prolog

195 38 1
                                    

Zilya Calista, Gadis cantik kelas dua SMA, yang diasingkan oleh teman-teman sekolah, bahkan keluarganya. Lantaran, ia memiliki kelainan pada tangan kirinya. Sehingga semua orang menganggap, bahwa Zilya adalah pembawa sial. Kejadian dulu, membuat nasib buruk berpihak padanya. Kecelakaan ketika menaiki ayunan, menyebabkan kepala Zilya terbentur. Hingga mengakibatkan cedera. Hingga sekarang ia mengidap penyakit langka, yang disebut Alien Hand Syndrome.

Alien Hand Syndrome, atau mungkin bisa di sebut Sindrom tangan alien. Mungkin sebagian orang sudah ada yang mendegar, atau belum sama sekali. AlienHandSyndrome, merupakan kondisi dimana bagian tubuh seseorang bergerak sendiri tanpa diperintah. Seolah-olah bagian tubuh itu mempunyai kehendak dan pikiran sendiri. Penderita akan kehilangan kontrol misal dari salah satu tangannya. Selama ini, kita dapat mengatur dan memerintah seluruh bagian tubuh melalui otak.

Namun pada penderita sindrom tangan alien, bagian tubuh mereka bertindak tanpa adanya perintah yang datang dari otak. Beberapa penyebab utama dari sindrom ini adanya kelainan atau,masalah pada otak, pernah mengalami stroke, atau tumor di bagian kepala. Penderita mungkin pernah mengalami cedera atau trauma di kepala hingga melukai korteks parietalnya. Atau pernah melakukan pembedahan di sektiar corpuscallosum yaitu penghubung antara otak kanan dan otak kiri.

Zilya tak menyangka, bahwa hidupnya akan menjadi sesial ini. Segala kesulitan ia alami sendiri, tanpa ada yang mau peduli. Keluarganya marah, dan benci tangan Zilya, yang selalu mengacaukan sesuatu. Gadis itupun begitu, merasa marah, dan lelah. Ia merasa menjadi orang cacat. Memiliki anggota tubuh yang tak normal dari orang kebanyakan. Hal itu membuat kedua orang tuanya melarang keras, untuk pergi, atau berinteraksi dengan teman sebayanya. Karena kedua orang tua Zilya takut, jika penyakit yang dimiliki Zilya, sewaktu-waktu bisa membahayakan orang di sekitarnya.

Contoh kecil, kekacauan yang disebabkan oleh tangan kiri Zilya. ketika dirinya menyisir rambut, Maka tangan kirinya akan mengacak rambut. Ketika dirinya sedang makan, tetiba tangan kirinya membanting piring.

Hari ini pun begitu. Zilya sedang mengancing baju seragam osisnya, namun tangan kirinya membuka kancing yang sudah Zilya kancing. Hal itu terjadi setiap hari. Selalu membuat Zilya terlambat untuk ke sekolah.

Zilya memborgol tangan kirinya, hal itu biasa ia lakukan ketika ingin pergi sekolah. Gadis itu menghela napas, berusaha sabar, dan berharap semua akan segera berakhir.

Kini Zilya berjalan menuju meja makan. Adik, serta kedua orang tuanya sudah duduk, dan hampir selesai sarapan. Mama Zilya mengambilkan piring yang sudah berisi roti, serta segelas susu. Tanpa, berbicara sepatah katapun. Ia hanya bisa tersenyum miris, dan berusaha mengerti. Toh, dia sudah biasa dikucilkan.

Berbeda jika dengan sang adik, Vanya. Selalu dibangga-banggakan, ketimbang dirinya. Iya, Zilya sadar, memanglah dia seorang pembawa sial.

"Pulang sekolah, langsung ke rumah! Gak usah pergi ke mana-mana," kata-kata yang selalu Zilya dengar. Membuat dirinya pasrah, dengan anggukan kepala.

Tapi jika, Vanya yang bilang, "Ma, nanti aku pulang telat. Mau mampir ke mall, sama teman-teman."

Jawaban mamanya selalu. "Iya... Tapi, jangan terlalu malam."

Tentu saja membuat Zilya iri. Ketika dirinya membantah. Mamanya selalu bilang, "kamu sakit! Penyakitmu sewaktu-waktu bisa membahayakan orang lain. Jangan bikin mama repot." Ayahnya selalu membela Mama.

Sabar, dan sabar, hanya itu yang bisa Zilya lakukan.

Di sekolah.

Tatapan sinis, dan aneh, selalu Zilya dapatkan. Bukan karena Zilya cantik, tapi isu tentang Zilya adalah gadis pembawa sial, dan tentang tangan kirinya yang diborgol, selalu menjadi perhatian para murid. Ketika mendapatkan tatapan seperti itu, Zilya hanya bisa berjalan menunduk. Seolah tak melihat tatapan sinis mereka, dan seolah tak mendengar cacian tentang gosip yang beredar.

Tak ada teman yang mau mendekati Zilya. Ketika guru membentuk kelompokpun, tak ada seorangpun yang mau sekelompok dengan Zilya. Meskipun sudah dipaksa oleh guru, namun tak ada yang mau luluh. Alhasil, Zilya selalu tak mendapat kelompok, dan mengerjakan tugas sendiri.

Zilya butuh dukungan, bukan diasingkan.

Hanya satu kata yang selalu Zilya ingat, dan selalu Zilya lakukan. Yaitu, kata-kata yang dikatakan oleh Gibran, tokoh yang ada di novel Serendipity.

'Senyum, adalah lengkung yang bisa meluruskan banyak hal.'

Alien Hand SyndromeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang