Dua bulan kemudian.
Hidup Zilya sudah lebih baik sekarang. Penyakitnyapun jarang kambuh. Berkat terapi, dan suntik botox. Kini Zilya sedang duduk bersama Niken, dan Vita. Ketiga gadis itu nampak sangat akrab.
"Zil... Kamu sama kak Zada itu pacaran?" tanya Niken penasaran, Vita memerhatikan Zilya, menunggu jawaban temannya itu.
Sedangkan Zilya bingung, harus menjawab apa.
"Aku... Gak pacaran. Kami cuma sebatas sahabat saja," kata Zilya.
"Ah... Aku pikir. Padahal kalian sangat cocok," ujar Niken.
"Iya... Betul sekali," timpal Vita.
Zilya hanya tersipu. Tak mungkin juga, jika harus bercerita tentang kehidupannya.
"Ah... Kalian ini."
Kini datang Bu Santi, wali kelas di kelas Zilya. Semua murid langsung terdiam. Termasuk Zilya.
"Anak-anak, mohon perhatiannya sebentar."
"Hari ini, kita kedatangan murid baru," kata bu Santi.
"Cewek apa cowok, bu?" tanya Rehan. Rehan adalah Fuckboy di kelas Zilya.
"Hu...," sorak murid perempuan.
"Tenang-tenang! Rara, silahkan masuk dan perkenalkan dirimu terlebih dulu," kata Bu Santi.
Mendengar nama Rara, Zilya jadi teringat sesuatu. Jantungnya berdegub kencang. Semoga apa yang ia pikirkan, hanya sebuah kecemasan saja.
Zilya menatap ke bawah. Melihat langkah sepatu murid baru itu. Ia tak berani mengangkat wajah. Trauma beberapa waktu lalu, masih melekat pada dirinya. Meskipun sudah berusaha melupakan, tapi tetap saja masih teringat.
"Cantiknya," kata Rehan.
"Manis banget," kata murid laki-laki lainnya.
"Rara, perkenalkan dirimu terlebih dulu," kata Bu Santi. Rara mengangguk.
"Perkenalkan, nama saya Rara Flo Retira. Saya pindahan dari SMA PATIMURA. Semoga, kita bisa berteman dengan baik."
Deg
Jantung Zilya seakan berhenti berdegub. Zilya memberanikan diri untuk mengangkat wajah, menatap gadis yang bernama Rara itu.
Dan, benar. Murid baru yang ada di hadapannya adalah Rara. Teman sekelasnya, yang pernah menyiksa dirinya dulu.
Zilya benar-benar tah habis pikir. Dari sekian banyaknya sekolah. Kenapa harus SMA MELATI?
"Rara, kamu silahkan duduk dengan Rehan, ya?"
"Terimakasih, bu."
Rara berjalan ke arah tempat duduk Rehan, yang tepat di depan tempat duduk Zilya, dan Vita.
Zilya menunduk, tapi sesekali melirik ke arah Rara.
Rara memerhatikan gadis yang menunduk di belakang Rehan. Ia seperti tak asing. Pandangannya tak lepas dari Zilya.
"Rara, ayo duduk," perintah Rehan, sambil menepuk kursi.
Rara mengerjap, kemudian duduk.
Rara membalikkan badan, menatap Zilya lagi.
"Hay, Rara. Aku Vita." Vita mengulurkan tangan, Rara menjabat tangan Vita.
Vita menatap Zilya yang sejak tadi menunduk, dan sibuk memainkan poselnya. Vita menyenggol lengan Zilya, seolah memberi memerintah agar mau menjabat tangannya ke Rara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alien Hand Syndrome
Roman d'amour#cerita ini mengandung bawang, dan bisa membuat emosi. "Ketika tanganmu, mengacaukan hidupmu." Itulah yang dialami Zilya Calista. Gadis cantik yang mengidap penyakit langka. Karena penyakitnya, ia diasingkan oleh orang-orang terdekatnya. Termasuk...