C-Cindy

2.6K 440 63
                                    

Please give me a vote. 🌟 and comment. 💬

----------------------------------------------

"Gue gak suka!" Cindy menggebrak meja. Tanpa ragu menatap menantang pada cowok yang berusaha mati-matian menahan amarah didepannya.

"Selama ini gue selalu diam sama sikap Kakak, tapi kali ini kakak itu udah keterlaluan!" hardik Cindy yang tidak terima saat mengetahui kakaknya--Alfath, memukuli pacarnya hingga babak belur.

"Gue udah larang lo untuk berhubungan sama cowok brengsek itu, dia gak sebaik yang lo pikir!"

"Cowok yang kakak bilang 'brengsek' itu namanya Yoga dan dia pacar gue!"

Tangan Alfath mengepal hingga buku-buku jarinya memutih, ekspresi kemarahan yang ia tekan begitu dalam.

"Dan kakak gak berhak larang-larang gue untuk berhubungan dengan siapapun. Kakak gak berhak mencampuri urusan gue karena gue bukan a---"

"DIAM!" Alfath mengangkat telapaknya, tapi hanya menggantung di udara ketika secara bersamaan suara pekikan Cindy terdengar.

Alfath mengerjap beberapa kali, seakan baru tersadar dengan perbuatannya. Ia mengutuk sikap kasarnya sendiri ketika melihat adiknya mulai menangis.

Kemarahan cowok itu berubah menjadi penyesalan saat Cindy menatapnya dengan sorot ketakutan.

Tangannya terjulur mencoba menggapai Cindy namun urung ketika gadis itu mundur selangkah memberi jarak.

Cindy menggeleng. Alfath tidak pernah seperti ini. Kakaknya tidak pernah mengasarinya. Dia seperti sedang berhadapan dengan orang lain.

"Gue benci lo, kak!" seru Cindy sebelum berlari memasuki mobilnya dan meninggalkan pelataran rumah mereka.

Alfath mematung. Tidak berniat sedikitpun untuk menghalangi adiknya pergi karena dia tahu, Cindy yang sedang dikuasai amarah tidak bisa diajak bicara.

Bukan hanya Cindy, Alfath pun juga sama marahnya. Dilampiaskan kekesalannya itu dengan menghantamkan kepalan tangannya pada tembok hingga memar. Bentuk hukuman karena tangan itu hampir melukai adiknya.

--------------------------------

Mobil Cindy sampai di depan  bangunan, tempat kos-an Yoga. Tanpa ragu ia menapaki tangga, menuju kamar yang disewa cowok itu selama menetap di Jakarta untuk menimba ilmu.

Cindy yang begitu khawatir dengan kondisi Yoga setelah dipukuli kakaknya~merasakan kejanggalan saat mendapati pintu kamar kos yang sedikit terbuka.

Ia menahan tangannya di kenop pintu, ketika mendengar suara decapan yang menggebu dari kamar tersebut.

Serasa dihantam balok ribuan ton ketika Cindy melihat dua mahluk berlainan jenis yang ia kenali salah satunya sebagai pacarnya itu~sedang bergumul begitu panasnya dengan seorang perempuan.

Cindy terdiam, begitu berat untuk sekedar bergerak. Perlahan ia menarik diri bersamaan dengan airmata yang jatuh membasahi pipi.

Langkahnya kemudian terhenti tepat di pijakan anak tangga pertama ketika rasa nyeri menjalari dadanya~teringat akan pertengkaran dengan kakaknya pagi tadi hanya karena membela cowok yang hobynya main belakang seperti Yoga. Tentu saja! Alfath tak mungkin seemosi itu tanpa sebab.

Cepat ia menghapus jejak airmata di wajahnya saat melewati para pria yang nampak sibuk memeriksa saluran pembuangan yang sepertinya tersumbat.

The Red StringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang