Aku berdiri diantara jutaan senyawa bernama rindu. Sembari menatap langit, bertaburan bintang membentuk rasi seperti senyummu.
Satu sinar paling terang, menelusuk ke relung hatiku. Menembus terlalu dalam, mengobrak-abrik ruang rahasia yang ku beri label "kamu"
Apa yang ia cari?
Pada tubuh yang telah membeku ini.
Tak ada hidrogen atau helium, kecuali rindu yang menggebu.
.
.
Masih di tempat yang sama dan masih tanpa kamu. Dalam diam, aku menghitung berapa langkah, jarak yang memisahkan.
Dalam angan, aku membayangkan andai sinaran itu membawamu kedekapan.
Betapa, bahagianya aku jika perandaianku dikabulkan.Namun, aku terlupa.
Bahwa rindu ini bukanlah perihal jarak yang mesti dihitung dengan langkah.
Dan senyawa rindu ini juga tidak bersifat korosif.
Lalu,
Aku hanya berandai-andai dan melukis luka saja.Ig: @pegi.aulia |@gramatikarasa
24.02.2018
YOU ARE READING
Gramatika Rasa
PoetryAku hanya berusaha menata kata demi kata untuk ungkapkan rasa.