Chapter 4 : Mencari Solusi 🖤

5.1K 507 175
                                    

Disclaimer Masashi Kishimoto

Happy Reading!
.
.
.

Sakura mengerjapkan matanya berkali-kali, manik hijaunya melirik jam di ponsel. Sepertinya ia tertidur saat bingung menjawab pertanyaan Senpai.

He?

Senpai?

Secepat kilat Sakura membuka akun WhatsApp-nya dan berdecak kagum. "Wihhh, banyak kaliii chatnya.

MySenpai 🖤| 6

MySenpai 🖤
.
20:15

MySenpai 🖤
Woy?
20:16

MySenpai 🖤
Gue ngebales, lo nya ngilang. Fak lah kata gue teh.
20:17

MySenpai 🖤
Gue cuma nanya siapa nama lo, sesusah itu kah?
20:18

MySenpai 🖤
Paeh sugan jelema teh (mati kali nih orang)
20:19

MySenpai 🖤
Bener nama lo Sakura?
20:20

Jantung Sakura berdetak tak beraturan saat melihat pesan terakhir yang Sasuke kirimkan. Namanya disebut untuk kali pertama.

"Nama Uyaaaa disebuttt! Wajib di-screenshoot sih ini mah buat dokumentasi." Sakura senyam-senyum bahagia dan segera mengabadikan chat dari Senpai. "Tapi takut aih Senpai udah curiga gara-gara Ino!" Ia kembali kesal ketika mengingat ulah sahabatnya.

Gadis itu mendengkus kasar, lalu menyimpan ponselnya di bawah bantal, dan keluar kamar. Sudah waktunya untuk mencurahkan isi hati kepada sang kakak. Daripada ia pusing sendiri.

***

Sakura tersenyum ketika matanya menangkap sosok lelaki berambut merah tengah duduk bersantai di ruang keluarga dengan pandangan serius menatap layar televisi. Ia terkekeh, rupanya lelaki itu sedang menonton acara bedah rumah.

"A' Sosrooo," panggil Sakura dengan nada bicara yang dibuat semanja mungkin dan berdiri di samping kakaknya. "Uya mau curhat, dung."

"Curhat ke mamah dedeh jangan ke Aa'." Sasori menyahut tanpa menoleh, tetap fokus satu titik.

"Uya seriusan, aih."

Sasori mengalihkan pandangannya dari televisi ke Sakura, lalu menepuk tempat kosong di sebelahnya. "Sini duduk."

Sakura tersenyum lebar, cepat-cepat mengambil posisi duduk di samping kakaknya. "Menurut A' Sosro lebih baik jujur atau berbohong?" tanya sang adik, menatap Sasori penuh minat.

"Jujur atuh, sepintar apa pun kamu ngumpetin video hentong dari Aa', pasti bakalan ketahuan suatu saat nanti. Percuma bohong sama aja nyari perkara." Sakura mendelik tak suka dengan jawaban kakaknya yang menyangkut pautkan hobi diam-diamnya itu. Eh?

"Uya serius, A' Sosrooo!"

"Aa' duarius."

"Kenapa emang? Ada masalah?" lanjut Sasori, sesekali melirik adik nomor duanya ini melalui ekor mata.

"Bunda sama Ayah udah pada tidur, kan?" Sakura celingak-celinguk memeriksa ruangan, memastikan di sana hanya ada mereka berdua.

Sasori ikutan celingak-celinguk. "Kenapa? Mau nonton hentong bareng Aa'? Jangan, deh. Nanti Aa' pengen."

Plak!

Sakura langsung menggeplak paha mulus Sasori. "Itu mulut tolong dikondisikan, ya!"

Sasori menyengir sok polos.

"Seyuyur-yuyurnya nih yaaak Uya teh lagi suka sama cowok," ungkap Sakura akhirnya to the point.

"Wah, kamu bisa suka juga sama cowok?"

"Aa', udah berapa kali Uya bilang ihhh! Uya lagi mode curhat dan serius. Mau ngedengerin atau nggak?" Sakura mengomel dengan nada bicara cukup tinggi. Sungguh ia kesal kakaknya ini tidak pernah menanggapinya serius.

"Iya, iya." Sasori mengangguk pasrah, heran kena marah melulu. Mau adik yang pertama atau yang kedua sama saja semuanya.

"Jadiii Uya kan lagi suka sama cowok, nih. Udah beberapa hari Uya chattan terus sama cowok itu, tapi Uya belum nyebutin nama. Uya sengaja, Uya nggak mau ngasih tau identitas Uya sebenarnya. Nahh, apesnya si Ino malah terang-terangan ngasih tahu kalau yang sering chat cowok itu tuh Uyaaa, Aa'...."

Sakura mengambil napas sejenak sebelum melanjutkan, kali ini Sasori menyimak dengan serius.

"Terus tadi tuh cowok nge-chat Uyaaa, dia nanyain nama Uya siapa. Bahkan dia dengan gamblang nyebut nama Uya, kudu kumaha atuhhh (harus gimana), Aa'?" Diakhir penjelasannya Sakura benar-benar merengek, ia tidak tahu harus jujur atau tidak karena di satu sisi ia belum siap. Ini masih awal soalnya.

Sasori manggut-manggut, sekarang lelaki tampan itu paham dengan masalah yang dihadapi sang adik.

"Menurut Aa' sih mending Uya jujur aja, siapa tau nanti kalian bisa jadian," saran Sasori.

Sakura menundukkan kepalanya, lalu menggeleng lemah. Ekspresi wajahnya berubah yang tadinya gelisah, panik, sekarang malah terlihat sedih.

"Nggak akan dan itu nggak mungkin pernah terjadi, Aa'. Soalnya ituuu... anu gimana yaaah, cowok yang Uya suka itu ...," Sakura meremas ujung baju piyamanya, "pacarnya ... Teteh." Kedua matanya terpejam takut. Takut kena marah.

Kali ini Sasori memasang ekspresi lain. Alisnya saling bertautan, bingung, sekaligus terkejut. Tubuh kekernya pun bergeser menghadap Sakura. Ia tidak salah dengar, kan?

"Uya bilang apa tadi? Pacarnya Teteh? Ka-Karin maksudnya?"

Sakura mengangguk kecil.

"HAH?! BUSETTT PACARNYA KARIN?!"

To be continue....

🐢🐢🐢🐢

SasuSaku WhatsApp (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang