Hari Terakhir

89 7 6
                                    

Hari ini adalah hari terakhir untuk bersantai dikasur empukku. Karena besok pagi aku akan kembali ke sekolahku tercinta. Liburanku telah berakhir. Hiks, sedihnya hati ini.

Aku kini sedang berbaring dengan kedua tangan terbuka lebar. Rasanya sangat nyaman. Dingin dan lembut membuatku ingin kembali menutup mata.

Aku rasa, aku akan merindukanmu kasur.

Tubuhku terasa sangat lelah. Pagi-pagi buta aku sudah bangun membersihkan rumah karena mama tidak ada. Mama dan papaku sedang pergi ke Bengkulu. Mereka mengunjungi nenekku yang ada disana. Nenekku tidak sakit, hanya saja mama merindukan nenekku tersayang.

Mamaku asli orang Bengkulu sedangkan papa memang lahir dan menetap di Jakarta. Jika diceritakan bagaimana papa dan mamaku bisa bertemu rasanya aku selalu ingin menangis, so sweet banget.

Mama akhirnya ikut papa setelah mereka menikah. Setelah beberapa tahun menikah lahirlah kakakku dan tentunya aku juga.

Namanya Kurnia Hasan aku biasanya memanggilnya kak Kurnia. Aku yakin kalian bisa menebak siapa nama papaku.

Kakakku adalah kakak terbaik di dunia. Ya, tentu saja karena aku hanya memiliki satu kakak laki-laki.

Tidak, tidak. Aku hanya bercanda.
Pokoknya kakakku adalalah kakak terbaik.

Ceklek...

Bunyi kenop pintu kamarku yang dibuka. Kulihat hanya kepala kakakku yang menyembul.

"Ada apa kak?"

"Dek, bisa tolongin kakak enggak?"
Tanya kak Kurnia.

Aku yang tadi tengah berbaring seketika duduk.

"Bisa dung! Mau minta tolong apa?"

Kakakku memang selalu seperti itu. Dia adalah tipe laki-laki yang sangat sulit untuk meminta bantuan orang pada lain. Padahal aku ini kan adiknya, dia bisa meminta tolong apa saja.

"Tadi kakak lupa ngasih kamu baju yang harus kakak pake besok ke kampus. Bisa tolong cuciin lagi enggak? Kakak enggak tau cara gunain mesin cuci." Ucapnya padaku.

Aku mengangguk. Selanjutnya turun dari kasur lalu menyambar kerudung cokelat yang tergantung di balik pintu. Sengaja kuletakkan disana agar saat aku ingin keluar kamar tinggal ambil saja. Awalnya aku tidak memakai kerudung saat berada di dalam rumah tapi satu kejadian buruk terjadi dan semenjak itu aku selalu memakainya. Aku hanya akan membuka kerudungku saat di dalam kamar saja.

"Bajunya mana?"

"Udah kakak masukin ke keranjang cucian." Ucapnya padaku.

"Nanti kakak beliin es krim coklat deh." Tambahnya lagi.

Aku seketika langsung semangat. Tubuhku yang tadi rasanya remuk tiba-tiba ngajak lari maraton.

Aku adalah perempuan pecinta es krim. Apa lagi es krim cokelat, begitu lembut dan meleleh di mulutku.
Rasanya setiap minggu aku selalu merengek pada kak Kurnia untuk di belikan es krim.

"Yes! Awas ya kalau nanti ingkar janji." Ucapku padanya lalu berlari.

Kakakku sebenarnya tidak pernah ingkar janji. Dia selalu menuruti apapun keinginanku asal keinginanku itu bisa ia lakukan dan masuk akal.

Memangnya pernah permintaanku tidak masuk akal?

Aku berlari menuju keranjang cucian. Ternyata baju kak Kurnia yang harus kucuci hanya dua kemeja dan satu baju batik.

Ah, baiklah aku akan mencucinya dengan tangan saja. Toh, ini cuma sedikit.

Aku mulai merendam pakaian kakakku terlebih dahulu. Sengaja aku pisahkan baju batik dan kemeja, takutnya nanti luntur.

Aiza HasanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang