapi bagaimanapun ia pernah menjadi bagian dari hidupku." Kata Mawar menepuk pundak gadis itu. Emi terpaku ditempatnya, "gue ketoilet dulu ya!" Kata Mawar melenggos pergi meninggalkan Emi merenungi kata-katanya.

Dikejauhan Mawar melihat dua orang siswa dikoridor kelas IPA 12. Ia sangat mengenal siapa lelaki itu siapa lagi kalau bukan Arsen dan satu lagi orang tak ia kenal dan ia belum pernah melihat orang itu sebelumnya.

Ia memutar bola matanya saat ia mengetahui lelaki itu tengah tersenyum miring padanya. Gayanya sangat angkuh, lelaki itu tampak bersandar di dinding kelas dengan tangah berada disaku celananya. Saat jarak mereka semakin mendekat ia menatap lurus berpura-pura seolah tak melihat Arsen dan temannya itu.

"Eittssss loe mau kemana??" Arsen menghadangnya membuat hati Mawar seketika meradang. Ia menatap Arsen tajam, lalu melanjutkan langkahnya namun Arsen menghadangnya lagi. Ketika ia ingin kekiri Arsen juga kekiri ketika ia kekanan Arsen juga ikut.

My Bastard boyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang