3.

44 14 0
                                    

Saat diperjalanan Vivi sesekali menoleh kearah Biandra yang sedang menatap lurus ke luar jendela.

"Bi? Are you oke?". Tanya Vivi kepada Biandra.

Namun tak ada jawaban dari Biandra. Rupanya ia tengah melamun.
Vivi sangat kasihan kepada sahabatnya itu. Ia tak habis pikir dengan peristiwa yang terjadi pada hari ini disekolah. Bagaimana bisa anak baru itu begitu dekat dengan Revan? Apakah ia memiliki hubungan khusus? Ntahlah author pun tak tahu:v

Mobil jazz berwarna merah tersebut berhenti tepat di depan sebuah rumah yang tak terlalu besar namun tak terlalu kecil.

"Yaampun udahlah Bi jangan terlalu dipikirin, mungkin tadi itu ya emang mereka udah saling kenal sebelumnya. Lo jangan banyak pikiran dulu nanti lo gak fokus nyetir. Btw thanks ya lo udah nganter gue. Lo hati-hati dijalan. Gue balik".

"Hmmm".

Gadis cantik nan mungil itu hanya menatap sahabatnya yang telah keluar dari mobilnya sambil tersenyum masam. Ia berpindah ke tempat jok kemudi. Dengan cepat ia melesat pergi meninggalkan rumah sahabatnya.
.
.

"Mah aku pulaaaang".

Merasa tak ada yang menjawab Biandra langsung berjalan ke arah dapur untuk bertanya kepada Bik Lastri.

"Mama kemana ya Bik Lastri?". Tanya nya pada asisten rumah tangga tersebut yang sedang mencuci piring sambil mendengarkan musik dengan headset.

"Eh non sudah pulang? Maaf ya non Bibi nggak denger". Gumam Bi Lastri yang langsung melepas headset pada telinganya.

"Iya Bik gakpapa kok. Ohh ya, Mama kemana ya Bik?". Tanya Biandra yang kedua kalinya pada asisten rumah tangga itu.

"Itu non, Nyonya baru aja pergi arisan sama temen-temennya". Gumamnya pada Biandra.

"Ohh yaudah deh Bik, aku keatas dulu". Biandra melesat menaiki tangga menuju lantai dua.

Setelah membuka kenop pintu kamarnya ia langsung melemparkan tasnya keatas meja belajar diujung ranjang dekat jendela. Kemudian Biandra menghempaskan tubuh mungilnya keatas ranjang.
Ia menatap lurus langit-langit kamarnya yang berwana biru muda. Sungguh ia merasa damai sekarang. Namun tatapan damai itu seketika berubah menjadi tatapan sendu. Raut wajahnya pun berubah seperti orang yang sedang menahan sakit. Ya. Dia memang sakit. Tapi tak berdarah. Hatinya lah yang sakit ketika mengingat kejadian diparkiran sekolah tadi.

Kini di kepala cantiknya timbul beribu ribu pertanyaan. 'Siapakah sebenarnya Sesil itu? Apa hubungannya dengan Revan? Mengapa ia sangat dekat? Apakah Sesil kekasih nya?' kira-kira seperti itulah terkaan yang ada dipikirannya.

"Sakit banget rasanya. Gue gabisa nahan perasaan ini terus menerus. Semakin lama rasa cinta gue semakin besar buat Revan". Gumamnya sambil memukul-mukul kecil dadanya yang terasa sesak.

Seketika matanya mulai meredup. Mungkin ia harus tidur sejenak untuk bisa sedikit melupakan kejadian menyakitkan itu.

Jam 17.45 sore

Langit yang mulanya memancarkan sinar mentari yang terang kini berubah perlahan menjadi senja. Waktu terasa sangat cepat bagi Biandra. Ia mengerjapkan matanya perlahan ketika menyadari bahwa hari mulai gelap.
Dengan langkah gontai ia berjalan ke kamar mandi untuk memulai ritual mandinya.

☆☆

Ke esokan hari

Jam 05.00 pagi

Setelah selesai mandi dan menjalankan kewajibannya Biandra segera mengenakan seragam sekolahnya seperti biasa dan memoles tipis wajahnya dengan bedak dan liptint agar tidak terlihat pucat. Segera iya berpamitan untuk berangkat ke sekolah.
Hari ini hari jumat. Tentu ia sangat bersemangat karena selain pulang cepat Biandra memiliki kebiasaan menguntit Revan sebelum ia pergi solat jumat. Sepertinya ia mulai bisa melupakan kejadian kemarin. Yang sekarang sedang iya bayangkan adalah ketika nanti ia melihat Revan memakai baju koko dan peci yang bertengger manis di kepalanya. Sungguh, itu membuat ketampanan seorang Revan Giovanny Samudra bertambah 10x lipat.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 06:30 tentu Biandra masih memiliki cukup waktu untuk sarapan dikantin karena tadi pagi ia tak sempat sarapan dirumah, lagi.

Biandra terus berjalan dikoridor yang masih terlihat sepi karena belum banyak siswa siswi yang berlalulalang.
Namun ia bukan berjalan menuju arah kelasnya, melainkan menuju toilet perempuan yang letaknya berlawanan arah dari kelasnya.
Sampai tiba tiba.....

Brukkk

Seseorang menabrak tubuh mungil Biandra hingga ia terjatuh cukup keras. Biandra merasa yang menabraknya itu bukan seorang siswi karena ia bisa melihat dari sepatunya yang bermodel khas laki-laki.  
Ia meringis keras. Tentu ringisannya tersebut dapat terdengar oleh si penabrak itu.

"Sorry gue gak liat. Lo gakpapa kan?"

Seketika tubuh Biandra menegang ketika mendengar suara bariton khas seorang yang sangat iya kenal. Tentu ia hapal betul siapa pemilik suara tersebut tanpa harus melihat wajahnya. Kini jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Sepertinya jantung itu akan loncat keluar dari tempatnya sekarang juga.

Merasa tak ada respon apapun dari gadis tersebut, laki-laki itu menunduk untuk melihat keadaan gadis mungil didepannya. Ia merasa sangat bersalah karena berjalan sambil bermain game diponselnya tanpa memperhatikan jalan.

'Yaampun gue harus gimana? Sumpah jantung gue berasa mau keluar. Duh dia nunduk lagi. Rasanya gue ingin menghilang sekarang juga. Ya Tuhan selamatkan hambamu ini' gumam Biandra dalam hati.

Biandra terkesiap saat dagunya diangkat keatas oleh tangan si penabrak. Kini meraka saling bertatapan. Biandra merasa kini jantungnya sudah tak berdetak lagi. Manik mata hazel milik Biandra tak lepas memandangi mata tajam milik seseorang yang berada di depannya. Sungguh ia ingin menghentikan waktu sekarang juga agar bisa berlama-lama memandangi wajah tampan itu. Disisi lain ia sangat senang sekarang, namun disisi lainnya ia merasa sedih ketika terbayang kejadian kemarin. Yapp orang yang menabrak Biandra itu adalah Revan Giovanny Samudra. Sang pujaan hati Biandra Kharisma.

Tbc.

Maaf banget waktu updatenya gak nentu):

See you next chapt✋

Kisah Singkat [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang