bagian 4

96 34 22
                                    

Zada datang lebih awal, hanya untuk menunggu Zilya. Lelaki itu duduk di bangkunya seperti biasa. Sekadar ingin bertanya, kenapa Zilya tak pergi ke kantin. Padahal, dia sudah menunggu.

Di lain sisi.

Gadis cantik masih berjalan kaki menuju sekolah. Hari ini tangan kirinya, seperti mendukung. Karena, tak berulah seperti biasa. Hal itu memudahkan Zilya berangkat lebih pagi.

Berjalan, dan bersenandung kecil. Tapi tiba-tiba...

Bruk.

Zilya terserempet mobil. Gadis itu tersungkur, dan mengaduh. Kakinya terluka.

"Hahaha. Sukurin," ucap seseorang.

Zilya menatap mobil yang menyerempet dirinya. Ternyata, itu adalah mobil Rara. Aurel, dan Vina juga ikut tertawa. Melihat Zilya yang menderita. Namun, tidak disangka. Tangan kiri Zilya tiba-tiba mengambil batu, dan melempar ke kaca mobil Rara.

Pyar.

Kaca mobilnya retak. Rara, dan kedua temannya terkejut, dan segera turun dari mobil.

Rara menjambak rambut Zilya karena tak terima. Vina, dan Aurel menahan tubuh Zilya.

"Lepasin aku. Ini sakit," kata Zilya memohon.

"Berani-beraninya kamu ngerusak mobil aku."

"Harusnya aku yang marah. Kenapa kamu nabrak aku?"

Rara semakin murka dengan Zilya.

"Aku sangat benci kamu, Zil. Pertama, aku gak suka kamu. Kedua, kamu deketin kak Zada, ketiga masalah kemarin harusnya kamu yang dihukum bukan aku, dan yang keempat kamu percahin kaca mobilku. Bener-bener murahan!" Rara meludahi wajah Zilya. Zilya memejamkan mata. Tubuhnya sangat nyeri, dan merasa jijik.

Rara menyeret Zilya, agar masuk ke mobilnya.

"Kamu mau bawa aku ke mana?"

"Ke suatu tempat yang orang gak akan bisa nemuin kamu."

Rara menutup mata Zilya, dengan menggunakan kain. Kedua tangan Zilya terikat kencang.

Di tempat yang tidak diketahui Zilya. Rara membuka penutup mata Zilya. Kemudian menurunkan di tempat yang sepi. Tak hanya itu, Zilya juga mendapatkan kekerasan fisik. Ditampar, dijambak, dan dipukul. Sesekali, Rara melontarkan kata-kata kasar yang sangat tak wajar diucapkan. Zilya menangis, sekujur tubuhnya terasa sakit. Padahal, ia baru saja kecelakaan, karena ulah Rara.

"Stop, Ra. Cukup!" Zilya memohon belas kasihan Rara, dan teman-temannya. Namun, Rara semakin menjadi.

Rara menyeret tubuh Zilya ke dalam kubangan yang berisi lumpur. Hingga, membuat seragam osisnya kotor karena terkena tanah liat.

Vina memvideo aksi pembullyan itu. Rara, dan Aurel tertawa terbahak. Ketika melihat Zilya yang memasukan tanah liat itu ke mulutnya. Namun, semua bukan keinginan dirinya. Melainkan, tangan Aliennya yang melakukan. Berulangkali Zilya muntah, namun berulangkali juga tangannya semakin kejam.

Sebisa mungkin, Zilya menghentikan tingkahnya, dan akhirnya berhasil.
Zilya menangis terisak. Menatap benci Rara, dan kedua temannya.

"Puas kalian?"

"Sangat puas, dan tunggu kelanjutannya setelah ini." Rara, Aurel, dan Vina meninggalkan Zilya yang terlihat kumuh. Sambil tertawa jahat seperti tak memiliki hati.

Zilya menangis histeris. Kenapa, hidupnya sangat semengenaskan ini.

*****

Rara sudah sampai di sekolah, dan melihat Zada yang berdiri di depan kelasnya. Gadis itu langsung menghampiri Zada.

Alien Hand SyndromeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang